Nasehat Dhuha Minggu, 26 Desember 2021| 21 Jumadil Awal 1443 H | Oleh : Ustadz Fakhry Fadhil, S.Sy, M.H
Klikbmi, Tangerang – Tema kita hari ini adalah menghindari kemarahan. Saat menghadapi permasalahan hidup, sering kita mengeluh dan menyalahkan keadaan. Sampai kita melampiaskan dengan marah-marah bahkan sampai melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri kita sendiri. Islam menilai amarah merupakan suatu yang hal yang harus ditahan atau dikendalikan, karena amarah bagian dari hawa nafsu yang bisa menjerumuskan manusia kepada perbuatan yang dilarang oleh agama.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita dalam hadist :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ، أَوْصِنِيْ. فَقَالَ: لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا. قَالَ: لَا تَغْضَبْ. أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِ
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh ada seorang laki-laki berkata kepada Rasullullah SAW: ‘Rasulullah SAW, berwasiatlah kepadaku.’ Lalu beliau menjawab: ‘Jangan marah.’ Laki-laki itu kemudian mengulang-ulang permintaan nasihat kepadanya. Rasulullah pun tetap menjawab: ‘Jangan marah’,” (HR al-Bukhari)
Marah berarti perasaan tidak senang atau gusar, dalam bahasa Arab disebut gadlab. Gadlab memiliki arti meluapnya darah di dalam tubuh dan disertai keinginan untuk menyiksa. Selain itu, kata gadlab ini bisa juga memiliki arti tidak terkendalinya emosi dan muncul perasaan ingin memusuhi.
Hal ini digambarkan pada surat Al-Anbiya ayat 87 :
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Artinya “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Dari ayat di atas, Nabi Yunus marah sehingga pergi meninggalkan kaumnya. Hal ini dilakukan oleh Nabi Yunus karena ia mengira bahwa kaumnya tidak menghiraukannya, maka dari itu ia pergi meninggalkan mereka. Ketika Nabi Yunus pergi, kaumnya menyadari kesalahan mereka dan akhirnya mereka kembali ke jalan yang benar. Hal ini seolah memberi pesan bahwa seseorang harus bisa mengendalikan diri apabila sikap marah tersebut muncul, mari kita mulai untuk selalu mengendalikan amarah menjadi sikap yang lebih baik lagi, tidak dengan cara melakukan kekerasan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)