Nasehat Dhuha Minggu, 27 Juni 2021 | 17 Dzulka’dah 1442 H| Oleh : Sularto
Klikbmi, Tangerang – Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT selamat berlibur bagi teman-teman yang bekerja formal. Kebanyakan dari kita pada hari minggu seperti hari ini kita libur kerja. Semoga libur kerja ini memberikan kita hikmah untuk semakin dekat dengan keluarga. Hari ini kita ingin bicara soal ajakan kebaikan yang kadang dimaknai sebagai riya’ oleh orang lain. Lalu bagaimana kita harus bersikap? Memang sebagai manusia kita tidak bisa lepas dari bisikan setan yang bangga terhadap pujian dan sanjungan. Namun jangan sampai karena ketakutan kita untuk tidak dibilang riya’ kemudian tidak mensyiarkan kebaikan-kebaikan.
Riya sering disebut juga dengan sombong dalam beribadah. Riya adalah perbuatan melakukan suatu amalan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Padahal Allah sangat tidak menyukai perbuatan tersebut. Dan perbuatan riya dapat menghapus amal ibadah yang telah dilakukan seseorang. Riya merupakan upaya memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain.
Dalam kehidupan bertetangga kejadian ini sering kali terjadi, misalnya dalam komunitas masjid terdapat sumbangan. Lalu ada orang yang mengajak untuk bersedekah dan mengingatkan kita semua untuk bersedekah, ajakan ini belum tentu disambut positif oleh semua orang. Ada saja yang mengatakan.”Wah itu orang cari muka, agar dipuji alim” dan komentar miring yang sejenis. Ada juga yang dalam satu grup mengajak untuk sholat malam, dan tentu nada nyiyir tetap ada juga. Memang tidak semua orang suka terhadap apa yang disebut dengan kebaikan.
Pasalnya adalah kebaikan ini bisa dimaknai dalam persepsi yang berbeda –beda. Namun sesungguhnya bagaimana kita harus bersikap?
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” [HR. Muslim].
Berdasarkan hadis di atas kita bisa menyimpulkan barang siapa yang mengajak pada perbaikan diri, atau memberikan contoh yang baik. Maka setidaknya segala kebaikan yang dikuti oleh orang lain juga akan menjadi milik kita. Demikian juga kita dalam berkoperasi, anggota yang memiliki peran baik dalam berkoperasi bisa memberikan contoh-contoh kebaikan kepada yang lain. Sehingga setiap anggota akhirnya bisa berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khoirot. Kita tidak perlu risau dengan omongan orang lain yang akan menghentikan kebaikan yang kita lakukan. Yang terpenting sebagai manusia kita tetap jaga niat.
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu:
فَوَاللهِ، لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, bila Allah memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu orang saja, lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah.” [HR. Bukhari]
Dari dua hadits di atas dipahami bahwa dianjurkan mengajak orang lain untuk beribadah kepada Allah bahkan memiliki keutamaan yang besar. Analogi ini bisa berarti juga kita semua dianjurkan untuk mengajak kebaikan dan ini akan memiliki keutamaan besar.
Kita juga dapat belajar dari QS Ar Ra’d ayat 22 di bawah ini :
وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً وَّيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِۙ
22. Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang men-dapat tempat kesudahan (yang baik),
QS Al Baqarah ayat 274 :
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
274. Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
QS Ali Imron ayat 31 :
قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Ketiga ayat di atas memberi pesan bahwa kebaikan baikan yang sifatnya sedekah dalam arti luas maupun infaq dapat kita lakukan dengan sembunyi dan terang-terangan. Namun dalam terang-terangan terdapat pahala karena kita bisa mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan yang sama.
Hanya saja di dalam mengajak manusia kita harus ikhlas karena Allah karena termasuk penyimpangan niat yang banyak menimpa manusia dan menodai kesucian ibadah mereka adalah perbuatan riya. Perbuatan riya itu bertujuan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan dengan amal shaleh yang kita kerjakan. Mari saling berlomba dalam kebaikan, dan niatkan semua dalam rangka beribadah hanya kepada Allah SWT. Ingat hidup hanya sementara dan menjadi penentu kehidupan kita selanjutnya.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).