Takwa Dan Tawadhu Dengan Tidak Meremehkan Tiga Hal

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha   Sabtu, 24 April 2021 | Hari Ke-12 Ramadhan 1442 H| Oleh :  Sularto

Klikbmi, Tangerang – BMI Kliker di manapun berada, nasehat dhuha kita kali ini redaksi ambilkan dari ceramah pendek Ustadz Salim A Fillah. Jika kita sarikan materi ceramah pendek ini, sesuai sekali jika kita berikan judul Takwa Dan Tawadhu Dengan Tidak Meremehkan Tiga Hal.

Pertama adalah jangan meremehkan amal kita besar atau kecil. Amal yang mengundang ridhlo Allah, amal bukan besar atau kecilnya, amal yang paling ikhlas dan paling mengikuti tuntunannya. Amal yang terus menerus walaupun paling sedikit. Ada pelajaran penting dari cerita Imam Abu Dawud dan tukang perahu yang kita kenal dengan cerita “Membeli Surga dengan Satu Dirham”. Suatu ketika, Imam Abu Dawud berada di atas perahu penyeberangan sungai Dajlah. Tiba-tiba ia mendengar seseorang di tepi sungai bersin dan mengucapkan “alhamdulillah.”

Abu Dawud mengeluarkan uang satu dirham dan memberikannya kepada tukang perahu agar mendekat sejenak ke tepian. “Yarhamukallah,” ucapnya mendoakan orang yang bersin tadi. Mendengar didoakan, orang yang bersin itu pun menjawab, “yahdikumullah wa yuslihu baalakum.” Perjalanan dilanjutkan. Orang-orang keheranan mengapa Abu Dawud mau bersusah payah membayar tukang perahu hanya demi mendoakan orang yang bersin dan mendapat doa darinya. “Semoga menjadi doa yang mustajab,” jawab imam ahli hadits itu. Ketika para penumpang perahu itu tertidur, semuanya mendengar seruan dalam mimpi mereka, “Wahai para penumpang perahu, sesungguhnya Abu Dawud telah membeli surga Allah dengan satu dirham.” Begitu terbangun, mereka saling menceritakan mimpi itu.

Kisah ini dicantumkan Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari dengan sanad yang baik. Imam Abu Dawud, “hatinya yang lembut amat peka untuk beramal dengan sunnah kekasih yang dirindukannya, meski terlihat remeh dalam pandangan manusia.

Kedua, jangan meremehkan dosa kita kepada Allah walaupun kita menyangka itu dosa kecil. Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan dan dosa. Tidak peduli sebaik apapun orang tersebut. Sebab, sudah menjadi fitrah manusia untuk lupa dan melakukan kesalahan. Akan tetapi, Allah memberikan anugerah dan juga pengampunan berupa kesempatan bertaubat. Taubat memungkinkan seorang hamba untuk kembali menyucikan diri setelah melakukan kesalahan. Taubat juga merupakan bentuk cinta Allah kepada para hamba-Nya. Bahkan Allah menjanjikan pengampunan kepada setiap hamba yang bertaubat. Walau dosa yang dimilikinya sangat besar sekalipun.

Meski setiap taubat pasti diterima dan setiap dosa pasti diampuni, bukan berarti seorang hamba bisa merasa bebas berbuat dosa. Di samping itu, Anda mungkin saja berpikir, kalau Allah bisa mengampuni dosa besar, Allah pasti mau memaafkan dosa kecil. Tapi, faktanya tidak seperti itu. Perkara dosa bukanlah sesuatu yang bisa digampangkan. Bahkan dosa kecil sekalipun bisa menjadi dosa besar jika disepelekan.

Ada beberapa alasan mengapa dosa kecil sekalipun tidak boleh dianggap enteng, berikut ini adalah beberapa di antaranya pertama, dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan sulit diampuni. Seorang hamba yang melakukan dosa besar seringkali menganggap bahwa dosanya sangat besar dan berharap Allah mengampuninya. Karena itu, hamba tersebut benar – benar meminta pengampunan Allah. Sementara, seorang hamba yang melakukan dosa terus menerus karena meremehkannya, justru akan lebih sulit diampuni oleh Allah. Sebuah dosa yang dianggap besar oleh seorang hamba, akan menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, saat seorang hamba menganggap enteng atau kecil sebuah dosa, maka dosa tersebut akan menjadi besar di sisi Allah.

Kedua, Menceritakan dosa rahasia dengan bangga. Seorang manusia bisa saja melakukan dosa secara sadar ataupun tidak disadari, sementara tidak ada orang yang mengetahui hal tersebut. Hal ini diungkapkan pada sebuah hadits seperti seseorang yang melakukan perbuatan buruk di malam hari, sedangkan tidak ada satu orang yang tahu bahwa dia melakukan dosa tersebut. Maka Allah akan menutupi aibnya tersebut.

Akan tetapi, apabila orang tersebut malah membuka aibnya sendiri kepada orang lain, maka orang tersebut masuk ke dalam golongan yang disebut sebagai Mujaahiriin. Orang – orang ini tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah. Ketiga, dosa kecil yang dilakukan oleh seorang alim yang menjadi panutan. Dalam hadits riwayat Muslim no. 4831 disebutkan bahwa setiap orang yang mengajak orang lain kepada kebaikan, maka akan mendapatkan pahala dari orang tersebut. Sebenarnya, hal ini juga berlaku bagi orang yang mengajak orang lain kepada dosa. Maka, orang tersebut juga akan mendapatkan dosa dari orang yang mengikutinya.

Di samping itu, seorang alim seringkali menjadi panutan orang – orang lain di sekitarnya. Karena itu, mereka memiliki tanggung jawab lebih. Apabila seorang alim yang menjadi panutan melakukan dosa, maka potensi orang lain mengikuti dan menjadikan hal tersebut sebagai pembenaran juga akan besar. Itulah beberapa alasan dan bahaya meremehkan dosa kecil. Menyadari hal ini, sudah sewajarnya jika setiap orang memperhatikan sikapnya. Di samping itu, sudah semestinya kita langsung bertaubat begitu menyadari bahwa kita telah melakukan dosa. Meskipun dosa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan atau dosa kecil saja. Sikap ini lebih kepada kehati – hatian agar tidak terjerumus ke dalam sesuatu yang lebih besar.

Ketiga,  jangan pernah meremehkan sesama manusia walaupun kita anggap mereka orang kecil, mungkin boleh jadi mereka adalah kekasih-kekasih Allah. Mari tetap bersedekah walaupun kecil tetapi rutin. Salurkan sedekah terbaik  kita melalui rekening Ziswaf Kopsyah BMI : BNI Syariah : 7 2003 2017 1 a/n Benteng Mikro Indonesia. Simpanan Sukarela : 000020112016. DO IT BMI : 0000000888 dengan memilih paket takjil ataupun paket wakaf mushaf Al-Qur’an dan ataupun dua-duanya. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *