TANGERANG-Tanpa lelah, Koperasi Benteng Mikro Indoensia (BMI) terus menggelorakan rasa kebanggaan untuk berkoperasi. Syiar muamalah tidak hanya diberikan kepada anggota Koperasi BMI namun juga antar koperasi lainnya. Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara memaparkan koperasi dan tata kelola koperasi yang benar kepada 30 pengurus koperasi kelurahan se-Kota Tangerang di Lantai 4 Gedung Indag Pemkot Tangerang, Senin (23/11).
Pendidkan koperasi yang bertajuk pengembangan kapasitas lewat kemitraan dan digitalisasi koperasi itu diinisiasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Tangerang. Dalam pemaparannnya, Kamaruddin Batubara langsung melakukan bedah wacana (brainstorming) kepada peserta. Di slide pertamanya, ia menaruh petikan pidato Bapak Koperasi Indonesia Mohammad Hatta pada Konferensi Ekonomi Jogjakarta 1946.
Arah perekonomian di masa mendatang harusnya semakin jauh dari individualisme dan semakin dekat dengan kolektivisme yaitu; sama sejahtera atau sejahtera bersama. Pembangunan Ekonomi Indonesia sesudah perang haruslah didasarkan kepada cita-cita tolong menolong. Jadi ekonomi koperasi yang harus dipertahankan karena itu adalah wujud ekonomi kolektif. Itulah semangat koperasi sesungguhnya.
”Jadi kalau sudah ekonomi kolektif, yang tumbuh adalah ekonomi gotong royong. Imannya sudah satu. Semua memahami bahwa menjadi anggota, maka dia adalah pemilik, pengguna dan pengendali koperasi tersebut,” ujar Kamaruddin di depan para pengurus koperasi kelurahan.
”Sebagai pemilik, dia harus paham bahwa koperasi ini harus tumbuh, modalnya harus digenjot. Sebagai pengguna, dia harus mendapatkan semua pelayanan dari koperasi dan sebagai pengendali, dia harus mengingatkan dan senantiasa adaptif dan kreatif dalam kemajuan koperasi apalagi di tengah pandemi ini,” tambah Peraih Anugerah Satyalancana Wirakarya oleh Presiden RI tahun 2018.
Dalam UU No.25 Tahun 1992, Pasal 4 ditegaskan bahwa tujuan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota dalam bidang ekonomi dan sosialnya. “ Di koperasi BMI kita tambahkan tiga pilar pemberdayaan lainnya, yaitu pendidikan, kesehatan dan spiritual. Dengan berkoperasi kita tingkatkan kesejahteraan ekonomi anggota, kita tingkatkan pendidikan anggota dan anak anak anggota, kita jaga kualitas kesehatannya, kita tumbuhkan jiwa sosialnya dan kita tingkatkan praktek spiritualnya, “ jelasnya.
Bagi Kamaruddin, pendidikan perkoperasian menjadi salah satu motor penggerak koperasi. Pasalnya, hanya dengan pendidikan yang baik kemajuan koperasi akan lebih dapat diakselerasi dan sekaligus pendidikan mampu mewujudkan kesejahteraan.
”Pendidikan dan peningkatan kapasitas diri seperti saat ini penting. Dengan sistem yang baik dan orang yang baik, maka koperasi tersebut sudah disebut bagus. Meski sistemnya baik tapi orangnya buruk maka tidak akan berjalan baik, begitupun sebaliknya. Jika sistemnya buruk dan orangnya buruk, yang ada koperasinya musnah,” ujarnya.
Kamaruddin mengatakan bahwa Koperasi BMI menerapkan lima instrument pelayanan terhadap anggota yakni melalui sedekah, pinjaman, pembiayaan , simpanan dan investasi. Semuanya terangkum dalam buku Model BMI Syariah. Model ini menjadi terapan terbaik bagi koperasi syariah. Ini merupakan buah dari pendidikan koperasi yang rutin dilakukan BMI.
” Semua terangkum dalam buku yang saya tulis, Model BMI Syariah. Prinsipnya kita menumbuhkan usaha baru dan mengembangkan usaha yang sudah berjalan dan sesuai dengan nilai nilai syariah yang bertujuan untuk pemerataan ekonomi yang mensejahterakan. Kita mulai dengan sedekah, dan pinjaman untuk duafa. Lalu masuk ke pembiayaan disinilah kita mulai bisnis. Jika sudah ada hasilnya maka kita ajari untuk menabung di koperasi. nah proses dari awal usaha ini terus kita dampingi dengan intens, tidak kita tinggalkan begitu saja, “ terangnya.
Sebagai koperasi yang lahir dari gotong royong anggota, sambung Kamaruddin, Koperasi BMI dalam pergerakan usahanya selalu berdasarkan pemenuhan kebutuhan anggotanya. ”Makanya kita bentuk Koperasi Konsuman Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI). Modalnya bergotong royong hanya 100 ribu rupiah saja per anggota, ada 70.000 anggota waktu itu,” jelasnya.
”Alhasil terkumpul Rp7 miliar dan kita sekarang punya minimarket dan grosir, punya toko bangunan, punya kafe, tour and travel dan sebentar lagi kita akan bangun pabrik bioethanol,itulah koperasi, semangatnya gotong royong, harus memiliki norma dan nilai, dan ada kebijakan yang solutif berdasarkan nilai nilai syariah,” tandasnya.
Di sela acara, Direktur Operasional Koperasi BMI Yayat Hidayatullah menggelar tiga permainan untuk mencairkan suasana. Para peserta diajak melakukan permainan persepsi (perintah), deskripsi (menulis sejumlah masalah koperasi) dan Imajinasi (menggambar). Gim tersebut mengajak para pelaku koperasi kelurahan untuk memahami kondisi koperasinya dan mampu mencari solusi atas problem yang menderanya.
Terpisah, Kabid Pemberdayaan Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Tangerang Abdul Kholil mengatakan, proses digitlaisasi dalam pengembangan kapasitas koperasi kelurahan tengah dikebut. Seperti mengoptimalkan keanggotaan dan marketplace dengan media sosial. ”Hingga saat ini sudah ada 94 koperasi kelurahan yang memiliki badan usaha. Ini potensi besar untuk dioptimalkan. Sesuai semangat kami, mengikis upaya bank keliling di tengah masyarakat,” paparnya.
Abdul Kholil mengapresiasi perhatian Koperasi BMI memberikan pengalamannya. Baginya, kisah perjuangan atau success story mampu mengobarkan kembali semangat para pengurus koperasi kelurahan mengelola anggotanya. ”Perhatian peserta terhadap pemaparan Pak Presdir Kamaruddin Batubara sangat antusias. Kami tentunya berharap BMI bisa intens berbagi pengalaman dan ke depan bisa memberikan pendampingan kepada koperasi kelurahan Kota Tangerang,” tandasnya. (gar/klikbmi)