Oleh : AH/klikbmi
Klikbmi.com, Tangerang – Krisis ekonomi tahun 1998 sangatlah buruk jika dilihat dampak yang ditimbulkan. Bagaimana tidak. Saat itu para pengusaha gulung tikar, gelombang PHK terjadi dimana mana.Orang lepas kendali dan menebar emosi dimana mana. Bahkan banyak orang yang berputus asa akibat resesi yang parah dan lebih memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tercatat saat itu, Asia adalah salah satu yang paling terkena dampak paling parah, Termasuk di Indonesia.
Saat ini wabah virus Covid 19 menyebabkan hal yang hampir sama, bahkan lebih parah dampaknya. Jika dulu banyak orang di PHK karena perusahaannya bangkrut akibat resesi ekonomi, tapi mereka masih bisa bergerak untuk mencoba berwirausaha sendiri tanpa ancaman kesehatan dan larangan untuk keluar rumah. Tapi sekarang sangat berbeda, banyak orang di PHK karena perusahaannya tidak lagi berproduksi dan mengalami kerugian yang sangat nyata akibat penerapan social distancing bahkan physical distancing dan larangan keluar rumah akibat wabah virus Covid 19. Dan fatalnya, masyarakat pun tidak bisa berkutik sama sekali karena memang kondisinya dibatasi dan tidak bisa berinteraksi sosial seperti biasanya.
Saat seperti inilah jatidiri seseorang akan terlihat. Tipe orang yang lemah dan pasrah, akan menerima saja nasib bahwa dirinya sekarang menjadi miskin dan tidak berdaya apa apa lagi sehingga cenderung menunggu pertolongan orang lain dan Pemerintah. Sedangkan tipe petarung, momentum ini dimanfaatkan untuk berkreasi mencari upaya alternatif yang bisa menghidupi keluarganya ditengah wabah. Di sinilah akan kelihatan, mana orang yang jatidirinya benar benar teguh . Tanpa disadari maka keluarlah jatidiri dan kemampuan yang sebenarnya.
Sejak awal saya melihat dampak dari wabah virus ini yang paling kentara adalah di bidang ekonomi. Banyak orang luntang lantung karena kegiatan ekonomi sama sekali terhenti. Semua orang dihantui rasa ketakutan dan waswas akan virus Covid 19. Semua diam di rumah alias stay at home, karena takut tertular dan menulari. Ditambah lagi kebijakan pemerintah yang masih setengah hati dalam prakteknya. Kebijakannya belum direalisasikan, sudah dipublikasikan ke masyarakat. Tentu saja ini malah menuai reaksi kritis di arus bawah bahkan menimbulkan masalah baru. Bahkan kebijakan pemerintah yang melarang perbankan dan leasing menarik angsuran dari masyarakat atau debitur, malah dimanfaatkan segelintir orang yang berkedok LSM atau oknum LSM untuk memprovokasi masyarakat dan mengambil keuntungan dengan mengutip uang kepada rakyat dengan jaminan mereka akan dibebaskan hutang nya kepada bank dan leasing tersebut. Dan Pemerintah tetap tutup mata terhadap kenyataan seperti ini. Saat inilah diperlukan munculnya sosok pembangkit motivasi bukan superhero yang gagah gagahan melawan virus Corona, tapi inspirator yang membakar semangat semua orang untuk tetap optimis berbuat yang terbaik di saat seperti ini.
Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara bisa menjadi contoh inspirator dalam hal ini. Kini, 260.000 orang anggota koperasi BMI menaruh harapan dan asa di pundak pria kelahiran Mandailing Natal, 45 tahun silam itu. Kama Bara begitulah dia dipanggil, seringkali berfikir bagaiman caranya menyelamatkan usaha dan aset 260.000 anggota. KamaBara tidak berfikir bagaimana menyelamatkan dirinya sendiri, tapi bagaimana saat seperti ini dirinya bisa bermanfaat buat orang banyak. Semangatnya untuk berbagi dengan sesama, hadir di saat anggota koperasi suka dan duka, tidak perlu diragukan lagi. Sepak terjangnya selama ini dalam dunia perkoperasian sudah meneguhkan dirinya memang pantas diganjar dengan penghargaan tertinggi Satyalencana Wira Karya dari Presiden Jokowi tahun 2018. Komitmennya yang tulus untuk pemerataan ekonomi yang mensejahterakan selalu direalisasikan dalam bentuk nyata kegiatan kegiatan sosial yang sudah dikenal oleh semua kalangan, seperti hibah rumah siap huni, santunan yatim dan duafa, ambulan dan operasional nya, santunan pendidikan dan banyak lagi ke kegiatan sosial yang telah dilakukan selama ini.
Kamaruddin Batubara menyesalkan sikap pemerintah yang tidak hati hati dalam mengeluarkan statement kepada rakyat. Koperasi sebagai wadah ekonomi kerakyatan tentu saja beda dengan badan usaha lainnya seperti BUMN dan BUMS yang asetnya dimiliki negara dan perorangan swasta. Jika terjadi suatu kerugian yang rugi adalah pribadinya saja. Beda dengan koperasi. Aset koperasi adalah milik seluruh anggota. Di koperasi BMI, 80 persen asetnya adalah milik 260.000 anggota. Menjadi satu kemasgulan, jika koperasi berhenti operasional dan tidak boleh menarik angsuran dari anggotanya , sementara penarikan simpanan dan penyaluran pembiayaan terus dijalankan. Seharusnya pemerintah mensupport koperasi dengan kebijakan yang solutif. Kamaruddin Batubara menceritakan bahwa dalam tiga hari saja sejak koperasi BMI operasional kembali setelah work from home dan meliburkan angsuran sebanyak 2 kali, Kopsyah BMI telah menyalurkan pembiayaan baru senilai 13 milyar rupiah kepada anggota, dan simpanan yang ditarik juga mencapai 16 milyar rupiah. Sementara itu angsuran dari anggota ke koperasi selalu ramai ramai dihambat dengan berbagai kebijakan sepihak dari beberapa kepala desa dan aparat yang tidak paham tentang prinsip perkoperasian yang pengelolaannya dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
Kini untuk kemaslahatan anggota koperasi BMI, KamaBara kembali turun gunung untuk mengedukasi dan memberikan pencerahan kepada aparat dan kepala desa bahwa koperasi itu beda dengan perbankan, leasing dan bank keliling yang berkedok koperasi. Justru berulangkali KamaBara menegaskan, bahwa dirinya dan koperasi BMI akan memberdayakan anggota dan mendampinginya di saat saat sulit ini. Tidak ada satupun dari pengamatan saya, lembaga keuangan lain yang berani menggulirkan pembiayaan baru di tengah krisis ini seberani Kopsyah BMI yang dalam 3 hari saja langsung melempar pembiayaan hingga 13 milyar rupiah. Pesan Al Qur’an Surah Al Hasyr ayat 7, bahwa harta jangan hanya beredar di kalangan orang kaya saja, benar benar direkfleksikan Kamarudin Batubara dalam momen seperti ini. Kamaruddin Batubara turun langsung memberikan teladan bagaimana menyikapi reaksi masyarakat di lapangan dan menegaskan bahwa koperasi adalah milik bersama harus dijaga bersama. Seharusnya tidak usah ada istilah penagihan, anggota harus sadar sendiri bahwa ini untuk kepentingannya sendiri dan kepentingan anggota lain agar bisa mendapatkan manfaat yang sama. Kesadaran dan kemandirian anggota koperasi tengah diuji menurut Kamaruddin Batubara.
Alhasil kita akan melihat nanti pejuang-pejuang Koperasi BMI yang tangguh berhasil melewati badai wabah Corona ini. Situasi yang sulit ini semakin membedakan koperasi BMI dengan Lembaga Keuangan lainnya. Militansi anggota koperasi BMI terlihat jelas saat ini. Mereka membentengi koperasi BMI dengan penguatan partisipasi dan bahu membahu saling menopang dalam melewati masa sulit ini.
Selamat berjuang para pejuang BMI, kelak kita akan berterima kasih kepada situasi seperti ini yang telah membentuk kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dan menjadi pemenang kehidupan.
Wassalam. Salam BMI, Salam Militansi !!
(Penulis adalah ” Tukang nulis” di klikbmi.com)