Kamaruddin Batubara Tebar Tips Anti Mainstream Berkoperasi

BMI Corner

“Ciri kegagalan adalah melakukan cara yang sama berulang-ulang namun mengharapkan hasil yang berbeda.”

Albert Einstein

TANGERANG– Quote sang penemu teori relativitas Albert Einstein itu menjadi kalimat pengantar Presiden Direktur Benteng Mikro Indonesia (BMI) Kamaruddin Batubara di hadapan 30 pengurus koperasi kelurahan dalam agenda Peningkatan Kapasitas Koperasi Angkatan II yang dihelat Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Tangerang di Lantai IV Gedung Cisadane, Kelurahan Pasar Baru, Kota Tangerang, Kamis (26/10). Meski jangkauanya hanya kelurahan, sambung dia, pelaku koperasi harus berani melakukan sejumlah terobosan yang inovatif untuk mengembangkan koperasinya.

”Jadi bagaimana koperasinya mau maju, asetnya mau banyak tapi masih melakukan cara yang sama berulang-ulang. Kita wajib Anti Mainstream. Kita harus jeli melihat sekitar dan melakukan inovasi atau terobosan-terobosan yang baru. Meski di koperasi ibu-bapak hanya ada 30 orang, ajak buat usaha,” papar Kamaruddin.

”Misalnya, bikin warung pecel lele. Lantas lelenya dari mana, ya dari anggota juga yang diberi modal. Yang membelinya pun warga kelurahan yang kita ajak jadi anggota. Jadi uang tersebut tidak berputar keluar hanya di anggota saja,” ungkap pria yang pernah merintis kuliner ikan bakar di tahun 2009-2010 tersebut.

Sebagai lembaga yang tidak mengandalkan keuntungan semata, Kamaruddin menegaskan bahwa membangun koperasi juga membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Untuk itu, anggota koperasi harus lebih banyak berkorban tidak hanya modal, melainkan seluruh tenaga dan kemampuannya membangun koperasi.

ANTI MAINSTREAM: Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengajak para pengurus koperasi kelurahan melakukan sejumlah inovasi dalam berkoperasi dalama agenda pengembangan kapasitas koperasi Angkatan II di Gedung Cisadane Kota Tangerang, Kamis (26/11).

”Saya punya prinsip, kalau mau membangun koperasi yang kuat, kita harus banyak memberi bukan banyak meminta. Sebagai pemilik koperasi, anggota punya kewajiban untuk menyokong permodalan dan tentunya memberikan seluruh pemikirannya untuk membesarkan koperasinya. Saya juga saat membangun BMI bersama pengurus lain ikut keluar masuk gang mencari anggota,” terangnya.

Kamaruddin mengatakan bahwa untuk membangun koperasi harus di landasi empat syarat, yakni ; niat, relasi (jaringan), prospek bisnis dan terakhir adalah modal. ”Jadi modal bukan yang pertama, tapi yang ke empat. Yang penting itu, membulatkan niat dahulu. Lalu berapa banyak anggotanya. Setelah itu lihat apa prospek bisnis yang cocok di kelurahan. Nah, setelah itu yang terakhir bagaimana modalnya,” bebernya.

Namun empat syarat itu belum cukup tanpa diiringi oleh semangat. Kamaruddin kembali menjelaskan ada tiga landasan semangat yang mendompleng koperasi menjadi lebih kuat. Diantaranya; semangat mendirikan koperasi, semangat menjalankan dan semangat mengembangkan.

”Semangat mendirikan adalah bagaimana kita mencari cara untuk mewujudkan koperasi ini ada di tengah warga kelurahan kita. Lalu, semangat menjalankan adalah siapa yang akan mewujudkannya, dan terakhir adalah semangat mengembangkan, kita harus menyamakan persepsi kemana arah koperasi ini apa inovasi yang akan kita buat ke depan,” jelasnya.

Pernyataan Peraih Satyalancana Wirakarya oleh Presiden tahun 2018 itu menjadi jawaban atas pertanyaan salah satu pengurus Jaringan Pekerja Rumahan Kota Tangerang, Hani. Wanita yang tengah menekuni usaha konveksi itu menanyakan tips bagaimana menyamakan presepsi niat membangun koperasi di komunitasnya. Selain Hani, ada pula Elin Kurnia. Pengurus Koperasi Kelurahan Buaran Indah itu menanyakan apa saja syarat agar produk mereka bisa diterima cepat oleh pasar.

SERIUS TAPI TETAP SANTAI: Kabid Koperasi Disperindagkop UKM Kota Tangerang Abdul Kholil (batik merah) dengan serius mengikuti pemaparan sesi koperasi modern yang dibawakan Presdir Koperasi BMI, kemarin.

”Kuncinya satu bu, pertahankan kualitas. Misalnya ibu saat ini jualan kuliner lemper lewat koperasi. Awalnya, besarnya bisa tiga jempol. Lalu ada pesanan yang besar hingga ribuan banyaknya, tapi saat dibuat, bentuknya malah makin mengecil. Nah ini yang dilarang dilakukan,” jawab Kamaruddin.

Di sela pendidikan, Kamaruddin menghelat sesi “Moodbooster” untuk memantik semangat para peserta selama acara berlangsung. Dengan menyanyikan lagu “Aku Cinta Koperasi” secara bersamaan, para peserta diajak menirukan gaya yang dibawakan Staf BMI, Iza Asmiyati. Selain itu, Direktur Operasional Koperasi BMI Yayat Hidayatullah ikut memberikan sesi gim persepsi kepada koperasi.

MOODBOOSTER: Para peserta mengikuti sesi Moodbooster dengan menyanyi lagu Aku Cinta Koperasi seraya menirukan gerak Kamaruddin Batubara dan Staf Kantor Pusat BMI Iza Asmiyati.

Kamaruddin menambahkan, koperasi punya kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anggota yang semakin beragam. Untuk itu, Koperasi BMI membuat sektor usaha konsumen yakni Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI). Tugasnya untuk terus berusaha menyediakan kebutuhan anggota. Mulai dari kebutuhan pokok seperti beras sampai kebutuhan ibadah haji dan umrah serta liburan.

”Koperasi harus hadir untuk memenuhi kebutuhan anggota demi pemerataan ekonomi. Ini adalah Model BMI Syariah yang kami implementasikan,” paparnya.

Sekedar diketahui, dalam Model BMI Syariah ada lima pilar pemberdayaan yaitu Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Spitual. Kelima pilar itu diimplementasikan dalam lima instrumen yaitu Sedekah, Pinjaman, Pembiayaan, Simpanan dan Investasi.

Sejak didirikan pada 23 November 2018 silam, Kopmen BMI memiliki beragam unit usaha yaitu mini market dan grosir; konstruksi dan toko bangunan; elektronik dan furnitur, Cafe Kopi Rindoe Benteng; dan tour & travel. Pendirian unit-unit usaha tersebut sesuai dengan kebutuhan anggota dan potensi pasar.

”Unit usaha konstruksi dan toko bangunan Kopmen BMI juga menawarkan harga yang kompetitif dibanding dengan toko bangunan lain. Dengan begitu anggota dapat memperoleh harga yang terjangkau dan tidak memberatkan kantong,” jelas Kamaruddin,

Tentunya, standar kualitas tetap nomor satu. Mutunya terjamin karena dipasok oleh vendor berkualitas. Keuntungan lainnya adalah di akhir tahun, anggota dapat menikmati pembagian hasil usaha seiring dengan berkembangnya bisnis koperasi.

GIM BERSAMA: Direktur Operasional Koperasi BMI Yayat Hidayatullah berinteraksi dengan peserta usai gim persepsi di acara kemarin.

Selain itu, Kopmen BMI juga memiliki perhatian khusus bagi kearifan lokal. Salah satunya membuat produk kopi Benteng khas Tangerang di Cafe Kopi Rindoe Benteng. Dari bentuk kepedulian tersebut, Anggota dan masyarakat bisa mencicipi segelas kopi benteng dan jenis lainnya serta aneka makanan ringan di tempat yang cozy dan instagramable.

”BMI yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan dengan landasan nilai-nilai syariah tetap  menjalankan fungsi pemberdayaan. Saat ini kami menjual beras di mini market Kopmen BMI. Beras ini merupakan produk dari anggota yang dibeli oleh Kopmen BMI. Beras ini pun telah melalui proses quality control yang terjaga sehingga dijamin kualitasnya. Dengan kata lain, rantai pasok produk yang dijajakan di mini market sebagian besar berasal dari anggota,” tandasnya. (gar/KLIKBMI)

Share on:

1 thought on “Kamaruddin Batubara Tebar Tips Anti Mainstream Berkoperasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *