Nasehat Dhuha Jumat, 28 Mei 2021 | 16 Syawal 1442 H | Oleh Ust Sarwo Edy, ME
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Surat Al-Baqarah : 155)
Klikbmi, Tangerang – Setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini tidak akan luput dari yang namanya musibah. Jika kita mentadabburi ayat-ayat-Nya, Salah satu datangnya musibah adalah sebagai ujian yang diberikan dari Sang Khaliq, Allah. Datangnya musibah kepada seseorang bukan berarti Allah membenci orang tersebut. Akan tetapi bisa jadi itu tanda sayangnya Allah kepada makhluk tersebut. Mari kita tilik cerita-cerita Nabi dan Rasul yang diambil dari ayat-ayat Ilahi. Tidak ada satupun seorang Nabi dan Rasul yang di dalam hidupnya bebas dari yang namanya musibah (Ujian). Bahkan jika kita bandingkan dengan musibah yang kita terima, maka musibah yang diterima oleh para Nabi dan Rasul berkali-kali lipat daripada yang kita terima.
Bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi derajat seseorang di sisi Allah, Semakin tinggi pula musibah (ujian) yang diterima. Hal ini selaras dengan makna yang dikutip dari surat Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. Ambil hikmah di balik musibah yang kita terima! Mungkin sebagian dari kita merasa dirugikan dari musibah yang kita terima. Yaitu berupa kehilangan atau kerusakan atau kekurangan barang benda ataupun seseorang yang kita cintai. Tapi ingatkah kita bahwa musibah berupa apa yang diambil oleh Allah adalah apa yang Allah berikan (amanah) kepada kita sebelumnya.
Musibah membawa berkah. Setiap apa yang terjadi di dunia ini tidak akan luput dari yang namanya Qadarullah dan Qudratullah.
Semuanya sudah tertulis di Lauhil Mahfudz sebelum penciptaan manusia itu sendiri. Dan yang pastinya ada “tujuan” kenapa terjadinya musibah. Salah satu musibah yang membawa keberkahan terjadi pada sepasang suami istri pemilik tanah di salah satu bukit yang ada di Bandung. Kisah ini diceritakan langsung oleh sang suami pada kesempatan saya melakukan study tour pada tahun 2011 silam.
Alkisah sepasang suami istri yang berdomisili di Magelang ini dua-duanya beragama Kristen. Mereka berdua mempunyai seorang anak berumur belasan tahun dan saat itu mengenyam pendidikan di SMP (Sekolah Menengah Pertama). Dalam kesehariannya, si anak ini bergaul dengan anak yang seumurannya tapi beragama islam. Seiring berjalannya waktu pergaulan dengan temannya yang beragama islam, anak ini mendapatkan hidayah sehingga terketuk hatinya untuk masuk islam.
Awalnya, niat anak tersebut untuk masuk islam ditolak mentah-mentah oleh kedua orang tuanya. Dikarenakan niat baiknya ini ditolak oleh orang tuanya, dia diam-diam memeluk agama islam tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya. Berjalanlah kejadian itu beberapa waktu sampai tibalah musibah bagi sepasang suami istri tersebut. Anak mereka yang memeluk agama islam secara diam-diam itu meninggal dunia karena kecelakaan. Pecah kesedihan mereka berdua karena kehilangan anak yang mereka cintai.
Beberapa hari setelah meninggalnya anak tersebut, Ibunya selalu mendapatkan bisikan yang seakan-akan itu dari anaknya dan kadang terulang juga di dalam mimpi ibunya. Anak tersebut membisiki bahwa dia akan membuatkan rumah di surga buat kedua orang tuanya. Bisikan ini tidak terjadi cuma sekali saja tapi berulang kali. Hingga akhirnya si ibu dari anak tersebut menceritakan kepada suaminya.
Singkat cerita, Alhamdulillah, Sepasang suami istri tersebut mendapatkan hidayah (juga) dan akhirnya memeluk agama islam dikarenakan “bisikan” dari anaknya yang sudah masuk islam terlebih dahulu.
Setelah mereka masuk islam, mereka mewakafkan tanah mereka yang ada di puncak salah satu bukit yang ada di kota bandung dan dibangunkannya pesantren untuk dakwah islam. Kemudian mereka memilih salah satu ustadz untuk mengelola pondok tersebut. Dan
Alhamdulillah, pesantren tersebut sampai sekarang berkembang semakin pesat dan banyak didatangi oleh santri-santri yang ingin menimba ilmu disana. Qadarullah, Mungkin Allah lebih sayang dengan anak mereka. Tapi melalui musibah itu, Allah membukakan pintu hidayah dan menjadikan mereka mendapatkan kenikmatan yang lebih besar yaitu nikmatnya IMAN. Musibah tidaklah selamanya buruk. Bisa saja musibah adalah awal kita mendapatkan kenikmatan yang lebih baik. Allah berfirman di dalam surat Al-Insyirah ayat 5 yang berbunyi : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dan bisa jadi musibah yang kita terima menghindarkan kita dari musibah yang lebih besar.
Beberapa hikmah di balik musibah yang menimpa hamba-Nya :
- Allah akan memberikan suatu kebaikan setelah datangnya musibah
Rasulullah SAW bersabda,“Barang siapa yang Allah kehendaki untuknya kebaikan, Allah akan memberikan musibah kepadanya (HR. Bukhari) - Allah ingin menguji keimanan hamba-Nya
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Surat Al-Ankabut :2) - Allah ingin menghapuskan dosa-dosa terdahulu hamba-Nya
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kekhawatiran,kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari) - Allah masih peduli kepada hamba-Nya (yang diuji)
Rasulullah SAW bersabda,”Bila kamu melihat Allah memberi pada seorang hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya. Maka (ketahuilah) bahwa itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah” (HR.Ahmad)
Bagaimana kita bisa mensyukuri musibah? Setidaknya ada dua cara agar kita sebagai manusia yang tidak akan luput dari musibah ini bisa mensyukuri atas musibah :
- Melihat orang yang mendapatkan musibah yang lebih parah/banyak dari kita.
Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian, dan lihatlah pada orang yang di bawah kalian karena itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian (HR. Bukhari dan Muslim) - Meyakini bahwa di balik musibah itu ada banyak kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa yang diinginkan Allah untuk mendapatkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah (HR. Bukhari)
Selain harus bersabar atas musibah yang diberikan oleh Allah SWT, patutnya kita juga harus bersyukur dikarenakan jumlah musibah yang kita terima tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan yang kita terima (Jika kita bisa mentadabburi dan mentasyakkurinya). Akan tetapi, kita sebagai manusia juga diperintahkan oleh Allah untuk selalu ikhtiar, waspada dan hati-hati agar selamat dari hal-hal yang bisa mencelakakan diri kita dan orang terdekat kita. Salah satu ikhtiarnya adalah dengan bersedekah. Mari kita tolak musibah dengan ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888 (Sularto/Klikbmi).