Nasehat Dhuha Rabu, 15 Desember 2021| 10 Jumadil Awal 1443 H | Oleh : Tim Humas BMI
“Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur sulit diperbaiki.” (Mohammad Hatta)
Klikbmi, Tangerang – Proklamator Mohammad Hatta memberikan teladan soal kejujuran. Hatta mengajarkan menjadi pria terhormat tidak harus menjadi orang kaya. Hatta juga mencontohkan perilaku jujur karena mengembalikan uang negara kendati hanya ongkos perjalanan semata. Sesuatu yang sangat langka saat ini.
Kisah teladan ini dimulai pada Agustus 1952 tepatnya bulan haji saat itu. Semua orang berbondong-bondong memenuhi pelabuhan untuk naik kapal laut dan juga Bandara Kemayoran. Di tahun yang sama, Hatta juga berniat naik haji. Hal yang paling mengesankan, dia tak mau dibiayai negara. Hatta akan naik haji dengan uang pribadi.
Soal kejujuran Hatta memang jagonya. Jika ada wakil presiden sekaligus perdana menteri yang hidup pas-pasan, cuma Hatta orangnya. Sebagai Muslim yang taat, Hatta berniat menjalankan Rukun Islam. Kendati saat itu mahal sekali. Untuk transportasi udara di tahun 1952, biaya yang dikeluarkan jemaah haji adalah Rp 16.691. Tarif ini dua kali lipat lebih mahal dari tarif kapal laut saat itu, yaitu Rp 7.500. Uang untuk biaya haji didapat Hatta dengan honorarium menulis dan royalti bukunya.
Tawaran naik haji dibiayai pemerintah ditolak mentah-mentah oleh Hatta. Walau begitu, pemerintah lalu meminta Hatta sekalian melakukan beberapa kunjungan resmi di Arab Saudi mewakili Indonesia. Bukan kunjungan politik, hanya untuk jalinan persahabatan saja. Selain itu beberapa petugas juga ditunjuk mendampingi Hatta.
Saat berangkat tanggal 20 Agustus 1952 di Bandara Kemayoran, Hatta tetap dilepas sebagai wakil presiden yang akan melakukan tugas negara. Para menteri, pejabat sipil dan militer memberikan penghormatan.
Kantor Berita Antara melaporkan, Panitia Penghormatan Perdjalanan Hadji Wakil Presiden dipimpin oleh Kasman Singodimedjo dan Kiai Wahid Hasjim. Mereka menggelar syukuran sejak semalam dengan berdoa dan aneka pertunjukan bernuansa Islami di Lapangan Udara Kemayoran.
“Acara ini dihadiri tak hanya oleh Umat Islam, tapi juga Umat Agama lain,” tulis Antara.
Ribuan rakyat rela datang dan menginap di bandara untuk mengantarkan Bung Hatta Naik Haji. Mereka ramai-ramai mendoakan agar Wapres dimudahkan dalam perjalanan dan menjadi Haji Mabrur.
Hingga pada 1 Desember 1956, Mohammad Hatta resmi menjadi masyarakat biasa setelah memilih mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden Indonesia. Beberapa perusahaan Belanda yang takut usahanya dinasionalisasi pemerintah, menawarinya untuk menjadi komisaris, tapi dia tegas menolak.
Dia merasa tidak bisa bertanggung jawab pada rakyat jika mengambil jabatan itu apalagi saat itu kondisi ekonomi dan politik Indonesia masih morat-marit.Termasuk saat Bank Dunia memberinya kedudukan pejabat teras di sana. Hatta tak mau bergeming. Hal itu cukup mengecewakan Halida Hatta- putri bungsu Hatta- yang ingin kuliah di luar negeri. Meski pahit, Hatta tetap menolak tawaran tersebut.
Di masa tuanya, Hatta hanya mendapat uang pensiun sebesar Rp 3.000. Jumlah itu terbilang kecil. Hatta pun terengah-engah membayar tagihan listrik rumahnya. Istri Hatta, Rachmi Rahim tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.
Bagi Hatta, kejujuran adalah pondasi akhlak. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW sejak masih belia, dikenal oleh masyarakat di sekitarnya bukan karena kegantengan, kekayaan, kepintaran atau kekuatannya, melainkan karena kejujurannya. Sehingga masyarakat memberikan gelar kepada beliau sebagai Al Amiin, orang yang jujur terpercaya. Setiap perkataan terjamin kebenarannya, setiap tindakan jauh dari keburukan, setiap janji dipenuhi dan amanah ditunaikan dengan baik.
Rasulullah SAW bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Muslim)
Kejujuran adalah pangkal dari kemuliaan. Semoga kita termasuk orang-orang yang mulia dan selamat karena kejujuran. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.
(Togar Harahap/Klikbmi)