Nasehat Dhuha Selasa, 31 Agustus 2021 | 22 Muharram 1443 H| Oleh: Ust Sarwo Edy, ME
Klikbmi, Tangerang – Ada sebuah kiasan bahasa arab : Man yazra’ yahsud (Barang siapa yang menanam, Ia yang menuai). Yang jika kita sederhanakan menjadi seperti ini : Jika kamu ingin menuai sesuatu, maka kamu harus menanam dulu.
Hidup ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada sebab yang menjadikan itu terjadi. Dan kalaupun ada sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba (menurut pandangan kita), maka sebenarnya itu ada penyebab utama yaitu Pencipta alam semesta, Allah SWT.
Kembali lagi ke kiasan arab di atas, kita seakan ditunjukkan bahwa dalam menjalani kehidupan ini, kita harus menunaikan kewajiban dahulu sebelum mendapatkan hak. Banyak dari kita sebagai seorang hamba kadang lupa konsep ini, banyak dari kita yang lebih mengutamakan hak daripada kewajiban. Banyak mintanya dan sedikit melakukan kewajibannya. Bahkan ada juga yang menganggap Allah tidak adil karena doa-doa yang dipanjatkan belum terpenuhi. Padahal Allah akan menjawab doa hamba-Nya dengan cara-Nya.
Mari sejenak kita perhatikan konsep “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan Hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan). Ayat ke-5 yang ada di dalam surat Al-Fatihah ini memang secara tersurat bermakna tentang ketauhidan. Yang berisi tentang Tauhid Uluhiyyah (mengesakan seluruh bentuk ibadah kepada Allah). Akan tetapi secara tersirat, kita juga melihat konsep “Kewajiban dulu, Hak kemudian”. Hal tersebut bisa kita lihat dari urutan dari kata-kata dalam ayat tersebut. Di dalam ayat tersebut didahului dengan kata na’budu (Kami menyembah) dan dilanjutkan dengan kata nasta’in (Kami meminta pertolongan). Yang artinya kita sebagai hamba harus menunaikan kewajiban seorang hamba terhadap pencipta-Nya dahulu yaitu menyembah dalam arti ibadah dan setelah itu baru kita meminta dan mendapatkan pertolongan. Bahkan kadang sebelum kita meminta pun Allah sudah memberi.
Selain dari Konsep “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, kita juga bisa mengambil ibrah melaksanakan kewajiban dahulu mendapatkan hak kemudian dari surat an-nahl ayat 27 yang berbunyi :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Tafsiran dari ayat tersebut adalah sebagai berikut :
(Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan).
Kesimpulannya, Bolehlah kita meminta banyak (melalui doa) dari Allah, Akan tetapi apakah layak kita meminta banyak padahal kita baru sedikit bahkan tidak melakukan kewajiban-kewajiban dari-Nya. Dan bisa jadi doa-doa yang belum dikabulkan karena kewajiban-kewajiban yang terabaikan.
Mari kita utamakan menunaikan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan terlebih dahulu, sebelum kita berharap Allah akan menolong kita melalui doa-doa yang terkabul dan pertolongan-pertolongan lainnya dan dengan cara-Nya. Wallahu a’lam bish-showaab
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).