Momentum Perubahan Datang Bukan Dari Melajunya Waktu, Tetapi Berasal Dari Visi Besar Dan Niat Karena Allah

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Rabu, 11 Agustus 2021 | 2 Muharram 1443 H| Oleh:  Sularto

Klikbmi, Tangerang –  Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT, tema kita kali ini adalah bagaimana menciptakan perubahan baik bagi kita pribadi maupun perubahan besar bagi organisasi kita. Semua perubahan sejatinya dari dari pribadi-pribadi yang memiliki visi besar dan niatan tulus hanya untuk Allah SWT. Hari ini adalah hari kedua masuknya tahun baru 1443 H, tetapi perubahan waktu tidak sama sekali memberikan perubahan kepada kit ajika kita berdiam diri.

Kehidupan  merupakan dinamika perubahan sejak manusia lahir  hingga  meninggal dunia. Setiap manusia yang normal  secara umum memiliki visi dan misi dalam hidupnya atau paling minimal memiliki harapan  untuk hidup yang  lebih baik.

Manusia selalu berupaya semaksimal mungkin  untuk mencapai kehidupan yang sukses baik secara individu maupun kolektif. Namun dalam realitas masih banyak manusia belum mampu mengelola perubahan yang terjadi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.  Rasulullah SAW bersama sahabatnya contoh terbaik  bagaimana beliau memanfaatkan semua potensi yang ada untuk membangun perubahan.

Kondisi Jazirah Arab pada saat itu  berada pada peradaban hidup yang rendah (jahiliyah). Meliputi kebodohan, kezaliman, perang antar kabilah, kerusakan moral, pelecehan nilai kehormatan wanita, penyembahan berhala serta berbagai bentuk  kejahatan. Bagaimana Rasulullah SAW dapat merubah kehidupan yang buruk itu menjadi kehidupan yang berperadaban  yang tidak ada bandingannya sepanjang peradaban.

Semua atas bimbingan Allah SWT sebagai nabi dan rasul terakhir sebagai rahmatan lil alamin. Rasulullah menjadi contoh bagi manusia setelah beliau wafat dalam membangun peradaban kehidupan dunia sampai hari kiamat.

Paling tidak ada 3 (tiga)  cara  yang dijalankan oleh Rasulullah SAW dalam melakukan perubahan  sebagaimana dalam al-quran surah al-baqarah ayat 218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  yaitu iman, hijrah dan jihad  atau secara umum kita sebut keyakinan, perubahan dan perjuangan.

Ketiga prinsip hidup tersebut harus berjalan serasi, sejalan dan seiring agar tujuan hidup manusia yaitu bahagia dunia  dan akhirat dapat tercapai.  Keyakinan adalah dasar untuk berjuang dalam melakukan perubahan. Dan sangat mustahil ada perubahan tanpa perjuangan. Demikian halnya, mustahil ada perjuangan tanpa ada keyakinan. Allah SWT berfirman dalam QS. ar-Ra’du:11  Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Hijrah  sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah.  Dalam realita sejarah hijrah senantiasa dikaitkan dengan meninggalkan suatu tempat, yaitu adanya peristiwa hijrah Nabi dan dan para sahabat meninggalkan tempat yang tidak kondusif untuk berdakwah. Bahkan peristiwa hijrah itulah yang dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan tahun Hijriyyah.

Dalam suasana tahun baru Hijriyyah 1443 saat ini, mari kita kembali meletakkan pemahaman yang benar tentang hijrah. Hijrah tidak hanya berarti meninggalkan tempat tetapi juga berarti meninggalkan sikap/perbuatan,  yang tidak produktif dan tidak  diridhoi  Allah menuju sikap/perbuatan yang  produktif dan diridhai Alloh SWT  Secara maknawi hijrah dibedakan beberapa macam, yaitu:

Pertama, Hijrah i’tiqodiyah atau keyakinan adalah sesuatu yang menjadi penentu setiap amal kita. Tanpa sebuah keyakinan dalam setiap amal, niscaya tidak akan sukses amal tersebut. Karena begitu pentingnya i’tiqodiyah yang benar  dalam diri kita, maka inilah sesuatu yang pertama kali harus kita hijrahkan. Diakui atau tidak, selama hidup ini, kita sering bersinggungan dengan keyakinan yang kurang benar, baik dalam hal kesehatan, pekerjaan, reski, jodoh dan lain sebagainya. Dan terkadang tidak banyak di antara kita yang menyadarinya padahal perbuatannya sudah mendekati bahkan masuk dalam ruang kesyirikan. Hijrah i’tiqodiyah, menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslim, karena i’tiqodiyah merupakan pondasi dan motivasi amal agar segala aktivitas kita diterima dan diridhoi Allah SWT.

Keduahijrah fikriyyah atau pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran  bisa kita akses secara online. Dibutuhkan kemampuan untuk memfilter arus informasi agar informasi yang diterima tidak menimbulkan perubahan pikiran yang bisa merusaka nilai- nilai agama, budaya dan ahlak yang baik. Dalam perang pemikiran  (ghaswul fikri) berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana amunisi dari senjata-senjata perenggut nyawa. Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi, LGBT, bahkan demokratisasi tanpa arah telah menyusup ke dalam sendi-sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit terdeteksi oleh kaca mata pemikiran biasa. Keberadaannya samar dan dipoles dengan nilai-nilai yang seolah-olah Islami.. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut.

Mari kita kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, melalui para sahabat, tabi’in, tabi’t tabi’in dan para generasi pengikut salaf. Ketiga, Hijrah Syu’uriyyah  atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semua yang ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang Islami. Banyak hal seperti hiburan,  bacaan, gambar atau hiasan, pakaian, idola, organisasi, dan banyak lagi, sebagian besar tak luput dari pengaruh nilai-nilai di luar Islam.

Bahkan model pakaian juga tak kalah pentingnya untuk kita hijrahkan. Hijrah dari pakaian gaya jahiliyah menuju pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar mengedepankan fungsi bukan gaya. Fungsi pakaian tak lain hanyalah untuk menutup aurat dan estetika, bukan justeru memamerkan aurat. Ironis memang, banyak di antara manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka.

Rasulullah bersabda ada yang berpakaian tapi telanjang. Ada yang sudah tertutup tapi ketat dan transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Dan masih banyak model-model pakaian masa kini yang nyeleneh-nyeleneh. 

Keempat, Hijrah Sulukiyyah yaitu tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga akhlaq. Dalam perjalanannya akhlaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulia (akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela (akhlaqu sayyi’ah).

Sehingga tidak aneh jika bermunculan berbagai tindak amoral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan, pembunuhan, anarkis, pelecehan, pemerkosaan, penghinaan, gosip dan penganiayaan seolah telah menjadi biasa dalam masyarakat kita. Penipuan, korupsi, prostitusi, suap dan manipulasi, ketidak adilan hampir bisa ditemui di mana-mana. 

Kelima, hijrah amaliah yaitu, setiap muslim harus memiliki komitmen untuk menerapkan nilai-nilai Islam,  baik yang terkait dengan ibadah maupun muamalah. Dalam muamalah mari kita menegakkan ekonomi syariah  yang kita yakini dapat menjadi solusi terhadap keterpurukan dan kesenjangan ekonomi. Sehingga dapat mewujudkan tatanan ekonomi yang berkeadilan, mensejahterakan, dan memberikan kebahagiaan dunia – akhirat. Begitu pula dalam bidang lain seperti bidang politik, pendidikan, sosial, budaya, keamanan dan lingkungan dengan berupaya menerapkan nilai-nilai syariah.

Oleh karena itu dalam momentum  hijrah ini mari kita melakukan evaluasi terhadap masa yang telah  kita lewati untuk melakukan perubahan yang lebih baik dimasa yang akan datang agar kita tidak termasuk orang yang merugi. Karena sesungguhnya orang yang beruntung adalah hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih hebat dibandingkan hari ini. Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan perubahan  dan perubahan memerlukan perjuangan dan pengorbanan

Mari terus tegakkan ekonomi syariah sebagai model perjuangan untuk melakukan perubahan yang lebih baik di negeri kita ini. Kita niatkan perubahan yang lebih baik dari kita sebagai individu maupun bersama secara kolektif dengan membangun visi besar untuk kemajuan dan maslahat bersama. Perubahan waktu hanya akan menonton kit ajika kita tidak berubah. Ada satu slogan bahwa perubahan itu sulit walaupun arah perubahan itu menuju pada kebaikan. Kebiasaan buruk yang sudah melembaga sangat sulit untuk kita rubah karena serasa sudah baik. Saatnya kita berubah dan menjadikan tahun baru sebagai tonggak menuju kebaikan pribadi dan kolektiv.  Wallahu a’lam bish-showaab

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *