Nasehat Dhuha, Jumat 25 November 2022 | 1 Jumadil Awal 1444 H | Oleh Ustadz Sarwo Edy, ME
Klikbmi, Tangerag – Dari zaman Rasulullah SAW, Zakat adalah salah satu instrument yang paling ideal dalam mengentaskan kemiskinan. Karena dengan instrument zakat menjadikan terdistribusinya harta orang yang mampu (harta yang sudah sampai nishab) kepada orang yang membutuhkan (tergolong 8 asnaf).
Selain disalurkan dalam bentuk konsumtif, zakat juga boleh disalurkan dalam bentuk produktif. Hal itu tergantung dari kondisi penerima manfaat zakat. Pernyataan tersebut tertuang di dalam undang-undang No 23. Tahun 2011 bahwa zakat bisa dikelola untuk usaha produktif. Dalam artian sebagai upaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas umat.
Bentuk zakat produktif yaitu dengan diberikannya dana zakat tersebut kepada penerimanya (mustahik) sebagai modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha. Tujuannya adalah membangun dan mengembangkan tingkat ekonomi dan produktifitas mustahik, terutama bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Hal tersebut juga sedang dilakukan oleh Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia atau lebih dikenal dengan nama Kopsyah BMI. Melalui Divisi ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf), zakat yang dikelola tidak hanya disalurkan kepada para mustahiq dalam bentuk konsumtif. Akan tetapi ada sebagian dana zakat yang dialokasikan untuk zakat produktif.
Program zakat produktif ini juga selaras dengan 5 instrumen pemberdayaan Kopsyah BMI yang terangkum di dalam Model BMI Syariah. Yaitu Sedekah, Pinjaman, Pembiayaan, Simpanan dan Investasi. Atau dengan kata lain mengubah mustahiq menjadi muzakki.
Salah satu penerima manfaat dari zakat produktif ini adalah Pak Murtala. Ia adalah salah satu petani binaan Kopsyah BMI yang ada di Desa Blukbuk Kecamatan Kronjo Kabupatan Tangerang. Sudah 4 tahun ia merasakan binaan dari BMI.
“Alhamdulillah, saya bergabung menjadi petani binaan Kopsyah BMI dari tahun 2019. Dan hingga sekarang insya Allah masih lanjut” ujarnya memulai perbincangan.
Saat ini pria kelahiran 1977 ini menggunakan dana zakat produktif tersebut sebagai modal pengelolaan lahan. Lahan yang digarap itu ia tanami sayur daun, seperti kangkung, bayam dan juga terong. “Modal itu saya alokasikan untuk modal menggarap lahan. Lahan tersebut saya tanami sayur daun, seperti kangkung, bayam dan juga terong” lanjutnya.
Selain bertani, ia yang saat ini tinggal di Kp. Blukbuk RT 03 RW 04 Desa Blukbuk Kecamatan Kronjo ini juga membimbing petani-petani baru. “Kami di sini ada 4 orang dengan bermacam-macam jenis garapan lahan. Selain itu, ada juga petani-petani baru yang minta bimbingan ke saya terkait pemupukan, penyemaian dan juga tempat menjualnya” terangnya di sela-sela menyiram lahan.
Sebelum bergabung menjadi petani binaan BMI, ia sudah melalang buana di beberapa tempat dan jenis usaha. Dari menjual buah-buahan, berdagang di pasar ikan, dan juga menjadi petani. Tapi pada saat itu ia bertani dengan biaya sendiri.
“Sebelum saya gabung dengan BMI, dulunya pernah menjadi petani juga tapi biaya sendiri. Kata orang sini mah koreh-koreh lah. Selain itu pernah juga dagang buah-buahan. Dan pernah juga dagang di pasar ikan” ujarnya menceritakan sejarah perjalanannya sebelum bergabung dengan BMI.
Ia tidak bisa memungkiri, bahwa salah satu hal utama alasan ia bergabung dengan BMI adalah perihal biaya. Selain biaya, adanya penyuluh yang membuat ia semakin tertarik ikut bergabung.
“Kenapa saya gabung menjadi petani binaan Kopsyah BMI? Nomor satu, kekurangan biaya. Alhamdulillah semenjak BMI ke Kampung Blukbuk ini dan ngajak petani ikut gabung, kita merasa senang dengan adanya BMI. Apalagi BMI membantu modalnya dan menyiapkan penyuluhnya. Itu yang menarik buat kita” terangnya yang membuat ia tertarik bergabung.
“Kalau seumpama nggak ada BMI, mungkin pertanian kita nggak akan seperti sekarang sih. Mungkin masih sebedeng dua bedengan lah” lanjutnya
Ia pun bersyukur dengan bergabung menjadi petani binaan Kopsyah BMI, Ia mendapatkan permodalan serta adanya penyuluhan sehingga hasil yang didapatnya pun lebih baik.
“Alhamdulillah, sangat ada peningkatan (semenjak bergabung). Dulu saya mengelola tanaman rambatan seperti oyong, timun dan paria. Tapi kalau menurut saya lebih menguntungkan sayur daun. Kalau sayur daun panennya sebulan dua kali. Penghasilan per panen minimal sekitar 300 sampai 400 ikat. Jadi bisa langsung buat (urusan) dapur” lanjutnya sembari bersyukur.
Ia merasa peningkatan-peningkatan hasil itu juga berkat bimbingan dari penyuluh (tim pemberdayaan Kopsyah BMI). “Utamanya sih bimbingan dari Pak Suhri dan Pak Dedy yang selalu membimbing petani. Kami dibimbing dari awal pengurusan hingga selesai. Bahkan mereka juga ikut terjun langsung membantu nyebar pupuk dan juga nyiram lahan” pungkasnya.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)