Prinsip Mak Anti : Rezeki Sudah Dijamin Allah SWT, Tapi Kita Wajib Berusaha

Edu Syariah
Kisah Lansia Asal Cisoka Tangerang Yang Masih Giat Berdagang Rengginang Di Usia Senja

Nasehat Dhuha Senin, 15 Agustus 2022 | 17 Muharram 1444 H | Oleh : Ustadz Sarwo Edy, ME

Tangerang, Klikbmi.com – “Iya, tunggu sebentar,” sahutan seorang wanita terdengar dari ruangan belakang. Dengan langkah gontai, perempuan itu bergegas untuk keluar. Ia mengira kalau orang yang ada di depan rumahnya itu mau membeli rengginang.

“Pas saya mandi, ada orang yang mengucapkan salam di depan rumah. Saya suruh tunggu sebentar. Saya pun langsung buru-buru keluar. Saya kira dia mau membeli rengginang. Ternyata mau nganter beras (Santunan Dhuafa),” ujarnya.

Perempuan itu adalah Anti. Oleh para tetangga, ia kerap dipanggil Mak Anti. Ia juga penerima Program Santunan Dhuafa Bulanan dari Kopsyah BMI. Usianya sudah menginjak 86 tahun. Ia tinggal di Kampung Secang, RT 04, RW 04, Desa Sukatani Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang.    

Meski sudah uzur, Mak Anti masih mau berwirausaha. Dimana kebanyakan orang sudah hanya tinggal di atas kursi menikmati masa senjanya, ia masih sibuk dengan rengginang yang ia produksi sendiri dan disiapkan bagi pembeli yang datang ke rumahnya.

Warga bahu membahu merubuhkan rumah Mak Anti yang hampir rubuh karena sudah tak layak huni, Juni 2021 lalu. Oleh gotong royong bersama warga Kampung Secang Cisoka dan Kopsyah BMI, Rumah Mak Anti kembali terbangun.

“Saat ini saya masih “iseng” jualan rengginang. Usaha ini sudah dari tiga tahun yang lalu. Sebelumnya saya jualan karedok, ketupat, nasi uduk, buruh tandur dan pernah juga jadi buruh cuci tetangga yang produksi kerupuk. Semua sudah saya lakukan.” Terangnya menjelaskan usaha-usaha yang pernah ia lakoni.

Ia sadar betul bahwa di umurnya yang sekarang bukanlah umur yang produktif. Ia bisa saja hanya menunggu bantuan dari orang lain yang merasa kasihan sama dia. Tapi ia tidak  pernah berfikiran seperti itu. Karena ia sangat berpegang teguh dengan prinsipnya : Rezeki sudah dijamin oleh Allah, Tapi kita tetap harus berusaha.

Mak Anti menyaksikan peletakan rumahnya oleh Manazer ZISWAF Kopsyah BMI Casmita bersama warga Secang, Juni 2021 lalu.

“Kadang banyak yang nanya, emak kok masih usaha? Saya jawab, emang rezeki sudah dijamin (oleh Allah), tapi kalau kita diam saja gimana dapat makan. Makanya kita harus tetap berusaha. Alhamdulillah, dengan adanya rengginang ini saya bisa makan. Kadang kalau rengginangnya belum laku, (Qadarullah) ada juga yang tiba-tiba datang ngasih.” tegasnya.

“Salah satunya ya dari BMI ini. Kemaren pas beras habis dan kebetulan rengginangnya belum laku, tiba-tiba dibawain sama BMI beras 5 kg. Katanya ini hasil dari sawah wakaf BMI yang ada di Cisoka. Yang bawainnya Bu Dwi (Manajer Kopsyah BMI Cabang Cisoka),” ujarnya.

Mak Anti berfoto di depan rumah barunya, hasil gotong royong warga Secang dan Kopsyah BMI.

Ilmu manajemen! Walaupun “iseng”, Ia tidak asal dalam membuat rengginang. Sebab ia dengan yakin harus mencari bahan-bahan yang berkualitas dan memprosesnya dengan baik. Dengan harapan terwujud kualitas rengginang yang bagus agar para pembeli puas dan ketagihan untuk datang kembali.

“Kalau membuat rengginang biasanya saya harus milih berasnya. Biar mahal dikit asal bagus berasnya. Daripada murah tapi hasilnya kurang bagus. Kalau pakai beras yang murah biasanya mekarnya jelek dan kurang enak. Yang belinya jadi kecewa. Yang seharusnya bisa datang lagi, dia nggak datang lagi.” Ujarnya menjelaskan alasan ia memilih bahan rengginang yang berkualitas.

a

Ia pun membuktikan bahwa dengan memilih bahan-bahan yang bagus dan proses pembuatan yang baik akan menghasilkan rengginang yang bagus. Impactnya, akan tetap ada aja yang beli walaupun ia jualannya hanya di rumah. Dan tidak sedikit dari mereka yang kembali lagi untuk membeli.

“Saya kasih harga Rp35 ribu per bungkus dengan isi 50 rengginang. Saat ini saya jualannya hanya di depan rumah aja. Karena kaki saya sudah nggak kuat kalau harus keliling-keliling atau harus jualan di pasar. Tapi alhamdulillah, ada aja yang beli. Dan banyak juga yang sebelumnya beli, sekarang beli lagi.” Tambahnya dengan yakin.

Ia bersyukur karena selama ini ia tidak pernah kelaparan. Ia yang sudah hampir 20 tahun hidup sendiri ini merasa selalu ada yang menolongnya. Selain ditolong dari perihal pangan, ia juga ditolong dari perihal papan. Rumah bilik yang ia tinggali sepanjang hidupnya itu akhirnya dibangun melalui gotong royong warga dan juga Kopsyah BMI pada Juni 2021 silam.

“Alhamdulillah, selama ini saya nggak pernah kelaparan. Selalu ada jalan untuk makan. Walaupun kalau dilihat, saya disini yang paling susah. Saya semakin bersyukur karena rumah saya juga dibangun,” terangnya menceritakan rumahnya yang dibangun melalui gotong royong.

Mak Anti yang tak pernah lelah berwirausaha berjualan rengginang meski usianya tak lama lagi menginjak 90 tahun.

Selain bersyukur karena dibangun rumahnya, Ia juga kaget dan seakan melihat adanya keajaiban dalam pembagunan rumahnya. Karena tidak menyangka rumah biliknya itu disulap menjadi rumah yang kokoh dengan tembok dalam waktu singkat. Dan semua itu melebihi perkiraan Pak Beben (Orang yang menginisiasi pembangunan rumahnya).   

“Kan saya mau kondangan, Pak Beben periksa rumah saya. Katanya ini rumah sudah tidak layak dipakai. Insya Allah dia mau nyari donatur untuk gotong royong bangun rumah saya. Ia juga berharap semoga sebulan, dua bulan atau tiga bulan bisa kebangun rumah. Tapi Alhamdulillah, 28 hari rumahnya langsung dibangun. Orang-orang juga kaget. Ini nenek-nenek bisaan jasa katanya.” Terangnya sembari masih tidak menyangka.

Sedekah di masa sulit!. Dengan keadaan Mak Anti yang serba kekurangan tidak menghambat keinginannya untuk berbagi. Setiap minggu ia selalu mengirimkan apa yang ia miliki untuk jadi konsumsi pengajian mingguan di musholla dekat rumahnya. Selain itu, ia juga tidak segan untuk memberi nasi atau beras kepada peminta-minta yang datang ke rumahnya.

Mak Anti saat menerima bantuan sembako dhuafa yang setiap bulannya diberikan oleh Kopsyah BMI.

“Alhamdulillah, selain untuk dijual, rengginang ini saya juga kasih untuk pengajian (di musholla dekat rumah dan beberapa tempat lainnya). Kadang kalau nggak ada rengginang ya saya kasih yang ada di rumah aja. Selain itu, Kadang kalau ada peminta-minta ya saya juga kasih seadanya. Kalau nggak ada uang, ya beras atau nasi,” ujarnya.

Ia sedari dulu memang sudah tidak berfikir untuk nasib ke depannya. Ia hanya berfikir harus tetap berusaha untuk menjemput rezeki tersebut dan menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah dengan bertawakkal. Ia pun tak lupa untuk memberi (mensedekahkan) sebagian yang sudah diberikan oleh-Nya. “Yang penting saya sudah berusaha. Masa iya Allah nggak mau ngasih (rezeki). Dan kalau sudah dikasih (rezeki) sama Allah ya sudah bebas (mensedekahkan ke orang lain),” pungkasnya.

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).” (QS. Hud : 6)

Ayat di atas memberikan optimisme kepada seluruh makhluk bahwa setiap mereka akan mendapat jaminan rezeki dari Allah SWT. Allah seakan memberi isyarat agar makhluk-Nya tidak terlalu khawatir dan berfikir dengan rezekinya. Walaupun itu, Allah tetap memerintahkan mereka untuk ikhtiar (berusaha) menjemput rezeki dengan usaha terbaik dan menyerahkan hasilnya kepada-Nya. Salah satunya di dalam firman Allah SWT yang berbunyi : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu…(QS. At-Taubah : 105). Wallahu a’lam bish-showaab.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *