Kambara Tebar Semangat Bangga Berkoperasi Anggota Kopsek Bushido Se-Nusantara

Nasional

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadilah : 11)

Klikbmi, Tangsel – ”Pagi, pagi, pagi, joss,” suara lantang dari Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara memecah kesunyian di Aula Hotel Santika Premiere Bintaro, Kota Tangsel, Kamis 24 Februari 2022. “Meski sudah siang, semangatnya harus pagi ya,” tambah pria yang akrab disapa Kambara ini.

Hari itu, Kambara menjadi narasumber dalam Pelatihan Peningkatan Kapasitas Koperasi Berbasis Komoditas yang diselenggarakan oleh Deputi Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM RI. Para peserta adalah anggota Koperasi Sekunder (Kopsek) Bushido Perwira Nusantara berasal dari seluruh Indonesia.

Mengawal presentasinya, Kambara langsung memberikan kata kunci bagaimana membangun Koperasi yang sesuai jati dirinya, dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. ”Poin membangun koperasi yang pertama adalah fokus, kalau orang bisa kenapa kita tidak bisa. Tuangkan rasa cinta, waktu dan pikirannya untuk membangun koperasi. Untuk membesarkannya, kita harus menghadirkan karakter berkoperasi kepada anggota dan karyawan agar bangga terhadap koperasinya,” terang Kambara.

Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara menceritakan bagaimana semangat bangga berkoperasi anggota dan karyawan Kopsyah BMI mampu membangun koperasinya yang kini assetnya mencapai Rp 1 triliun lebih.

”Kemudian, butuh komitmen dari para pengurus. Di BMI tidak boleh pengurusnya diduduki oleh keluarga. Karena koperasi adalah satu-satunya badan usaha yang diatur oleh pasal 33 UUD 1945. Dalam pemikiran Bung Hatta, koperasi adalah usaha bersama atau gotong royong untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. Jadi, orang yang menjadi anggota koperasi harus mempunyai kepentingan yang sama,” jelasnya.

Dalam presentasinya, Kambara mendorong para peserta untuk menjadikan koperasi menjadi modern. Yaitu selalu mengajak masyarakat jadi anggota koperasi, melayani kebutuhan anggota dan menjunjung tinggi peradaban baru koperasi Indonesia.

“Jika kita mampu menerapkan berkoperasi dengan benar maka kita akan menjadi koperasi yang sukses. Kita harus menciptakan produk yang melayani anggota agar anggota lebih mampu berperan aktif dalam membangun koperasi kita,”terang alumnus IPB University ini.

Pekikan Joss! sebanyak tiga kali oleh Presdir Koperasi BMI membangkitkan semangat peserta pelatihan koperasi di Hotel Santika Premiere Bintaro, Tangsel, Banten.

Kambara mengajak anggota koperasi yang hadir untuk menjaga kualitas koperasi. Ia lalu menegaskan tentang pengertian koperasi agar tidak salah dalam menjalankan koperasi. “Kita harus mulai dengan berkoperasi dengan benar. Tujuan koperasi adalah kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,” ujarnya.

Untuk membangun koperasi yang amanah, Kambara mengutip quote dari Bung Hatta bahwa koperasi tidak menghendaki orang-orang luar biasa untuk mengemudikannya. Karena koperasi hanya butuh orang jujur, agar bisa memberikan manfaat kepada masyarakat.

Kambara juga menerangkan karakter yang menjadi pembeda koperasi dan non koperasi. Yakni kepemilikan koperasi adalah milik anggota, bukan kesejahteraan. Kemudian tujuannya kesejahteraan bersama melalui asas kemanfaatan, bukan mencari keuntungan sebesar-besarnya. ”Karena di syariah, menerima keuntungan yang sewajarnya. Bukan kapitalis yang mencari untung sebanyak-banyaknya. Penentu kebijakan itu pengurus bukan direksi,” terangnya.

Dalam prakteknya, sambung Kambara, Kopsyah BMI mengangkat lima pilar anggota yakni ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan spiritual anggota. ”Bahwa kita menjalakan koperasi mencari keberkahan, karena kalau niatnya seperti itu tidak akan ada korupsi. Dan koperasi harus peka terhadap sosial. Karena sampai sekarang, saya tidak pernah melihat ada orang kaya yang meninggal datang sendiri ke makam,” jelas penulis Dua Buku Seri Peradaban Baru Koperasi Indonesia itu.  

Presdir Koperasi BMI Kamaruddin Batubara bersama Tetty Siregar, Ketua Kelas Pelatihan Peningkatan Kapasitas Koperasi Berbasis Komoditas yang diselenggarakan oleh Deputi Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM RI

Kambara menjelaskan, Koperasi juga harus menciptkaan produk melayani anggota (captive market) untuk kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dalam prakteknya, Koperasi BMI tumbuh dengan tiga koprasi primer yakni Kopsyah BMI (sektor moneter), Kopmen BMI (Ritel) dan Kopjas BMI (jasa dan layana) yang kesemuanya untuk memenuhi kebutuhan dari anggota.  

Melalui Model BMI Syariah, Kopsyah BMI mampu menjalakan . “Kita harus memulai dari sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi. Itulah instrumen yang kita pakai untuk mengembangkan koperasi ini. Kita harus ciptakan kesejahteraan pada 5 pilar. Pilar ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual harus kita bangun” ujarnya lagi.

Kambara melanjutkan materi dengan mengajak gerakan koperasi membangun koperasi Indonesia masa depan. Tentu ada syaratnya, yakni memiliki manajemen yang professional, sdm milenial, diklat dan pendampingan berkala, gaji yang baik setara UMR, reward dan punishment, dan continuous improvement.

”Koperasi harus dikelola dengan baik, gaji staf umum Kopsyah BMI sudah setara UMR Kabupaten Tangerang, Rp4,3 juta dan tidak ada outsourcing (alih daya). Semangat professional itu yang harus dibangun,” jelasnya.

Kambara menegaskan Kopsyah BMI terus istiqamah menjunjung tinggi jati diri koperasi yang melibatkan anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali. Kepercayaan ini dibangun dengan hadirnya satu koperasi sekunder dan tiga koperasi primer untuk memenuhi kebutuhan anggota, tidak adanya anggota keluarga yang menjadi pengurus dan tidak berbadan hukum perseroan terbatas.

Selain itu, koperasi juga fokus pemberdayaan yang mensejahterakan untuk pemerataan ekonomi berkeadilan. Salah satunya menekankan bahwa anggota bertanggung jawab terhadap kemajuan koperasinya. “Karyawan pun anggota koperasi tetapi karena dia bekerja sebaiknya ia tidak punya hak suara. Hal ini agar tidak terjadi vested interest” tuturnya lagi.

“Dalam praktek Koperasi BMI memulai dari sektor keuangan. Lalu masuk ke sektor riil dan tentu sebagai KSPPS atau BMT harus bangun Zakat, Infaq, Sadaqah dan Wakaf (ZISWAF),” ujar pria kelahiran Mandailing Natal 46 tahun silam itu.

Dari ZISWAF dan dana kebajikan, Kopsyah BMI telah membangun 350 unit hibah rumah siap huni (HRSH) senilai Rp17,5 miliar sejak tahun 2015-2021. Kemudian Sanitasi Masjid, Musola dan Pesantren (Sanimesra) sebanyak 145 unit senilai Rp2,9 miliar sejak tahun 2017-2021. Kemudian pembangunan 138 unit sanitasi untuk dhuafa dengan nilai Rp966 juta termasuk 1.890 trip ambulans BMI senilai Rp566 juta lebih di tahun 2021.    

“Kita sebagai pengurus harus mendorong program ZISWAF ini. Dengan program yang terukur maka program kita akan berjalan baik. Program wakaf kita saat ini juga telah sampai membeli sawah produktif dan BMI Center,” tandas Kambara.

Kambara mengatakan, anggota Kopsyah BMI juga mendapatkan pendidikan perkoperasian selama tiga hari sebelum menjadi anggota. Di sana, anggota memahami komitmen bahwa koperasi ini milik bersama. Jika saja pembiayaan macet, yang dibebani adalah seluruh anggota.

”Lewat pendidikan ini kita memberikan kesadaran bahwa maju mundurnya koperasi dari anggota. Selain itu, adanya mitigasi risiko, di koperasi diantaranya provisi, PPAP, asuransi, administrasi dan premium risk. Dan mitigasi ini harus dijalankan dengan baik,” pungkas Kambara yang menjawab pertanyaan Messi, peserta dari Lampung tentang pencegahan pembiayaan yang macet.

Presentasi Kambara membuat animo para peserta untuk bangga berkoperasi semakin kuat. Salah satu peserta dari Sulawesi Selatan Ulfia Santi berharap Koperasi BMI bisa membangun semangat cinta koperasi ke seluruh Indonesia. “Saya merasa suprise, BMI sangat luar biasa. Sekali lagi, kami bisa mengundang Pak Kamaruddin Batubara secepatnya memberikan sosialisasi ke Makassar,” ujarnya.

Apresiasi juga datang dari Atik, asal Kota Bandung bahwa dirinya makin tertarik dengan ingin tahu perkoperasian lebih jauh. “Dari pemaparan Pak Kamaruddin, saya mengambil banyak pelajaran. Ternyata pengurusnya harus memiliki jiwa entertainer (wira usaha). Para pengurusnya mesti tanggap dengan peluang. Saya yakin, para pengurusnya kalau jalan-jalan pasti banyak ide yang muncul. Melihat kemacetan, langsung ada ide membangun bisnis transportasi atau apa lagi. Dari pemaparan Pak Kamaruddin, saya banyak belajar bagaimana seharusnya menjadi pengurus koperasi. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” jelasnya.

(Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *