Ritual Membaca Quran Sebatas Membaca, Jauh Dari Pengamalan

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Senin, 26 April 2021 | Hari Ke-14 Ramadhan 1442 H| Oleh :  Sularto

Klikbmi, Tangerang – Guru kita KH Mustofa Bisri dalam satu ceramahnya mengupas tentang banyak dari kita membaca Al Quran tetapi berhenti pada membaca, tanpa dipahami apalagi diterapkan. Berulang kali dalam ceramah ini, Gus Mus mengatakan bahwa banyak dari kita merasa paling benar dan merasa hanya kita yang pantas masuk surga. Mimik muka yang serius menandakan bahwa Beliau sangat konsen dalam hal ini, Beliau khawatir aksi merasa paling benar ini membuat ukhuwah Islamiyah bisa terpecah.

Gus Mus mengingatkan bahwa dalam ajaran Islam terdapat larangan yang cukup tegas untuk tidak membeda-bedakan orang lain. Larangan itu termasuk membeda-bedakan dari segi suku, ras, bangsa, agama, hingga warna kulit. dilarang keras merendahkan orang lain dan merasa dirinya paling unggul dibandingkan yang lain. Larangan ini jelas tertulis dalam Surat Al Hujurat ayat 13.  Surat Al Hujurat merupakan surat ke-49 yang terdiri dari 18 ayat serta tergolong surat Madaniyah. Arti Al Hujurat sendiri adalah kamar-kamar, maksudnya adalah kamar-kamar tempat kediaman Rasulullah SAW dengan istri-istri beliau.

Secara khusus, pada ayat 13 Surat Al Hujurat juga menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk saling mengenal. Laki-laki maupun perempuan tidak bisa hidup sendirian karena membutuhkan bantuan orang lain. Mengutip jurnal Refleksi Penciptaan Manusia Berbangsa-Bangsa dan Bersuku-Suku: Telaah Surat Al Hujura ayat 13 oleh Mirham AM, berikut tasfiran surat Al Hujurat ayat 13 yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Yaa ayyuhan-naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa unsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaa’ila lita’aarafuu, inna akramakum ‘indallaahi atqaakum, innallaaha ‘aliimun khabiir.”

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam tafsir As-Sa’di karangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, melalui surat ini Allah SWT memberitahukan bahwa tujuan penciptaan Adam dan Hawa untuk mewariskan keturunan yang tersebar di muka bumi ini. Kemudian Allah SWT menyebarkan laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang banyak serta menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan mereka membentuk suku bangsa atau kelompok tertentu agar saling mengenal.  Dengan mengenal satu sama lain, mereka bisa saling tolong-menolong, bantu-membantu, dan saling memenuhi hak-hak kerabat sekitar mereka.

Ayat ini  dengan  menjelaskan bahwa manusia di mata Allah SWT adalah sama dan setara. Tidak dibenarkan jika ada yang saling merendahkan satu sama lain. Yang mampu membedakan manusia satu dengan manusia lainnya hanyalah derajat ketakwaannya. Dapat disimpulkan melalui Surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT secara tegas melarang segala bentuk tindakan kebencian kepada sesama manusia dengan mengatasnamakan suku, ras, agama, dan lain sebagainya. Pentingnya kesadaran dan meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama perlu diwujudkan agar manusia tidak semena-mena melakukan tindakan diskriminasi, rasisme, atau tindakan sejenis lainnya. Selain Islam melarangnya, tindakan ini justru akan memecah belah bangsa dan menimbulkan kekacauan.

Dalam islam, mengolok orang lain itu termasuk su’ul adzab. Orang islam yang beriman, mustahil melakukan hal tersebut (olok-olok) seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 11 yang artinya “ Wahai orang-orang yang beriman! Jangan mengolok-olok suatu kaum terhadap kaum yang lain, bisa jadi keberadaan kaum yang diolok-olok lebih bagus dari kaum yang mengolok-olok. Dan janganlah mengolok-olok seorang wanita terhadap perempuan lain, bisa jadi mereka yang diolok-olok lebih bagus dari wanita yang mengolok. Dan janganlah kalian membiasakan mencela terhadap diri kalian sendiri dan janganlah kalian saling memanggil dengan gelar yang buruk. Karena seburuk-buruk nama itu adalah menyesatkan/kefasikan sesudah keimanan. Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu golongan orang-orang yang dholim”. Disini sangatlah jelas bahwa Allah itu membenci hambanya yang beriman tapi suka mengolok-olok orang lain. Karena iman yang ada pada hamba Allah itu adalah sebuah pemberian. Pemberian itu berfungsi sebagai modal dasar untuk melaksanakan kehidupan. Jadi, jika ada orang yang suka mengolok-olok orang lain bisa dikatakan orang itu adalah orang yang belum bisa mengimplementasikan iman yang diberi oleh Allah untuk hal kebaikan.

Pada ayat tersebut dijelaskan pula bahwa belum tentu orang yang diolok itu lebih baik daripada orang yang mengolok. Malah bisa jadi orang yang diolok itu lebih baik daripada orang yang mengolok.Jadi, jika kita menjadi orang yang diolok, maka lebih baik kita diam saja. Karena yang kita pasti mendapat kebaikan. Sebaliknya, orang yang mengolok akan mendapatkan kejelekan yang sudah dilontarkan olehnya sendiri.  Yang disebut dalam ayat ini hanya wanita, karena mayoritas yang suka mengolok-olok adalah para wanita. Wanita itu suka berkumpul, kalau sudah ngumpul pasti akan menggunjing dan gunjingan itu pasti berisi olok-olokan. Jadi, tidak heran kalau banyak yang bilang nanti mayoritas penghuni neraka adalah wanita. Maka dari itu, mulai sekarang kita harus belajar untuk menjadi wanita yang baik dan tidak suka menggunjing serta mengolok-olok wanita lain.

Gus Mus dalam ceramah ini menekankan sebaiknya kita menghindari saling mengolok-olok dan menghindari merasa paling benar. Menghindari merasa bahwa ada satu golongan saja yang pantas masuk surga.  Beliau menekankan bagaimana Al Quran harusnya dibaca, lalu dipahami, dan kemudian menjadi amalan. Termasuk dalam pengamalan  kedua ayat dalam surat Al Hujurat (11 dan 13)  tentang ibadah sosial untuk saling menghargai satu sama lain tanpa membedakan golongan dan perbedaan lainnya.

Mari dalam ibadah sosial kita menaati pesan Al Quran dengan merutinkan sedekah. Salurkan sedekah terbaik  kita melalui rekening Ziswaf Kopsyah BMI : BNI Syariah : 7 2003 2017 1 a/n Benteng Mikro Indonesia. Simpanan Sukarela : 000020112016. DO IT BMI : 0000000888 dengan memilih paket takjil ataupun paket wakaf mushaf Al-Qur’an dan ataupun dua-duanya. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *