Malam Lailatul Qadr

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Senin, 3 Mei 2021 | Hari Ke-21 Ramadhan 1442 H| Oleh :  Sularto

Klikbmi, Tangerang – Insan BMI yang dimuliakan Allah SWT, Alhamdulillah puasa kita hari ini sampai pada hari ke-21. Tema kita kali ini adalah malam Lailatul Qadr . Lailatul Qadr adalah satu dari sekian banyak misteri ketuhanan yang menyimpan pahala dan keutamaan yang sangat besar. Disebutkan dalam al-Qur’an, keutamaan Lailatul Qadr lebih besar dan indah dibanding seribu bulan. Ini menunjukkan betapa mahalnya Lailatul Qadr. Karena mahal, maka Allah pun merahasiakan turunnya.

Nabi Muhammad sendiri hanya memberikan katakunci, kalau Lailatul Qadr mayoritas turun di tanggal-tanggal ganjil sepuluh terakhir Ramadhan.

Merujuk pada tafsir Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1999), pada saat-saat tersebut Rasulullah akan bertadarus sembari merenung berdoa. Adapun salah satu amalan yang kerap beliau lakukan untuk menjemput Lailatul Qadr adalah memperbanyak membaca dan menghayati makna doa sapu jagat. Berikut bunyi doa sapu jagat beserta artinya. Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasana wa qina ‘adzabannar.

Artinya: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.

Sementara itu, mengenai makna yang terkandung dalam doa sapu jagat tersebut yakni berisi permohonan umat muslim yang disertai usaha. Orang yang membaca doa sapu jagat tak sekadar memohon kebaikan di dunia dan akhirat, melainkan berusaha pula untuk meraih kebajikan tersebut. Sementara kebaikan tersebut tidak hanya untuk didapatkan di dunia tapi juga di akhirat kelak sesuai dengan hakikat malam lailatul Qadr yang kebaikan dan kemuliannya bersifat tanazzalul atau berkesinambungan. Sebagai catatan, meski Allah SWT menjanjikan kemuliaan pada Lailatur Qadr, seseorang diminta meningkatkan amal dan ibadah, tak sekadar menunggu malam tersebut.

Sebab, kebaikan harus dilakukan secara terus menerus sebagaimana kemuliaan yang ditunjukkan pada malam Lailatur Qadr dan dampaknya terhadap kehidupan di waktu yang akan datang. Terdapat banyak amalan malam Lailatul Qadr. Berikut di antaranya.

1. Perbanyak Doa Malam Lailatul Qadr

Salah satu amalan yang dikerjakan dalam malam penuh pengampunan dan rahmat ini adalah banyak berdoa. DIriwayatkan dari Aisyah, beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang bacaan doa malam Lailatul Qadr seperti apa yang hendaknya dibaca. Nabi Muhamad menjawab bacaan doa malam Lailatul Qadr:

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku.”

2. Beriktikaf di Masjid

Salah satu hal yang dilakukan Nabi Muhammad di bulan Ramadhan adalah beriktikaf di 10 akhir Ramadhan di masjid. Kemudian Nabi juga mengajak istri-istri beliau untuk juga melakukan iktikaf. Hal ini menunjukkan jika perempuan diperbolehkan turut beriktikaf atau berdiam diri di dalam masjid. Berdiam diri dengan memperbanyak amalan-amalan seperti berdoa, zikir, salat malam, membaca Alquran dan sebagainya.

3. Mengerjakan Salat pada Malam Lailatul Qadr

Amalan malam Lailatul Qadr berikutnya adalah dengan melaksanakan sholat sunnah di malam hari. Hal ini sesuai hadist Rasulullah SAW yang artinya: “Barang siapa melaksanakan shalat pada malam lailatul Qadr karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1901)

Demikian beberapa amalan malam Lailatul Qadr yang dapat dilakukan untuk meraih limpahan keutamaan bulan Ramadhan. “Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah,” (HR Al-Bukhari).

Merujuk pada hadis tersebut, dapat disimpulkan sepuluh malam terakhir ramadan merupakan waktu yang terbaik untuk beribadah. Menurut Ibnu Bathal, hadis ini memberitahukan kepada kita bahwa malam lailatul Qadr ada pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadan.

Oleh karenanya, Rasulullah lebih fokus beribadah pada malam-malam tersebut dan menganjurkan umatnya untuk meningkatkan ibadah pada malam-malam tersebut. Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar menjelaskan ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan di malam lailatul Qadr. “Kami riwayatkan dari sanad yang shahih dalam kitab al-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lain-lain bahwa Aisyah pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, andaikan aku mengetahui lailatul Qadr, apa yang bagus aku baca?’ Rasulullah menjawab, ‘Bacalah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku).’

Ulama kami berkata, disunahkan memperbanyak baca doa ini, baca Al-Qur’an, zikir, dan doa-doa yang disunahkan pada tempat atau waktu yang mulia. Imam As-Syafi’I berkata, ‘Aku menyukai memperbanyak ibadah tersebut di siang hari sebagaimana di malam hari.’ Dianjurkan juga memperbanyak doa-doa yang penting bagi umat Islam. Ini tanda orang-orang saleh dan hamba Allah yang arif.” Berdasarkan penjelasan Imam An-Nawawi, ada beberapa amalan yang bisa dilakukan menyambut lailatul Qadr. Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti kapan lailatul Qadr turun, namun amalan ini bisa terus dilakukan sepanjang ramadan, khususnya di sepuluh malam terakhir.

Salah satunya dengan memperbanyak membaca doa berikut:

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’

Artinya: “Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan,

ampunilah aku.” Selain itu, umat muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, berzikir dan memanjatkan doa-doa yang bermanfaat untuk umat Islam.

Keutamaan Lailatul Qadr

Pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat malam Lailatul Qadr, suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4). Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul Qadr sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadr. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadr [97] : 1)

Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr [97] : 3-5)

Lailatul Qadr itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Terjadinya lailatul Qadr di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul Qadr di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Terjadinya lailatul Qadr di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى

“Carilah lailatul Qadr di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)

Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul Qadr adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul Qadr itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah lailatul Qadr di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.”  (HR. Bukhari)

Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul Qadr di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini. 

Beberapa tanda malam Lailatul Qadr yang diriwayatkan antara lain. Pertama, Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul Qadr adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi.  Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)

Kedua, malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain. Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat. Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul Qadr matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)

Salurkan sedekah terbaik  kita melalui rekening Ziswaf Kopsyah BMI : BNI Syariah : 7 2003 2017 1 a/n Benteng Mikro Indonesia. Simpanan Sukarela : 000020112016. DO IT BMI : 0000000888 dengan memilih paket takjil ataupun paket wakaf mushaf Al-Qur’an dan ataupun dua-duanya. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *