Meraih Keridhoan Allah Melalui Ketaqwaan Dalam Berqurban

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha  Jumat, 23 Juli 2021 | 13  Dzulhijjah 1442 H| Oleh :    Ust Sarwo Edy, ME

Klikbmi, Tangerang –  Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT, tema kita hari ini adalah meraih keridhoan Allah melalui ketaqwaan dalam berqurban. Saat ini umat islam sedang berada di masa ibadah qurban. Yaitu dari tanggal 10 Dzulhijjah yang kita peringati sebagai Hari Raya Idul Adha dan diikuti dengan tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah yang kita namai dengan hari tasyrik. Dan dimana di keempat hari tersebut umat islam dilarang untuk melaksanakan ibadah puasa.

Selain Ibadah Qurban, ada beberapa keutamaan-keutamaan lain yang bisa diperoleh umat islam di Bulan Dzulhijjah. Maka tidak salah jika Bulan Dzulhijjah termasuk dari salah satu Arba’atun Hurum. Yaitu 4 bulan yang memiliki kehormatan. Hal itu termaktub di dalam surat At-taubah ayat 36 yang berbunyi :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Dari ayat di atas, yang termasuk arba’atun hurum adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Di dalam 4 bulan yang tersebut di atas, kita sebagai umat islam dilarang untuk menganiaya diri sendiri dengan bermaksiat kepada Allah. Bahkan bagi yang bermaksiat di bulan-bulan tersebut Allah lipat gandakan dosanya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Ibadah Qurban yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh umat islam ini mengikuti syariat Nabi Ibrahim AS. Dimana pada saat itu Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Nabi Ismail AS sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya.

Akan tetapi, sebelum terjadinya peristiwa yang bersejarah tersebut, Hal serupa juga sudah terjadi pada zaman Nabi Adam AS. Yaitu ketika kedua anak Nabi Adam AS diminta untuk memberikan persembahan kepada Allah SWT. Persembahan terbaiklah yang diterima oleh Allah. Sementara persembahan yang lainnya ditolak.

Banyak sekali ibadah-ibadah dalam berbagai agama yang mirip dengan ibadah qurban. Dengan tujuan sebagai persembahan untuk dewa ataupun tuhannya. Dan bahkan ada agama yang mempersembahkan hewan sesembelihan sebagai penebus dosa, keselamatan atau memohon bangunan menjadi kokoh.

Lain halnya dengan persembahan hewan qurban yang dimaksud di atas sebagai bentuk persembahan kepada Tuhannya, atau sebagai keselamatan dan juga sebagai penebus dosa. Berqurban dalam islam adalah tujuannya untuk mencapai ridha-Nya melalui ketaqwaan dalam berqurban. Bentuk ketaqwaan dalam diri orang yang berqurban itulah yang “diminta” oleh Allah SWT. Dan bukan dikarenakan daging-daging ataupun darah yang mengalir dari hewan sesembelihan qurban tersebut. Allah berfirman di dalam surat Al-Hajj ayat 37 yang berbunyi :

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

Beberapa hikmah di balik penyembelihan qurban :

Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat kehidupan yang diberikan.

Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim AS yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail AS  ketika hari an nahr (Idul Adha).

Ketiga: Agar setiap muslim mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il AS, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Nabi Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat  kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.

Sesembelihan hanya diniatkan untuk Allah

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, nusuk-ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am: 162).

Di antara tafsiran an-nusuk adalah sembelihan, sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, Sa’id bin Jubair, Mujahid dan Ibnu Qutaibah. Az Zajaj mengatakan bahwa  makna an-nusuk adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri pada Allah SWT, namun umumnya digunakan untuk sembelihan.

Dari ayat di atas, juga mengajarkan kita untuk menjauhkan diri dari syirik dalam bentuk apapun. Bahkan di dalam persembahan sesembelihan sekalipun.

Kesimpulannya, Yang Allah harapkan dari qurban tersebut adalah keikhlasan, ketaqwaan dan ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya). Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya), “ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya”. Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berqurban yaitu ikhlas, bukan riya’ atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan. Wallahu a’lam bish-showaab.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *