BMI Menghadang Dampak Pandemi

BMI Corner

Klikbmi.com, Tangerang – Wabah pandemi Covid 19 memang membuat semua sektor di negeri ini kacau balau. Ditambah lagi dengan kesalahan sistemik dalam penanganan awal Covid 19 ini menyebabkan dampaknya menyebar dan mengakar ke berbagai sektor kehidupan. Pandemi Covid 19 menyebabkan krisis multidimensi yang mengancam kelangsungan usaha di berbagai bidang.

Saat ini, kita dihadapkan pada permasalahan dimana kita harus menyelesaikan sebab dan akibat krisis secara bersamaan. Berbeda dengan krisis tahun 1998 dan 2008, dimana solusinya hanya menyelesaikan akibat dari krisis tersebut. Sekarang, kita harus memberantas virus Covid 19 sebagai sebab wabah, dan mengendalikan semua akibat yang mengiringinya dalam berbagai sektor. Pola penyebaran virus yang begitu cepat membuat kalang kabut semua orang. Physical distancing saja sekarang tidak cukup untuk menghambat penyebaran virus ini. Pembatasan sosial berskala besar dianggap sebagai jalan keluar yang membatasi masyarakat untuk lebih banyak diam di rumah, perkantoran ditutup, pabrik berhenti memproduksi barang, hingga gejolak sosial terjadi dimana dimana. Bahkan menurut Kementerian Tenaga Kerja sampai April 2020, sekitar 3 juta penduduk Indonesia terkena PHK dan kehilangan pekerjaannya. Suatu hal yang sangat miris dan tidak pernah terjadi sebelumnya kondisi separah ini.

Jika disimak dengan cermat, saat ini semua perusahaan dalam bentuk korporasi mengalami depresi ekonomi yang signifikan akibat wabah ini, Bahkan ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani, menyatakan ternyata semua perusahaan di Indonesia hanya memiliki cadangan cash flow selama dua bulan ke depan. Lebih dari itu siapapun akan sulit bertahan dan pastinya akan memicu angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan meningkatkan angka pengangguran. Maka dampak yang ditimbulkan akan jauh lebih sistemik daripada sebelumnya.

Koperasi sebagai salah satu sektor perekonomian tentu saja tidak lepas dari dampak wabah Covid 19. Koperasi yang prinsip pengelolaan nya berasal dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota mengalami juga perlambatan pertumbuhan baik dari segi usaha anggotanya yang tergolong UMKM dan Usaha Mikro, maupun entitas koperasi secara kelembagaan. Jika korporasi baik BUMN dan BUMS sibuk menyelamatkan likuiditas masing masing, maka Koperasi justeru memikirkan kelangsungan usaha anggotanya di tengah wabah pandemi ini. Karena kepemilikan koperasi, sejatinya adalah milik seluruh anggota.

Wabah pandemi Covid 19 ini membuat pola hidup bangsa Indonesia berubah seketika. Selain berubah dari pola hidupnya, banyak yang mengatakan bahwa Covid 19 membuat masyarakat kita menjadi lebih individualis, dengan mengisolir diri dan lebih banyak diam di rumah. Wabah Covid 19 ini juga bagi sebagian kalangan menyebabkan silaturrahim menjadi hal yang terlarang sementara ini dan tidak saling menjabat tangan bahkan tidak bisa bertemu muka. Semua dihantui rasa ketakutan. Sebetulnya jika dikaji lebih mendalam, dengan adanya wabah Covid 19 ini jelas sekali bahwa konsep ekonomi kerakyatan lah, yang paling moncer dan paling mungkin mampu bertahan di saat krisis ini. Mengapa?

Coba kita kaji dan cermati sifat dan karakteristik gerakan ekonomi kerakyatan muncul saat ini. Sarana isolasi diri bukan berarti mendorong masyarakat menjadi individualis, tapi justeru membangkitkan solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat. Di berbagai tempat kita bisa melihat bagaimana solidaritas antar sesama dibangun. Masyarakat mampu saat ini terbangun empatinya untuk berbagi dengan masyarakat yang kesulitan. Bahkan di daerah, sejumlah warga yang harus menjalani isolasi mandiri, di supply secara gotong royong, dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga mereka bisa tenang menjalani karantina mandiri. Bentuk bentuk kerjasama, semangat gotong royong dan kekeluargaan seperti ini merupakan cerminan dari semangat dan nilai luhur koperasi yang digagas oleh Mohammad Hatta.

Lantas apakah koperasi mampu bertahan pada situasi pandemi ini?Seharusnya iya. Karena koperasi adalah milik anggota. Seperti misalnya Koperasi BMI. Asetnya hingga saat ini tercatat 650 miliar rupiah. Dari jumlah aset tersebut, kepemilikannya sebanyak 82 persen itu milik anggota. Artinya bertahan atau tidaknya Koperasi BMI akan sangat tergantung pada partisipasi anggotanya. Koperasi yang benar benar menerapkan prinsipnya, akan menjadikan anggotanya memiliki fungsi sebagai pemilik, pengguna dan pengendali koperasi itu sendiri. Disinlah letak perbedaan koperasi dengan korporasi. Jadi sangat wajar dan seharusnya jika pada saat pandemi ini, aktifitas koperasi masih terus berjalan masif . Jangan sampai melarang aktifitas koperasi untuk menemui anggotanya karena sejatinya mereka lah semua yang harus berperan dalam mengendalikan jalannya koperasi ini. Dengan kata lain, pengelola koperasi tidak sekedar menagih angsuran kepada anggota, tapi berdiskusi dan berembug untuk mencari jalan keluar terbaik dalam mengendalikan koperasi yang merupakan milik bersama. Yang terpenting, semua mengikuti protokol kesehatan yang dipersyaratkan selama masa Covid 19 berlangsung.

Saat ini hanya koperasi lah yang betul betul terlihat menonjol dan sangat cocok dengan karakter bangsa. Saat yang lain sibuk menyelamatkan likuiditas masing masing, koperasi yang benar, sibuk menanamkan kesadaran dan kemandirian kepada seluruh anggota koperasi untuk bersama sama bergotong royong mengendalikan koperasi dalam menerjang badai wabah Covid 19. Kesadaran yang dimaksud adalah untuk tetap berpartisipasi menjaga likuiditas koperasi, seperti tetap menjalankan kewajiban mengangsur pembiayaan kepada koperasi bagi yang mampu , tidak menarik dulu simpanannya untuk tujuan konsumtif, tetap menabung bagi yang masih berkelebihan rejeki dan lain sebaginya. Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara dalam berbagai kesempatan sering mengatakan bahwa saat ini kesadaran dan kemandirian anggota koperasi BMI tengah diuji. Kamaruddin Batubara sangat menyayangkan ada oknum pejabat di daerah yang justeru menghalangi aktifitas koperasi dalam upaya membangun kesadaran dan kemandirian anggotanya. Padahal itulah seharusnya yang dilakukan oleh koperasi yang benar dalam melakukan treatment di saat Covid ini. Bahkan bisa dikatakan jika pejabat di daerah ini, pengetahuan tentang prinsip perkoperasiannya sangat lemah, sehingga menyamaratakan koperasi yang benar dengan rentenir berkedok koperasi yang suka disebut bank emok atau bank keliling. Inilah pentingnya pendidikan perkoperasian secara menyeluruh dari pejabat tingkat pusat sampai daerah terendah, agar mampu berperan aktif dalam menggalakan gerakan ekonomi rakyat melalui koperasi.

Menyelamatkan usaha anggota pelaku usaha mikro

Koperasi yang betul betul tumbuh bersama anggotanya pasti mengalami kesusahan akibat usaha anggotanya terdampak langsung wabah pandemi Covid 19. Di saat seperti ini, Koperasi harus terus mendorong dan mendampingi anggota melewati masa masa kritis. Koperasi BMI menyadari itu semua. Berbagai cara dilakukan untuk memastikan produk produk anggota bisa terjual dengan harga yang bagus. Beberapa aktifitas usaha anggota dialihkan untuk memproduksi barang yang sesuai dengan kondisi saat ini. Misalnya, anggota yang berprofesi usaha konveksi pakaian, dialihkan untuk memproduk masker dan Pakaian APD (Alat pelindung diri) buat tenaga medis dan kesehatan. Dan luar biasanya, Koperasi BMI sendiri yang mempelopori penjualan itu dimulai dari pembelian produk anggota untuk kegiatan amal dengan membeli sendiri lebih dari 2000 ribu lusin masker untuk dibagikan gratis kepada seluruh anggota serta masyarakat di seluruh wilayah pelayanan Koperasi BMI. Contoh yang lain adalah anggota yang memproduksi detergen, sabun keperluan sehari hari, saat ini diarahkan untuk memproduksi hand sanitizer dan desinfektan. Hasilnya, anggota Koperasi BMI tersebut mampu menjual produknya ke seluruh wilayah Indonesia , bahkan bekerja sama dengan supplier Transmart dan Carrefour hingga bisa mengekspor hand sanitizer ke Malaysia. Di bidang Food Production, pelaku usaha mikro anggota Koperasi BMI terus diberdayakan dan ditunjang akses pasarnya. Bahkan Kopmen BMI membeli produk anggota tersebut misalnya Kurma dalam jumlah besar hingga ratusan dus untuk pemenuhan kebutuhan di gudang, minimarket dan grosir milik Kopmen BMI, hingga anggota tersebut betul betul terbantu. Selain itu Koperasi BMI juga sudah menerapkan uang digital berupa Do BMI yang memungkinkan semua anggota bisa berbelanja dengan mudah tanpa uang tunai, sehingga bisa menekan penyebaran Covid melalui penggunaan uang tunai. Anggota tersebut juga bisa langsung meng update informasi keuangan keanggotaannya dengan cepat di handphone masing masing secara real time.

Tetap menjalankan fungsi dan peran sosial koperasi

Wabah pandemi Covid 19 tidak lantas menyurutkan koperasi BMI dalam melakukan kegiatan sosialnya. Pembangunan hibah rumah siap huni yang merupakan trade mark Koperasi BMI selama ini terus dilanjutkan karena hal ini merupakan komitmen koperasi BMI sejak awal, untuk memberikan kemaslahatan kepada anggota dan masyarakat. Pemberian santunan duafa, santunan Yatim, pemberian masker dan hand sanitizer gratis, penyebaran stiker dan poster pola hidup sehat melawan Covid 19, dan pelayanan ambulan serta biaya operasionalnya bagi yang membutuhkan, terus dilakukan tanpa terganggu oleh adanya wabah pandemi ini. Menurut Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara, berbagai kegiatan sosial yang dilakukan selama ini merupakan pelaksanaan dari peran dan fungsi sosial koperasi BMI. Kamaruddin Batubara terus menggelorakan semangat untuk senantiasa berbuat baik tanpa pamrih, dan ikhlas, hingga Alloh SWT yang akan membimbing anggota Koperasi BMI untuk berbuat yang terbaik juga untuk koperasi yang dicintainya.

Gambaran Kondisi Koperasi

Wabah pandemi Covid 19 ini disinyalir menggerus likuiditas berbagai Lembaga keuangan baik perbankan, LKM ataupun Koperasi. Saat ini berdasarkan survei dan kajian pengamat ekonomi, menyimpulkan bahwa rata rata cash flow keuangan perusahaan dan Lembaga keuangan yang ada di Indonesia hanya mampu bertahan dua bulan ke depan. artinya setelah lewat dua bulan ke depan, perusahaan besar dan mapan sekalipun akan terjungkal dan memicu gelombang PHK lebih tinggi dari saat ini, karena produksi nya terhenti.

Koperasi BMI sebagai salah satu koperasi yang dijadikan role model oleh koperasi lainnya di Indonesia dan dikategorikan termasuk koperasi yang sangat sehat selama ini, juga kena imbasnya. Penurunan kemampuan membayar angsuran anggota disebabkan oleh terhentinya aktifitas produksi dan penjualan di awal wabah Covid, sangat berpengaruh terhadap kontribusi anggota kepada koperasi. Ditambah dengan penerapan social distancing yang menyebabkan pembatasan akses sosial menyebabkan sulitnya anggota koperasi selaku pelaku usaha mikro berakselerasi dalam kegiatan usahanya. Kondisi ini jelas menghantam dan meng KO pelaku usaha mikro secara langsung sehingga kehilangan pendapatan seketika, dan itu berimbas juga kepada koperasi BMI yang jelas jelas menaungi dan memberdayakan pelaku usaha mikro selama ini. Dengan kondisi tersebut, beberapa orang memang terhenyak dan kaget sehingga memungkinkan untuk mengambil simpananan nya di koperasi untuk keperluan hidup sehari hari.

Menyikapi hal ini, koperasi BMI tentu tidak berdiam diri. Segala cara terus diupayakan dan berusaha mensupport anggota untuk berakselerasi dalam usaha dan membantu pemasaran melalui platform digital e- commerce. Variasi produk pun dirubah secara signifikan mengikuti relevansi yang ada saat ini, sehingga mudah diakses pasar. Gerakan untuk tetap membayar angsuran kepada yang mampu terus digelorakan sebagai perwujudan kecintaaan dan peran anggota sebagai pengendali koperasi. Dengan tetap membayar angsuran bagi yang mampu, berarti telah bergotong royong saling membantu sesama anggota karena sejatinya koperasi adalah milik seluruh anggota.

Selain itu koperasi BMI terus berupaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada anggota koperasi agar menumbuhkan kemandirian di saat wabah ini. Masih ada usaha anggota yang tidak terdampak wabah Covid ini, sehingga masih mampu untuk menabung dan menyimpan dana nya di Kopsyah BMI. Alhasil di beberapa cabang masih ada yang mempertahankan deposito “SiJaka”nya dan tidak menariknya walapun sudah jatuh tempo. Demikian juga dengan simpanan. Seluruh potensi koperasi BMI digerakkan untuk mengajak anggota yang mampu untuk menaruh uangnya di Kopsyah BMI sebagai perwujudan dari kecintaan terhadap koperasinya. Dan hasilnya tidak terlalu mengecewakan, masih ada anggota koperasi yang menyimpan di saat krisis seperti ini. Semangat untuk menyalurkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf pun terus di sampaikan kepada anggota dan masyarakat. Hasilnya pun cukup bagus. Masih banyak anggota dan karyawan yang menyalurkan infaq dan wakaf nya melalui Kopsyah BMI secara spontan dan ikhlas.

Koperasi BMI sejauh ini tidak melakukan penangguhan terhadap simpanan anggota yang ditarik. Yang dilakukan adalah memberikan pemahaman bahwa salah satu peran anggota sebagai pengendali koperasi dibutuhkan saat ini. sehingga berapapun nilai yang disimpan dan diinvestasikan di koperasi BMI saat ini sangat penting untuk penguatan likuiditas akibat dampak pandemi Covid 19 ini.

Sektor koperasi dan UKM terbukti selama ini tangguh dalam menghadapi krisis. Pada saat ini krisisnya sudah multidimensi dan menghantam langsung pelaku usahanya. Tetapi yang harus diingat bahwa 99 persen lebih pelaku usaha di Indonesia adalah usaha mikro dan UMKM. Itu yang harus diselamatkan terlebih dahulu. Untuk menyelamatkan usaha mikro dan UMKM, maka paling efisien adalah melalui koperasi yang jelas jelas menaungi usaha mikro dan UMKM. Di Indonesia, koperasi yang benar benar sehat bisa dihitung dengan jari. Dan itu adalah aset bangsa ini untuk mengawal perubahan konseptual dan kontekstual dari iklim ekonomi kapitalis menuju peradaban baru, ekonomi kerakyatan. Koperasi BMI merupakan perwujudan dari roh dan semangat gotong royong serta kekeluargaan yang nyata dan faktual. 260.000 lebih anggota menghimpun diri dan ber ta’awun dalam ikhtiar mewujudkan pemerataan ekonomi yang mensejahterakan. Dan kiprah koperasi BMI sebagai koperasi sosiopreneur, sebagai koperasi pemberdayaan melalui penerapan model BMI Syariah nya sudah teruji dalam prakteknya selama ini. Dakwah muamalah adalah ciri khas upaya koperasi BMI dalam mewujudkan Peradaban Syariah yang bercirikan keadilan dan pemerataan ekonomi. Seharusnya koperasi yang sehat dan benar benar mencitrakan jatidiri koperasi yang sesungguhnya, itulah yang harus mendapatkan prioritas bantuan relaksasi pembiayaan dan bantuan likuiditas berupa pembiayaan murah dari Pemerintah. Sebab dengan itulah maka marwah koperasi pemberdayaan yang berjuang untuk mewujudkan pemerataan ekonomi yang mensejahterakan akan terus terjaga eksistensinya di bumi pertiwi. (AH/klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *