Klikbmi.com, Tangerang –Siang ini cuaca cerah di kawasan Jabodetabek, di Jakarta juga Tangerang suasana ceria mengiringi pelaksanaan acara Webinar tentang Good Cooperative Governance (GCG) dengan tema menuju Koperasi Modern Berkualitas yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI. Acara yang dipandu oleh Nelly Gustiana Istita yang juga menjabat Kasubbid Pengembangan Tatakelola UMKM berlangsung menarik sampai tak terasa akhir waktu bertambah 20 menit. Tak terasa penyajian yang menarik dari para pembicara membuat peserta larut pada materi yang dibawakan.
Selepas acara dibuka, tiga pembicara membawa peserta larut pada materi yang sangat menarik. Peserta seperti lupa jika sedang webinar, pada kolom chat peserta belum juga diajukan pertanyaan, selain menyatakan konfirmasi hadir beberapa juga ada yang langsung memberikan pertanyaan. Tak kurang dari 300-an peserta mengikuti dengan khidmat dan penuh penghayatan materi yang disajikan.
M Hanafiah yang menjabat sebagai Asdep Tatalaksana UMKM didapuk menjadi pembicara pertama. Paparannya dimulai dari tematik menuju Koperasi Modern Berkualitas dengan memberikan penekanan pada adanya perubahan yang tidak bisa dihindari seiring dengan perubahan jaman dan perubahan budaya masyarakat. Hanafiah menyampaikan tidak ada yang bisa statis jika ingin tetap hidup, semua dinamis mengikuti alur kehidupan yang semakin turbulence. Koperasi sebagai badan usaha harus menjadi badan usaha dengan prinsip dan nilai koperasi tetapi tetap harus menekankan profesionalitas.
Koperasi harus mampu menghadirkan profitabilitas yang tinggi dan menjaga keseimbangan dengan benefit sehingga hal inilah yang mampu menjadi pembeda koperasi dengan badan usaha lain. “Kita harus paham betul tujuan berkoperasi, coba kita lihat lagi pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi dibangun untuk untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945” kata Hanafiah dalam paparannya.
Hanifiah seperti ingin membawa peserta pada situasi yang sangat ideal. “Tujuan berkoperasi adalah kuatnya lembaga, sehatnya usaha, dan mandiri dalam pengambilan keputusan dan tangguh dalam persaingan dan perubahan” Hanafiah melanjutkan. Menurutnya GCG merupakan prinsip yang mendasari proses dan mekanisme pengelolaan koperasi berlandasakn peraturan dan etika bisnis. “Tanpa kita patuhi aturan dan etika bisnis kita akan semakin menjauh dari nilai GCG” papar Hanafiah selanjutnya.
Semakin menarik suasana webinar yang dibawakan Nelly Gustiana Istita, peserta seperti menunggu pembicara dari praktisi yang sukses berkoperasi. Karena janji webinar kali ini adalah menampilkan best practice salah satu koperasi di Indonesia dalam menerapkan GCG. Yang ditunggu-tunggu tiba, Kamaruddin Batubara, Presdir Koperasi BMI dipersilakan berbicara setelah diperkenalkan oleh Nelly Gustiana Istita bahwa Kamaruddin telah memimpin Koperasi BMI dari tahun 2013 dan telah mengantarnya menjadi peraih penghargaan tertinggi di bidang koperasi melalui pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI di tahun 2018.
Kamaruddin membawa pesan dan tema besar, Semangat Pemberdayaan Yang Mensejahterakan Untuk Pemerataan Ekonomi Berkeadilan. Tema ini bagi sebagian besar peserta mungkin satu hal yang utopis, bagaimana tidak di tengah masa pandemi yang serba sulit, bisakah koperasi berperan. Pertanyaan ini terindikasi dari chat di Zoom dari salah satu peserta bersamaan dengan perkenalan yang dilakukan oleh Nelly Gustiana Istita yang menyatakan koperasi bisa GCG jika tarifnya kecil, mungkin yang dimaksud adalah koperasi akan bagus jika margin atau bunganya kecil. Kamaruddin membuka pembicaraan dengan menyampaikan bahwa Koperasi BMI terdiri dari Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) dan Koperasi Syariah Benteng Muamalah Indonesia (Kopsyah BMI). Belum sampai penjelasan ini selesai ada salah satu peserta yang bertanya melalui chat zoom, bagaimana hubungan dan tata kelola kedua koperasi di BMI.
Babak berikutnya, Kamaruddin menyampaikan terkait dengan kemampuan Kopsyah BMI mengumpulkan wakaf senilai Rp 11 M dan menjadi nadzir terbaik pada tahun 2019 hanya dengan Rp 2000,- perminggu dengan wakaf terkumpul Rp 8,4 M. Mulailah ada peserta yang chat yang memuji penyampaian materi Kamaruddin. Melanjutkan materi, Kamaruddin menyampaikan tentang azas koperasi yaitu Kekeluargaan dan gotong royong yang dalam ajaran Muslim ada pada QS Al Maidah ayat 2. Koperasi yang tidak mengedepankan azas ini jangan berharap bisa menciptakan GCG.
Peserta semakin antusias dengan banyaknya chat yang masuk, sementara Kamaruddin semakin masuk pada pembahasan yang lebih dalam tentang bagaimana koperasi harus mampu memberikan pemahaman tugas dan tanggung jawab kepada anggota. Bagi sebagian besar orang tentu berpikir, buat apa anggota diberikan pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab. Menurut Kamaruddin, semua sukses koperasi berawal dari pemahaman bahwa anggota adalah pemilik, pengguna dan pengendali koperasi. Jika mereka paham tugas dan tanggung jawab ini maka sukses koperasi tinggal menunggu waktu.
“ Kita harus membangun komitmen bersama, terkait modal harus dicari dari gotong royong, pasar harus kita garap dengan captive market yang tersedia dan inovasi atau pengembangan mutlak terus kita lakukan. Di BMI kita memiliki 5 pilar penting yang jadi pembeda dengan koperasi lain, kami memiliki pilar ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual untuk sejahtera bersama. Koperasi harus kita bangun untuk pemerataan bukan hanya pertumbuhan” papar Kamaruddin melanjutkan pembicaraan.
Sampai di sini semakin banyak chat dari peserta yang menilai materi ini sangat menarik. “Kekuatan koperasi antara lain kekeluargaan, gotong- royong, captive market, pemberdayaan dan solutif”
“Tanpa gotong – royong maka itu bukan koperasi, kalau saat pandemi saat ini anggota ramai-ramai mengambil uangnya maka jelas itu bukan koperasi yang anggotanya sudah paham. Koperasi tidak mengenal gagal bayar jika anggota memperoleh pemahaman yang baik. Itu namanya koperasi gagal paham. Kita harus ingat koperasi itu gotong-royong kalau semua anggota paham tentu tidak akan ada gagal bayar. Jangan sampai koperasi kita menjadi tempat pemburu rente atau penumpang yang ingin hanya mau untung besar saja” Kamaruddin dalam penjelasannya.
Kamaruddin menambahkan koperasi yang baik adalah koperasi yang menciptakan captive market, oleh karena itu anggota harusnya semakin banyak. Koperasi harus mengajak dan semua orang untuk mudah menjadi anggota koperasi. Dengan banyak anggota bergabung barulah koperasi akan mendapatkan skala ekonomi yang cukup untuk menciptakan captive market. Koperasi juga harus mampu menjadi alat pemberdayaan, jadi koperasi yang baik juga melakukan pendampingan atas semua anggota yang mendapatkan pembiayaan. Kamaruddin menyampaikan bahwa koperasi harus menjadi solusi bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kesejahteraannya. (LA/Klikbmi).
Luar biasa kedua Tokoh Koperasi dari BMI semangat ada kemungkinan akan terwujudnya Cita2 Pendiri Koperasi Indonesia untuk Menjadikan Koperasi sebagai SOKO GURU Perekonomian Indonesia, wah semoga sukses