Termasukkah Kita, Yang Menjauhi Pemilik Rezeki Dengan Alasan Mencari Rezeki?

Edu Syariah

Nasehat Dhuha  Selasa,  23 November 2021 | 17 Rabiul  Akhir 1443 H | Oleh :   Sarwo Edy, ME


Klikbmi, Tangerang –  Subuh kesiangan, Dzuhur kerepotan, Ashar di perjalanan, Maghrib kecapekan, Isya’ ketiduran. Jangan banyak alasan. Telah kamu tinggalkan. Perintah Tuhan kamu lupakan, kamu abaikan. Cuma 5 waktu dirikanlah dulu sholatmu. Begitulah awal lirik dari lagu “Cuma 5 Waktu” yang diciptakan oleh Tjahjadi Djajanata/ Ishak.

Secara garis besar, lagu di atas menggambarkan bagaimana seseorang yang terperdaya dengan mengejar dunia yang tiada henti tapi lupa siapa yang menciptakan dunia seisinya dan siapa yang membuat dunia yang dikejar olehnya. Sehingga dunia yang dikejar itu menjadikan seseorang lupa untuk mengejar yang membuat dunia.

Merupakan fitrah manusia : Lahir di dunia, nyari apa yang ada di dunia agar bisa hidup di dunia. Yang menjadi masalah adalah terkadang bersamaan dengan itu, lupa siapa yang menciptakan dunia dan mencukupi kebutuhan agar bisa bertahan hidup di dunia.

Kita telah mengetahui bahwa Allah satu-satunya pemberi rezeki. Rezeki sifatnya umum, yaitu segala kenikmatan yang diberikan kepada hamba, baik berupa harta, anak, istri dan juga yang lainnya. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rezeki tersebut. Hal itu juga termasuk bagian dari aqidah dan tauhid, Yaitu Tauhid Asma’ was-sifaat “Ar-Rozzaaq” (Maha Pemberi Rezeki).

Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rezeki, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)

Sama halnya dengan Allah satu-satunya pemberi rezeki. Seandainya Allah ingin menahan rezeki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rezeki tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).

Akan tetapi, kadang ada sebagian manusia yang merasa bahwa walaupun jauh dari pemilik rezeki, tapi tetap mendapatkan rezeki yang melimpah. Perlu kita ketahui bahwa Allah menguji hamba-Nya dengan meluaskan dan menyempitkan rezekinya. Jika dengan keduanya  hamba-Nya semakin dekat dengan Sang Khaliq, maka Allah akan angkat derajatnya. Dan begitu juga sebaliknya.

Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan firman Allah,

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)

“Maka adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, Maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya Maka dia berkata: “Tuhanku telah menghinakanku“. (QS. Al-Fajr: 15-16);

Beliau rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rezeki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian.

Kesimpulannya, sebenarnya yang Allah butuhkan dari hamba-Nya di dalam mencari rezeki adalah ikhtiarnya, tawakkalnya dan ibadahnya (taqwanya). Maka jadikan dengan mencari rezeki membuat kita lebih dekat dengan Pemilik rezeki (Allah SWT) sehingga rezeki yang didapat menjadi berkah dan bernilai ibadah.

Wallahu a’lam bish-showaab.

Mari tetap ikhtiar terbaik dan berikan dari sebagian rejeki kita untuk orang yang membutuhkan. Insyallah rejeki yang kita terima akan berkah. Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *