Nasehat Dhuha Rabu, 3 Agustus 2022 | 5 Muharram 1444 H | Oleh : Ustadz Sarwo Edy, ME
Klikbmi, Tangerang – Terbentang luas lahan sawah yang sudah tertanami padi. Padi-padi yang sudah mulai menguning itu seakan mewarnai lahan yang berlokasi di samping jalan Jeungjing, Cisoka, Tangerang. Di tengahnya terlihat sesosok petani yang tersenyum melihat hasil sawahnya yang siap untuk dipanen. Sosok petani ini bernama Maryadi.
Pak Maryadi yang sedari kecil punya nama panggilan Mading adalah salah satu dari puluhan penggarap sawah wakaf produktif Kopsyah BMI. Ia yang saat ini tinggal di Kp. Leuwidahu RT 005 RW 004 Desa Caringin Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang memang sudah lama menjadi petani. Ia memulai profesi itu dari 15 tahun yang lalu.
“Saya sudah menjadi petani dari 15 tahun yang lalu. Sebelum saya memantapkan diri menjadi petani, saya dulu ikut orang kerja di Jakarta. Semua pekerjaan saya kerjakan. Dari jualan es, jualan mainan dan juga yang lainnya. Hal itu saya lakukan demi menafkahi keluarga dan membiayai sekolah anak” ujar pria berumur 56 tahun ini.
Setelah sekian lama jarang pulang ke rumah, ia pun memantapkan diri untuk pulang ke kampung halamannya. Tepatnya setelah anak-anaknya menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia pun memutuskan untuk mencari nafkah di dekat rumahnya. Yaitu dengan menggembala kerbau.
“Ketika anak-anak sudah selesai sekolah dan mulai dewasa, akhirnya saya pulang ke rumah dan memulai untuk menggembala kerbau punya orang. Beberapa tahun kemudian, saya berpikir untuk menjadi petani. Kebetulan pada saat itu orang tua punya sawah seluas 1.000 m2” tambahnya menceritakan awal mula ia bertani.
Tidak berselang lama, ia tidak bisa lagi menikmati menjadi petani di sawah milik orang tuanya. Sebab sawah yang ia punya itu telah dijual untuk membiayai prosesi meninggalnya orang tua. “Pada saat itu orang tua kami meninggal dan tidak ada biaya untuk mengurusnya. Akhirnya kami terpaksa untuk menjual sawah satu-satunya” terangnya menjelaskan alasan menjual sawahnya.
Gayung pun menyambut! Ia bersyukur, walaupun sawah orang tuanya yang ia garap sudah dijual, masih ada pemilik sawah yang ingin sawahnya digarap olehnya. Akan tetapi rasa syukur itu masih dibalut oleh kecemasan.
“Terakhir sebelum saya menggarap sawah punya Kopsyah BMI, saya menggarap punya PERUM. Kadang saya harap-harap cemas karena namanya sawah punya PERUM suatu saat bisa jadi perumahan. Kalau yang seperti saya ini merasa kawatir dan terbayang nanti akan beralih profesi jadi apa. Sebab saya merasa di umur seperti ini hanya ingin fokus nyawah aja” terangnya lagi.
Kekawatiran itu hilang seketika setelah ia mendengar kabar bahwa sawah yang ia garap itu telah dibeli oleh Kopsyah BMI. Dan yang membuat ia semakin tenang adalah bahwa lahan sawah itu akan berstatus wakaf dan peruntukannya menjadi sawah produktif.
“Alhamdulillah, tiba-tiba saya dikasih tahu Pak RT kalau sawah yang saya garap sekarang sudah dibeli oleh Kopsyah BMI. Katanya sih ini sawah wakaf. Dan yang membuat saya semakin tenang adalah bahwa sawah ini akan tetap menjadi sawah. Karena peruntukannya tetap menjadi sawah produktif” ucapnya sangat dengan syukur mendalam.
Ia yang saat ini mendapat jatah menggarap dua hektar lahan sawah wakaf produktif ini semakin bersyukur. Hal itu dikarenakan tidak hanya ada kesempatan yang lebih lama untuk bertani, tetapi ia juga merasa sawah yang digarap menghasilkan padi yang lebih baik secara kualitas dan pertumbuhan yang lebih cepat.
“Alhamdulillah, kalau padi BMI pertumbuhannya cepat. Mungkin juga karena pupuk yang dipakai bagus. Selain cepat, hasilnya juga bagus. Hal itu karena di BMI ada pendampingan juga. Kalau dulu kami masing-masing aja.” Jelasnya hasil dari adanya pendampingan.
Ia melanjutkan, dengan adanya pendampingan dari BMI, para petani lebih disiplin dalam bertani. Selain itu, ada ilmu-ilmu baru yang mereka dapat dari pendampingan itu. “Saya melihat dengan adanya pendampingan dari BMI petani lebih disiplin. Jadinya kami lebih teratur sesuai yang seharusnya. Kami juga bisa tau harus pakai obat apa di umur tertentu padi. Sehingga kualitas beras lebih bagus. Kalau dulu semau petani” tambahnya.
Selain pendampingan, ia merasa para petani mendapatkan perhatian lebih. Hal itu lantaran mereka juga mendapatkan pinjaman pupuk di awal. “Ada juga program pinjaman pupuk dari BMI. Ini masalah utama para petani. Mereka mau menggarap sawah tapi tidak ada modal. Alhamdulillah, di BMI ada solusinya” tambahnya menceritakan kelebihan menggarap sawah BMI.
Ia menambahkan dengan adanya program pinjaman modal (pupuk dan obat-obatan) sangat membantu para petani. Karena ia menilai sekarang sangat sulit untuk mendapatkan pupuk dan obat-obatan. Karena pupuk yang tersedia terbatas.
“Sekarang beli pupuknya sulit. Dibatasin dari tokonya. Selama setahun dibatasin hanya dapat empat karung (pupuk subsidi). Itupun harus pakai kartu tani. Kalau yang tidak terbatas (pupuk non subsidi) itu harganya mahal” terangnya menceritakan keluh kesah petani.
Ia pun merasa dengan menjadi penggarap sawah wakaf BMI mendapatkan hasil yang lebih dari sebelumnya dari segi ekonomi. Selain itu, ia juga bersyukur karena selain bekerja untuk menafkahi keluarganya, ia merasa pekerjaannya juga bernilai ibadah. Karena hasil dari sawah akan dibagikan kepada para dhuafa.
“Alhamdulillah, Kketika menjadi petani penggarap sawah wakaf BMI, saya mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, pekerjaannya juga bernilai ibadah. Karena hasilnya juga kita bagikan kepada dhuafa. Saya berdoa semoga semakin luas sawah wakaf produktifnya agar semakin banyak petani yang merasakan manfaatnya dan semakin banyak dhuafa yang menerima hasil sawahnya” terangnya.
Direktur Utama Kopsyah BMI, Kamaruddin Batubara beserta pengurus lainnya ingin juga menerapkan Model BMI Syariah melalui program wakaf yang sudah dicanangkan. Salah satunya melalui Program Lahan Sawah Produktif yang saat ini telah berjalan di Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Mereka berharap dengan adanya program ini para petani, khususnya petani sekitar bisa mendapat ladang untuk mencari nafkah.
Terwujudnya lahan sawah wakaf produktif ini bersumber dari wakaf melalui uang para pewakif. Sahabat BMI Klikers juga bisa ikut bergabung dengan para pewakif lainnya untuk mewujudkan Lahan Sawah Wakaf Produktif yang lebih luas agar semakin luas yang menerima manfaatnya.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/KLIK BMI)