Klikbmi.com, Tangerang – Koperasi BMI Jumat (25/9) menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Membangun Koperasi Sehat Dengan Prinsip Good Cooperative Governance (GCG). Webinar yang diformat dalam zoom meeting dan live streaming di kanal youtube Klik BMI News ( https://www.youtube.com/watch?v=85RyfPyRNUE )berlangsung sangat menarik dan sampai saat ini (2 hari) telah menarik perhatian lebih dari 2250 viewer sejak diunggah. Tiga pembicara membawakan tema yang menarik pada acara ini. Dari unsur pemerintah hadir Ahmad Zabadi, SH, MM (Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop dan UKM RI), dari sudut pandang akademisi, Dr Ir Lukman Mohammad Baga,MA.Ec (Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah – CIBEST, IPB) dan praktisi koperasi serta pencetus Model BMI Syariah serta penulis buku Model BMI Syariah, Kamaruddin Batubara, SE, ME (Presiden Direktur Koperasi BMI).
Acara dibuka oleh Adam Hasan, selaku penyelenggara acara mewakili Kehumasan Koperasi BMI. Adam mengatakan bahwa acara webinar seperti ini adalah acara yang menjadi konsen Koperasi BMI untuk memberikan syiar positif bagi pengembangan koperasi di Indonesia. “Kami ingin acara seperti ini bisa kami selenggarakan secara rutin bahkan setiap bulan, kami berharap dengan tema-tema aktual, acara semacam ini bisa kami laksanakan. Kami berterima kasih kepada jajaran pengurus Koperasi BMI yang sangat memberi ruang pada hal-hal positif untuk mensyiarkan pratek koperasi yang sehat. Kami juga berterima kasih atas semua dukungan sponsor terhadap acara ini” ujar Adam Hasan saat membuka acara.
Dipandu oleh Sularto sebagai moderator, Ahmad Zabadi membuka dengan materi Pengawasan Efektif Dalam Membangun Koperasi Berkategori Sehat. Dalam paparannya Ahmad Zabadi menyampaikan 5 Strategi Modernisasi Koperasi 4.0. Bahwa modernisasi koperasi harus dimulai dari perbaikan ekosistem yang meliputi perbaikan menyeluruh dari hulu ke hilir, terciptanya akses pembiayaan dan pasar serta sumber daya manusia yang berkualitas, perlunya koperasi masuk ke sektor unggulan dan keniscayaan koperasi masuk sektor industri kreatif. Langkah kedua modernisasi koperasi adalah perlunya strategi nasional berupa kebijakan yang mendukung. Langkah ketiga perlunya sistem pengawasan dan lembaga penjamin simpanan. Keempat, konsolidasi ukm dari hulu sampai hilir. Dan langkah kelima perlunya arsitektur pengembangan koperasi nasional.
“Modernsiasi koperasi menuju terciptanya digitalisasi koperasi adalah satu jalan menuju terciptanya koperasi yang sehat dan sangat berkualitas. Tentu hal ini didukung oleh penerapan nilai GCG dalam tata kelola koperasi. Transparansi, akuntabilitas, kemandirian, pertanggungjawaban dan kewajaran menjadi tata nilai berkoperasi yang menjunjung tinggi penerapan GCG” papar Ahmad Zabadi. Pada sesi penutupan Ahmad Zabadi mengatakan bahwa pendidikan anggota adalah jalan menuju partisipasi anggota di mana anggota mengetahui fungsinya sebagai pemilik, pengguna dan pengendali.
Lukman Baga memberikan tekanan akademis pada paparannya bahwa the co-operative organization as a socio-economic system, koperasi jangan sampai terjebak dalam layanan dengan non anggota, sekalipun hal ini lebih menguntungkan secara ekonomi. Koperasi bukan saja memiliki indikator profit tetapi juga benefit.” Koperasi harusnya menjaga selalu bertransaksi dengan anggotanya, jangan karena lebih menguntungkan kerjasama dengan non anggota sehingga melupakan khitahnya memberikan benefit bagi anggota dan akhirnya nyaman berbisnis non anggota” ujar Lukman Baga dalam paparanya.
Lukman Baga juga mengingatkan bahwa koperasi memiliki ekosistem intra koperasi dengan kajian internal pada satu koperasi tertentu. Koperasi juga harus menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari banyak koperasi di Indonesia, sehingga perlu ada kerjasama antar koperasi yang menjadi salah satu prinsip koperasi. Koperasi juga memiliki ekosistem ekternal koperasi, artinya koperasi merupakan bagian dari lembaga dan institusi lain seperti BUMN dan BUMS. “Kesadaran pengurus koperasi untuk bekerjasama dengan pemerintah, swasta, shareholder lain dan lembaga pendidikan dan penelitian menjadi kunci penciptaan ekosistem koperasi sehat” ujar Lukman Baga pada paparan materinya.
Kamaruddin Batubara sebagai praktisi memberikan penajaman materi dengan mengutip pidato Bung Hatta pada Konferensi Ekonomi Jogjakarta (1946), yang mengatakan bahwa arah perekonomian di masa datang harusnya semakin jauh dari individualisme dan semakin dekat kepada kolektivisme yaitu sama sejahtera atau sejahtera bersama. Pembangunan ekonomi Indonesia sesudah perang haruslah didasarkan kepada cita-cita tolong – menolong.” Bahwa menjalankan manajemen koperasi adalah untuk kepentingan bersama bukan kepentingan kelompok, bisnis harus dimiliki bersama bukan hanya dimiliki oleh sekelompok” ujar Kamaruddin Batubara yang telah menerima perhargaan tertinggi dalam pengabdiannya di koperasi dengan menerima Anugerah Satya Lencana Wira Karya yang diserahkan oleh Presiden (2018). Mengakhiri sesi diskusi, Kamaruddin Batubara memberikan kesimpulan bahwa koperasi bukan semata-mata memperoleh profit tetapi juga benefit untuk anggota. “Ayuk pegiat koperasi Indonesia mari bangun semangatnya untuk pemerataan ekonomi berkeadilan, berkoperasi dengan semangat kolektifitas usaha bukan untuk kepentingan kelompok apalagi kepentingan individu, misalnya di Koperasi BMI kita punya program rumah tanpa dp (down payment), karena banyak anggota yang punya tanah bahkan tidak sedikit yang hampir roboh tetapi tidak punya uang untuk bangun, di sinilah koperasi hadir. Memang koperasi harus tetap profit dan sekaligus memberikan benefit untuk anggota, dan kuncinya adalah anggota harus bahagia” pungkas Kamaruddin Batubara. (Sularto/Klikbmi).
BMI adalah koperasi syariah yang dijalankan oleh pengurus yang amanah