Nasehat Dhuha Rabu, 30 Maret 2022 | 28 Syaban 1443 H | Oleh : Togar Harahap
Klikbmi, Tangerang – Hati Imron Al Wazir gundah tak karuan menjelang April 2020. Ia baru saja mendengar berita bahwa pemerintah memberlakukan aturan larangan mudik guna mengantisipasi penularan virus corona. Sebagai seorang agen bus, kabar itu bagai sambaran petir di siang bolong. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga keluarganya.
Di meja kerjanya, Imron hanya menatap kosong lembaran tiket yang masih menumpuk. Perusahaan Otobus Ramayana jurusan Jogjakarta- Tangerang, tempatnya bekerja tak bisa menerima pemudik. Kantor Agen Tiket di Bitung Curug, tempatnya bernaung juga sama. Sepi tak ada penumpang. Pihak perusahaan pun tak mau melanggar aturan dari pemerintah. Jika bandel, izin operasional bis bakalan dicabut, begitu keterangan dari Imron.
”Penghasilan saya anjlok 90 persen pak,” ujar Imron membuka perbincangan saat dikunjungi Redaksi KlikBMI, Selasa 29 Maret 2022.
Selama 28 tahun menjadi agen bus Ramayana, tahun 2020 menjadi lembaran kelam bagi hidup pria 51 tahun itu. Tak ada uang seperak pun yang bisa ia rogoh dari kantongnya saat itu. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana ia bisa membawa oleh-oleh untuk keluarganya di Muntilan dan mertuanya di Tegal jika lebaran tiba. Namun, tahun ini tidak. Hendak berutang ke sanak saudara, Imron pun ragu. Ia sadar kondisi dapur meraka sama pahitnya saat itu.
”Hidup kami bergantung di sini (agen tiket bus-red). Anak perempuan sama anak laki-laki saya sekolahnya dari penghasilan saya sebagai agen bus. Mau saya tinggalkan pun berat, nafkah kami cuma di sini,” terang suami dari Ibu Rusmiyati, Ketua Rembug Pusat Bangau Kopsyah BMI Cabang Curug itu.
Selama puasa dan lebaran 2020, Imron tetap bekerja. Meski sepi penumpang, ia tetap bolak balik dari Bitung ke rumahnya di Perum Graha Citra Palasari Blok B17 No 16, Desa Palasari, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang. Sementara, untuk mengisi uang dapur, didapatkan dari usaha istrinya Rusmiyati berjualan gudeg dan krecek tempe di rumahnya. Usaha ini dijalankan sejak istrinya menjadi anggota Kopsyah BMI, 10 tahun silam.
Imron mengisi waktu senggang dengan menonton Youtube sambil mengecek media sosial. Hingga suatu hari, ia tertarik dengan sebuah channel Youtube yang berisi tutorial membuat kaligrafi untuk pemula. Kaligrafi yang ia tekuni adalah Kaligrafi timbul prada emas. Kaligrafi ini cukup mengandalkan keindahan efek timbul lem tembak yang dipadu dengan kilauan prada chrome emas dan perak. Jika dipandang dari dekat, kaligrafi ini berbentuk tiga dimensi (3D).
Perlahan-lahan, ia mulai menekuni ilmu kaligrafi dari tontonan Youtube hingga membeli buku panduannya sendiri. Sebenarnya, Imron sudah mengenal ilmu dasar Kaligrafi sejak duduk di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kalibawang, Kulon Progo.
Namun, teknik kaligrafi timbul ini terbilang baru. Ia pun harus mengulangnya dari awal. Mulai dari membuat cetakan mal kaligrafi hingga membalurkan lem tembak pada bidang yang sudah dicetak. Semua dilakukannya sendiri. ”Saya biasanya pulang dari agen jam 3 sore, baru setelah itu saya belajar lagi bikin kaligrafi,” jelasnya.
Kaligrafi La Ilaha Illallah menjadi yang pertamanya dibuat. Kaligrafi itu ia simpan sebagai kenangan-kenanganya di dunia yang baru itu. Kaligrafi itu ia pajang di depan rumahnya. Hingga pada suatu hari, para tetangganya melihat dan mulai memesan dan dibuatkan yang sama persis. Imron lupa berapa harga dari jasanya tersebut. Namun, dari sana, kaligrafi La Ilaha Illallah menjadi pembuka jalan usaha di tengah pandemi ini.
Di saat pesanan mulai ramai, Imron kehabisan modal. Alhamdulillah, dari pembiayaan Kopsyah BMI sebesar Rp2 juta, usaha Imron kembali bernafas. ”Alhamdulillah pak, saya bersyukur Allah memberi jalan-Nya di sini. Dari Kaligrafi La Ilaha Illallah kehidupan keluarga saya bisa selamat selama korona ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Kopsyah BMI yang telah membantu usaha saya sampai sekarang,” terangnya.
Bulan berganti bulan, pesanan pun datang hilir mudik. Tidak hanya dari tetangganya atau sekitar Tangerang, tapi juga dari luar daerah. Kaligrafi yang ia buat kini beragam. Mulai dari Asmaul Husna, Surah Ar-rahman, Hadist Nabi hingga yang paling terpanjang yang pernah ia buat adalah Surah Yasin. Imron juga mendapat pesanan kaligrafi nama.”Untuk Surah Yasin, pernah dibeli seharga Rp2,5 juta pembuatanya bisa seminggu,” terangnya.
Hari demi hari, kaligrafi tak bisa lagi ditampung di rumahnya. Ia pun memutuskan bekerjasama dengan rekannya pemilik galeri Kaligrafi di Panongan Tangerang. Rumahnya kini dijadikan bengkel kaligrafi, hanya beberapa karya pertamanya ia simpan di dalam rumah. Di bengkel itu, Imron ditemani kaligrafi yang bertuliskan nama beserta foto cucunya yang pertama.
Sore itu, Imron masih menekuni pembuatan kaligrafi berlafadz bismillah dengan pola lingkaran. Kaligrafi itu adalah jam dinding pesanan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah se-Kabupaten Tangerang. Dengan telaten, Imron melumuri beludru merah yang sudah tercetak kaligrafi dengan tetesan lem tembak. Setelah tetesannya kering, Imron menyelubunginya dengan lembaram prada atau chrome. Setelah itu, ia menggosok lembaran ke cetakan hingga serbuk emas merubahnya menjadi kalimah suci yang sangat indah.
Di saat Imron bekerja, Rusmiyati menemaninya. Setelah Imron menekuni usaha kaligrafi, usahanya berjualan sayur ditinggalkan. Awal Maret lalu, ia disibukkan dengan kelahiran cucunya kedua dari putri pertamanya.
Sudah 10 tahun menjadi anggota Kopsyah BMI. Meski pandemi, Rusmiyati tetap setia mengemban amanah. Rusmiyati sadar, BMI sudah memberikan banyak kemudahan untuk usahanya. Dari usahanya tersebut, ia juga sudah mengakses pembiayaan Mikro Tata Air (MTA) Kopsyah BMI. Dari sumur bor MTA Kopsyah BMI kini dirinya tak lagi gelisah jika kemarau datang.
”Semua yang diberikan Kopsyah BMI saya pegang betul amanahnya, Alhamdulillah, waktu usaha suami saya sedang sempit, BMI datang ngasih bantuan modal. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada Kopsyah BMI,” tandasnya.
Dari kisah ini, kita belajar bahwa rezeki memang harus diusahakan, tetapi bagi umat Islam yang sedang berjuang menjemput rezeki, mesti memahami bahwa semua sudah diatur oleh Allah SWT. Ketekunan Pak Imron dan Kesabaran Bu Rusmiyati menghadapi masa-masa sulit mengingatkan kita bahwa Rezeki memang harus diusahakan dan tidak datang dengan sendirinya.
Allah SWT berfirman lewat surat An-Najm ayat 39:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya : dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
Dari ayat ini, Allah SWT ingin memberitahukan kepada orang-orang yang mau berusaha keras dan bersungguh-sungguh suatu saat akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan usahanya tersebut, di mana untuk memulai proses tersebut adalah dengan niat.
Perjuangan Imron menjadi semangat untuk kita untuk terus bekerja keras, amanah, mencintai pekerjaan kita saat ini. Insya Allah, akan selalu menuntun langkah hidup kita ke arah yang lebih baik.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendoakan keluarga kita, orang-orang yang selalu giat berikhtiar, selalu teguh memegang amanah, dan senantiasa yakin Allah Swt menjamin rezeki hamba-hambanya yang selalu giat berusaha. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888
(Togar Harahap/Klikbmi)