Kisah Mantan Pasien Panti Rehabilitasi ODGJ BMI Darul Iman Yang Sembuh Dari Gangguan Jiwa
Nasehat Dhuha Jumat, 9 September 2022 | 12 Shafar 1444 H | Oleh : Ustadz Fakhry Fadhil, S.Sy, M.H
Tangerang, Klikbmi.com – Pria langsing itu tersenyum senang menyambut penulis di teras Panti Rehabilitasi ODGJ BMI-Darul Iman di Kampung Kawarong Girang, RT 04, RW 04, Kelurahan Wanakerta, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang.
Para penghuni panti memanggilnya Jamaluddin. Dengan penuh kesabaran Jamal-panggilan akrabnya– menyuap seorang pasien yang tampak enggan untuk makan. Jika sudah selesai, ia pindah ke ruang sholat membersihkan karpet dan sajadah.
Bukan tanpa alasan, Jamal dapat melakukannya dengan kasih sayang. Dia dulu sama seperti mereka, menderita gangguan mental. Disela-sela aktivitasnya sebagai seorang perawat pasien dengan gangguan mental, Jamal menceritakan kisahnya. Berikut penuturannya ;
Siang di pertengahan Maret 2020 itu, matahari bersinar begitu terik. Peluh menetes dari kening Sugito. Sesekali Sugito menengok ke arah pria berpeci dihadapannya. Seperti ada keinginan yang harus segera disampaikan .
Di samping Sugito, pemuda kurus duduk gelisah dengan mata nanar. Tatapannya kosong ke arah gelas berisi air teh yang terhidang di meja tamu. Rambutnya tak beraturan. Celana yang dipakainya sudah berganti warna oleh debu dan kotoran.
”Jadi begini Pak Ustad Solihin, saya mewakili keluarga berniat menitipkan Jamaluddin di sini. Keluarganya sudah tak sanggup lagi mengurus dia pak,” kata Sugito dengan nada lirih, meminta izin kepada pengelola Panti ODGJ BMI-Darul Iman Ahmad Solihin.
Pria yang dimaksud adalah Jamaludin. Ia adalah tetangga Sugito. Jamal cukup terkenal di lingkungannya. Bukan karena prestasi, melainkan kelainan yang diidapnya. Hampir saban hari, Jamal selalu berbuat onar. Seperti berteriak-teriak di tengah malam. Hingga mengobrak-abrik isi kontrakan tetangganya.
Tak ada yang berani menahannya. Termasuk keluarganya. Banyak yang meminta Jamaluddin dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, Jamal bukan datang dari keluarga mapan, mereka hidup serba kekurangan. Keluarganya hanya bisa pasrah, sabar, dan ikhlas menerima kenyataan. Hingga harapan itu ada, setelah mendengar kabar ada panti yang bisa menerima kondisi Jamal yang malang. ”Ya sudah kalau seperti ini, biar saya tangani,” jawab Ustad Solihin kala itu.
Hari pertama di panti, Jamaluddin ditaruh di kamar spesial dan terpisah dengan penghuni yang lain. Sorot matanya masih dingin dan tajam. Sorot itu seolah marah dan penuh kebencian, tapi pilu lantaran tak berdaya karena terkurung di dalam kamar.
Terapi ini dilakukan untuk menghadirkan ketenangan ke jiwa Jamaludin, sekaligus menghindari terjadinya sesuatu yang tak diinginkan. Rambut Jamaluddin yang tak beraturan semakin menggambarkan ketidakberdayaannya.
“Emam.. hayang emam (makan, mau makan),” teriakan Jamaludin pada malam pertama meminta makanan. Suaranya keras, tak ubahnya suara orang sedang marah. Dari intonasi bicaranya, terdengar jelas ada yang kacau balau di sana. Makanan pun dihidangkan lengkap dengan lauk pauknya. Hidangan itu tandas dengan cepat.
Keesokan harinya, tingkah Jamaludin semakin menjadi-jadi. Ia membuat ribut satu panti dengan kelakuannya memutar-mutar rantai pagar besi. Suara dentingan rantai besi pagar memekakkan telinga para penghuni. Teguran dari Umi Emi Sudaryanti, istri Ustad Ahmad Solihin yang juga merawat para pasien sempat ingin dibalasnya dengan serangan fisik, beruntung para perawat termasuk Ustad Solihin bisa mencegahnya.
Kepada penulis, Ustad Ahmad Solihin mengatakan, bahwa kelainan yang dialami Jamaludin karena penyakit Al-Wahn. Salah satu penyakit hati yang selalu merasa dirinya ketakutan sehingga menimbulkan sifat membela diri dengan hal apa saja tanpa tahu apa akibatnya.
”Karena sudah terlalu cinta dan terobsesi kepada benda atau hal duniawi, pas kehilangan ia merasa seperti tak ada pegangan lagi. Ia lupa ada Allah SWT sebagai tempat bersandar. Akumulasi kehilangan itu membuatnya hilang kontrol atas dirinya. Di posisi tersebut, halusinasi-halusinasi pun hinggap ke pikirannya,””terangnya.
Dari malam hingga dini hari, teriakan keras kerap terdengar dari bilik tidur Jamal. Ia mengaku melihat makhluk astral, pocong, kuntilanak dan hal-hal lainya yang di bawa dari alam bawah sadarnya. Bukan hanya berteriak, halusinasi juga membuatnya kerap mengamuk.
Setelah dua tahun menjadi penghuni panti, kondisi Jamal membaik. Perhatian pengelola panti yang penuh kasih sayang membuat hatinya mulai tenang, tubuhnya pun mulai berisi. Pandangannya tak lagi nanar seperti memendam amarah. Melainkan, tatapan penuh senyum dan kasih sayang. Hari-harinya diisi dengan ibadah dan merawat para rekan-rekannya di panti.
Saat ditemui, Jamal sudah pandai merawat diri, ia datang dengan sarung dan peci. Perkataannya pun mulai terkoneksi dengan baik seperti orang normal lainnya. ”Alhamdulillah pak, sekarang saya bisa sholat dan puasa. Kalau dahulu-dahulu (saat gangguan jiwa), saya nggak pernah seperti ini. Dari kedisiplinan Ustad Solihin dan perhatian para perawat termasuk dukungan dari Koperasi BMI, saya bisa begini,” ujarnya.
Namun, Jamal tak seperti pasien kebanyakan. Ia tak pulang ke rumahnya setelah divonis sembuh, ia memilih membantu pengelola panti untuk merawat rekan-rekannya. Seperti itulah cara Jamal membalas kebaikan dengan kebaikan.
Bagi kebanyakan orang, mungkin berpikiran bahwa orang dengan gangguan jiwa hampir dipastikan sudah berakhir hidupnya dan tinggal menyisakan ketidakwarasan selama sisa masa hidupnya. Tapi faktanya, ODGJ bisa dipulihkan dan bahkan hidup produktif dengan bekerja seperti yang dilakukan Jamal.
Ustad Ahmad Solihin menjelaskan bahwa ODGJ bisa pulih dengan memperhatikan beberapa aspek. Aspek rehabilitasi tersebut antara lain manajemen ibadah di mana pasien harus diperlakukan baik dan dikenalkan pada kehidupan normal. Hingga kini, Panti ODGJ BMI-Darul Iman tak sekalipun memberikan asupan obat terhadap pasien.
”Kita mengenalkan mereka pada kehidupan yang normal dengan sentuhan kasih sayang. Mengajaknya beribadah dan disiplin solat tepat waktu adalah bentuk pengobatan yang manjur,” terangnya.
Selain itu juga dilakukan manajemen gejala yang timbul. Biasanya halusinasi pasien ODGJ bisa timbul secara tiba-tiba dan perawat bisa menghardik halusinasi tersebut dan mengedukasinya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Mereka juga diajak untuk merawat diri dengan baik.
Setelah mengalami aspek perawatan selanjutnya pasien ODGJ dilatih untuk berkomunikasi dengan baik seperti bertegur sapa, berkomunikasi dalam kelompok dan model-model tertentu. Terakhir, baru pasien dipersiapkan untuk kembali ke masyarakat dengan diberikan pelatihan berbagai keterampilan yang bersifat produktif.
Dari kisah ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa orang dalam gangguan jiwa adalah sama seperti manusia biasa. Mereka berhak untuk hidup seperti orang normal, mendapatkan makanan yang layak, tempat beristirahat dan mendapatkan perlindungan yang sama
Dalam tinjauan Hukum Islam, orang gila termasuk orang yang tidak terkena beban hukum (ghairu mukallaf) dan wajib diperhatikan dengan kasih sayang. Dan tentunya berharap kesembuhan datang menyelamatkan saudara-saudara kita yang mengalami gangguan jiwa.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ وَدَوَاءُ الذُّنُوْبِ الْاِسْتِغْفَارُ.
Artinya : Nabi SAW bersabda, “Setiap penyakit itu ada obatnya dan obatnya dosa adalah istighfar (meminta ampunan).” (HR Ad-Dailami).
Setiap penyakit yang kita rasakan ada keterkaitan dengan amalan mazmumah yang menimbulkan dosa untuk kita. Datangnya sebuah penyakit bagian cari allah untuk mengugurkan dosa-dosa kita yang kita perbuat.
Seungguhnya Allah Ta’ala akan menguji hamba-Nya dengan penyakit hingga penyakitnya itu akan menghapus segala dosa darinya.” (HR. Al Hakim). Kita mulai saat ini untuk selalu memperbanyak beristigfar kepada allah agar senantiasa menghapus segala dosa, dijauhkan dari segala penyakit dan marabahaya
Ayo anggota BMI, salurkan terus Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.
(Togar Harahap/Klikbmi)