Kisah Dina, Anggota Kopsyah BMI Asal Lebak Yang Sukses Menggapai Mimpinya Lewat Jamur Tiram

Anggota Sukses

Raup Omzet Rp 36 juta, Tapi Masih Kewalahan Tutupi Permintaan Pelanggan

مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ خَيْرٌ مِّنْهَا ۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى ٱلَّذِينَ عَمِلُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ إِلَّا مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; (QS Al Qashash : 84)

LEBAK – Pendampingan usaha anggota menjadi agenda rutin Koperasi BMI. Salah satunya di sektor agribisnis seperti Jamur Tiram. Bukan hanya menyalurkan pembiayaan, BMI juga ikut memotivasi anggota dalam mengembangkan hasil pertaniannya.

Seperti yang diakui Dina (31) Anggota Kopsyah BMI Cabang Kalang Anyar, Lebak ini sukses mengembangkan ekonomi keluarganya lewat usaha jamur tiram.

Tepatnya di tahun 2017, Pembiayaan Mitra Mandiri Usaha (MMU) produk pembiayaan Kopsyah BMI yang diperolehnya langsung digunakanya sebagai modal budidaya jamur tiram.

Baca juga : Jaga Soliditas Manajemen, SPI Dan SDM Gelar Rakor Antar Divisi Di Kantor Pusat

“Saat mendapat pembiayaan BMI saya langsung buatkan modal untuk menanam jamur pak. Saya fokus ke situ saja,” jelasnya dalam silaturahmi bersama Manajer Pemberdayaan Kopsyah BMI M Suproni dan tim di lokasi, kemarin.

Dengan ketekunan dan kesabarannya, usaha tani beliau kini berkembang dengan pesat.Perkenalannya dengan BMI di pertengahan 2017 silam, membuat Dina semakin bersemangat mengembangkan usahanya. Kini, Dina telah memiliki dua tempat pembiakan jamur tiram di halaman rumahnya. Berukuran 6 x 10 meter dan 4 x 10 meter.

Suami Dina, Syafril menjelaskan tata cara pembuatan media tanam jamur tiram kepada Manajer Pemberdayaan Anggota Kopsyah BMI M Suproni.

Baca juga : Joos!! Lahan Mentimun Garapan Petani Anggota BMI Mulai Dipanen

Oleh para perajin, tempat pengembangbiakan jamur tiram disebut kumbung. Untuk membangun kumbung, butuh investasi yang tidak sedikit untuk ukuran Keluarga Dina. Anggaran membangun kumbung mencapai Rp 25 juta. Itu belum termasuk bibit dan media jamur.

“Alhamdulillah, sejak mendapat pembiayaan dari BMI hingga sekarang, usaha semakin lancar dan bisa memasok kebutuhan pasar di Rangkasbitung (Ibukota Kabupaten Lebak),” jelasnya

Dina menuturkan, sebanyak 15 ribu jamur tiram ditanamnya di dua kumbung tersebut. Dengan masa tanam 40 hari, dua kumbung miliknya menghasilkan 30 Kg jamur tiram segar setiap hari.

Baca Juga : Kambara Tebar Lima Strategi Jitu Koperasi BMI Tetap Mentereng Di Tengah Pandemi

Dengan masa panen hingga 4 bulan, omzet total usaha jamur tiram miliknya mencapai Rp 36 juta. Margin keuntungan budidaya jamur tiram dapat mencapai 30-50 persen dari modal.(Per Kg jamur tiram : Rp 10 ribu). Dina pun sudah mulai menyicil untuk membangun rumah.

“Kalau kita sabar pak ada saja ganjaranya. Awalnya saya dan suami khawatir berhasil atau tidak. Tapi kami jalankan terus usaha ini dan Alhamdulillah hasilnya bagus. Dari tabungan sedikit dari usaha ini, saya bisa membeli lahan pembibitan sendiri nggak lebar-lebar amat pak cuma 72 meter,” paparnya.

Susunan baglog atau media tanaman jamur tiram di dalam kumbung milik Dina di Desa Sukamekarsari, Cibadak, Lebak.

Lokasi usaha Dina sendiri terletak di Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak. Dina mengakui, hasil panen sebanyak 30 Kg perhari belum mencukupi kebutuhan pasar jamur tiram di sana.

“Selalu habis pak. Kadang-kadang langganan saya (Rangkasbitung) meminta pasokan jamur lebih banyak. Ada yang sampai 1 kuintal,” terang wanita yang tergabung dalam Rembug Pusat Manggis, pelayanan Kantor Kopsyah BMI Cabang Kalanganyar itu.

Diketahui, Jamur memiliki karakteristik dan keunikan metode budidaya tersendiri, karena dibudidayakan di dalam kumbung yang harus diatur baik suhu dan kelembabannya serta memperhitungkan populasi baglog yang sesuai dengan kapasitas kumbung. Biasanya kapasitas kumbung dengan ukuran 5x 8 meter persegi mampu menampung antara 5.000 – 7.000 baglog (media tanam jamur).

Sementara Manajer Kopsyah BMI Cabang Kalang Anyar Nuryatna berharap totalitas Dina membangun usahanya mampu ditiru oleh anggota lainya. Apalagi, potensi wirausaha di Kalang Anyar dan sekitarnya cukup besar, mulai dari kuliner hingga pertanian.

“Ibu Dina merupakan anggota yang aktif di rembug pusatnya. Awal  pandemi tahun lalu, beliau sudah mengakses pembiayaan MMU hingga Rp 10 juta dan itu lunas selama 6 bulan,” jelasnya.

“Alhamdulillah berkat ketekunan beliau dan kepercayaannya kepada BMI, baik Ibu Dina dan suami mengupgrade kemampuannya bertani dengan menambah dua kumbung sekaligus mengakses MMU sebesar Rp 20 juta dalam setahun,” imbuhnya.

Syafril tengah menyortir jamur tiram yang baru saja dipanen. Dalam sehari, Dina dan Syafril bisa menghasilkan 30 Kg jamur.

Di lokasi yang sama, Manajer Pemberdayaan Anggota Kopsyah BMI Muhammad Suproni berharap ke depan Koperasi BMI menjadi wadah para anggota terus mengejar mimpi bersama.

Untuk melanjutkan dan mengembangkan program pertanian dan pemberdayaan anggota menuju kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah khususnya untuk sub sektor pertanian hortikultura dan agribisnis.

Baca juga : Sejarah Berdirinya Kopsyah BMI

“Sampai kini, proses pendampingan BMI kepada anggota dilakukan mulai dari budidaya sampai dengan menyediakan pasar untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Selain pasar, koperasi pun memberikan harga yang lebih baik. Koperasi membelinya dengan harga yang jauh lebih tinggi dari tengkulak,” jelasnya.

Baca juga : Dari Usaha Kue Cucur, Anggota BMI Asal Pakuhaji Karyakan 60 Penjual Keliling

Saat dihubungi, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengatakan, Peran sosial dan ekonomi yang dijalankan BMI ibarat dua sisi dari satu mata uang yang selalu beriringan.

Sebagai lembaga ekonomi, Koperasi dituntut untuk mengejar profit demi mencapai tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota. Pada sisi lain, tanggung jawab sosial sudah melekat dalam usaha lembaga sokoguru perekomian ini. Termasuk pemberdayaan anggota Koperasi BMI.

”Lewat pemberdayaan, BMI terus membangkitkan ekonomi umat terutama dalam membantu anggota agar bisa bertahan dan menuai hasil positif di tengah badai pandemi ini. Berbagai upaya dilakukan dengan keikhlasan dan penuh semangat gotong royong menunjukkan solidaritas untuk saling menguatkan. Itulah kita harus bangga berkoperasi,” terangnya.

Koperasi BMI, lanjut  Kamaruddin,  meyakini  bahwa  pemberdayaan yang dilakukan  dengan penuh keikhlasan  pada gilirannya kian mempercepat pemerataan ekonomi di tengah masyarakat.

Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara baik  melalui bisnis koperasi dan juga semangat gotong royong membantu sesama  dengan optimalisasi zakat, infak, sedekah dan wakaf lewat Model BMI Syariah.

(gar/KlikBMI)

Share on:

1 thought on “Kisah Dina, Anggota Kopsyah BMI Asal Lebak Yang Sukses Menggapai Mimpinya Lewat Jamur Tiram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *