Kamaruddin Batubara Beri Lima Resep Jitu Membangun Loyalitas Anggota

BMI Corner

TANGERANG– Syiar koperasi syariah terus digaungkan Presiden Direktur Koperasi Benteng Mikro Indonesia (BMI) Kamaruddin Batubara. Lewat diskusi daring, pria kelahiran Mandailing Natal, 45 tahun silam itu membagikan lima resep menjaga loyalitas anggota koperasi dalam Kajian Malam Selasa (Kamanse) yang diinisiasi Asosiasi Baitul Maal Wa Tamwil Se-Indonesia wilayah Jogjakarta (Absindo DIY), Senin (16/11) malam. Kajian strategis ini diambil sebagai jawaban agar koperasi syariah tetap eksis di tengah pandemi ini.

Ketua Absindo DIY Bambang Edy Asmoro menjelaskan, kajian strategis bersama Koperasi BMI menjadi penting agar BMT di wilayah Jogjakarta memiliki strategi membangun loyalitas anggota kepada koperasi. ”Kita tahu bersama perbedaan bank dan koperasi sangat berbeda sekali. Kalau bank, hubungannya hanya bank dan nasabah sementara koperasi ada pendampingan. Tentu dengan mendengar kajian dari Pak Kamaruddin, BMT di Jogja mendapatkan strategi baru untuk membangun loyalitas anggota,” jelasnya.

Kamaruddin menjelaskan, langkah pertama agar loyalitas anggota terus bangkit adalah menumbuhkan semangat bangga berkoperasi. Salah satunya dengan memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali koperasi.

LIMA RESEP: Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara menampilkan lima resep menjaga loyalitas anggota dalam diskusi daring bersama Absindo DIY, Senin (16/11).

Dengan pengertian, anggota harus didudukan sebagai pemilik aktif dalam permodalan. Sebagai pemilik, anggota punya kewajiban untuk menggenjot partisipasinya dalam permodalan. ”Nah itu yang BMI lakukan. Anggota Kopsyah BMI sudah 176 ribu dan Kopmen BMI sudah 80 ribuan dan semuanya berpartisipasi untuk kesejahteraan bersama,” terang peraih penerima Anugerah Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI tahun 2018 itu. 

Sebagai pengguna, sambung Kamaruddin, anggota koperasi dapat memanfaatkan semua layanan yang disediakan koperasi. ”Sejatinya kita punya warung, punya rumah makan, ya kan enggak lucu kalau kita makan di warung tetangga. Dan (anggota) itu tentu harus dioptimalkan kembali fungsinya,” paparnya.

Sementara anggota sebagai pengendali, sambung Kamaruddin, yakni anggota harus terlibat langsung dalam pengawasan kinerja koperasi baik diminta maupun atas kesadaran sendiri. Peran pengendali yakni saling mengingatkan dan senantiasa berinovasi serta kreatif dalam memajukan koperasi.

”Jadi jangan tabu kalau ada anggota bertanya, jadi tiga peran ini harus dipraktekan baik sebagai pemilik, pengguna dan pengendali. Jadi kalau mereka sudah punya rasa memiliki (sense of belonging), dia pasti jaga itu koperasi. Tapi kalau mereka hanya dimanfaatkan hanya sebagai peminjam, ya wajar tidak loyal,” jelasnya. 

RESEP PERTAMA : Menumbuhkan kebanggan berkoperasi para anggota tentang hak dan kewajibannya sebagai pemilik, pengguna dan pengendali koperasi.

Langkah kedua adalah pelayanan hanya kepada anggota berdasarkan kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Kamaruddin memberi pengertian bahwa setiap orang yang ingin dilayani oleh koperasi wajib menjadi anggota, dan tentu diberi kemudahan. Dengan kata lain, agar akses koperasi bisa melayani semua lapisan masyarakat, koperasi terlebih dahulu menentukan simpanan wajib dan pokok yang murah dan terjangkau.

”Jadi nggak ada istilah calon anggota atau nasabah, kalau dia dianggap nasabah lalu bandel ya salah kita karena menempatkan mereka sebagai nasabah. Jadi saya bingung ada anggota yang gagal bayar karena shadow banking, itu salah, itu bukan gagal bayar, bagi saya itu gagal paham ,” paparnya.

”Jadi kalau ada anggota koperasi simpan pinjam syariah yang memaksa menarik simpanannya ditengah pandemi, itu bukan anggota koperasi sejati. Karena koperasi yang simpan pinjam yang benar itu, uang tunainya atau cash yang ada sedikit, karena sudah beredar di anggota. Sekarang dari Rp650 miliar aset BMI, Jadi Rp500 miliar dan 72 persen uang ini adalah uang anggota. Jadi kalau mau ditarik uang siapa, toh uangnya ada di anggota yang belum mampu membayar di tengah pandemi,” jelasnya.

RESEP KEDUA: Pelayanan hanya kepada anggota berdasarkan kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Produk simpanan BMI sangat mudah dijangkau, sambung Kamaruddin, seperti simpanan pokok untuk Kopsyah BMI hanya Rp10 ribu, semenatara simpanan wajib bebas dan itu diwajibkan bagi anggota yang mengakses pembiayaan, simpanan dan pinjaman. ”Jadi BMI tak mengenal simpanan wajib bulanan, itu nggak ada,” terangnya,

BMI telah membuat desain produk simpanan, pinjaman dan pembiayaan yang jumlah produknya ada 9 macam.”Kita adakan semua, untuk menjaring loyalitas anggota dengan produk yang kita buat. Tentunya untuk kesejahteraan bersama,” paparnya.

Kemudian strategi ketiga untuk menjaga loyalitas adalah menjalankan fungsi pemberdayaan sosial sebagai ciri khas koperasi syariah. Salah satu metodenya adalah mendesain produk untuk pemberdayaan anggota. Dengan pengertian, setiap anggota yang ingin mengajukan pembiayaan harus merubah taraf ekonominya.

RESEP KETIGA: Koperasi wajib menjalankan fungsi pemberdayaan dan sosial sebagai ciri khas koperasi syariah.

 ”Jadi kalau ada anggota koperasi syariah dan BMT melarat, saya pikir kita telah berdosa. Jadi kita harus buktikan bahwa semua anggota yang terlibat, tidak boleh hidupnya jadi susah. Kalau susah, harus kita bantu lewat instrumen Ziswaf,” terangnya.

Selanjutnya adalah mengoptimalan fungsi pemberdayaan sosial yakni menjalankan kegiatan sosial baik kepada anggota yang bermasalah dan kepada non anggota (dhuafa) serta lingkungan sekitar (jika terjadi bencana). 

”Seperti pada bencana banjir Bandang dan longsor Lebak, ada Rp300 juta lebih tanggungan dari 68 KK terdampak kami putihkan utangnya. Jadi bermasalah bukan karena tidak membayar, melainkan karena bencana alam dan kita harus peduli terhadap mereka yang terdampak,” imbuhnya.

Kemudian, BMI melarang adanya penyitaan barang milik anggota dalam penyelesaian permasalahan pinjaman. Jika ada anggota tidak bisa membayar, kita harus terlebih dahulu mencari faktor penyebabnya.  

”Kalau dia memang tidak bisa membayar ingat QS Al Baqarah ayat 280, bahwa orang yang berutang itu di tengah kesulitan harus diberikan kemudahan. Alhamdulillah, 17 tahun 7 bulan kami beroperasi, pola ini telah kami praktekan. Apakah BMI tambah kecil, Alhamdulillah tidak,” terangnya.

Kesetiaan ini juga perlu dipupuk dengan melakukan pendidikan perkoperasian secara rutin berkala baik kepada anggota maupun karyawan. Resep keempat ini bisa seperti mendesain pendidikan koperasi yang menarik. Seperti sistem Training of Trainer (TOT) sebagai metode unuk melahirkan kader dan agen terbaik.  ”Diawali dari pengurus, kemudian nanti harus ada anggota yang bisa TOT. Sehingga ada kader dan agen-agen koperasi dan ini terus kami lakukan,” jelasnya.

RESEP KEEMPAT: Program capacity building anggota lewat pendidikan koperasi akan melahirkan agen-agen ekonomi kerakyatan di seluruh pelosok negeri.

Pelatihan anggota koperasi dilakukan setiap tahun secara bertahap. Metode dengan pelatihan TOT BMI dilakukan di dalam hotel besar. Hal ini dikarenakan sambutan anggota yang ikut pelatihan sungguh luar biasa. Hal kecil pun ditemui saat mengetahui ada anggota BMI yang untuk pertama kalinya masuk ke hotel. ”Hal kecil seperti ini saja sudah menjadi kebanggan bagi mereka sebagai anggota Kopsyah BMI. Dan ini harus kita ingat,” paparnya.

Langkah terakhir untuk menumbuhkan loyalitas adalah transparansi dalam setiap kegiatan dan pelaporan keuangan. Metode yang dipakai BMI adalah melibatkan anggota dan pemerintah dalam menyusun rencana strategis dan RK-RAPB. Alasan BMI melibatkan pemerintah sebagai saksi bagaimana transparansi semua kegiatan koperasi BMI.

RESEP TERAKHIR: Jujur dan transparan dalam setiap kegiatan dan pelaporan keuangan.

”Lalu menjalankan RAT setiap tahun dengan sistem perwakilan melalui pra RAT. Sekarang kami sedang jalankan dengan memilih 600 orang sebagai perwakilan. Para wakil itu akan menyampaikan masukan-masukan untuk RAT Koperasi,” jelas Kamaruddin.

Dan terakhir adalah mempublish laporan keuangan di website koperasi. Sejak tahun 2014, Koperasi BMI telah mengunggah laporan sebagai bentuk transparansi di www.kopsyahbmi.org. Data yang diunggah bisa diambil oleh mahasiswa dan dosen sebagai bahan pengajaran atau penelitian. Selain itu, kegiatan BMI baik Kopsyah dan Koperasi Konsumen BMI ikut dipublish baik melalui portal berita internal www.klikbmi.com dan dua platform media sosial Facebook dan Instagram. Termasuk media elektronik, online dan cetak eksternal.(gar/KLIKBMI)
   

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *