Semangat kemandirian pangan melalui wakaf produktif terus digelorakan Koperasi Benteng Mikro Indonesia (BMI) di tengah pandemi Covid-19. Sebanyak 70 Mauquf Alaih (penerima wakaf) menerima beras hasil sawah wakaf Koperasi BMI. Bantuan itu diberikan para janda dan yatim piatu yang berada di sekitar lokasi sawah wakaf, Kampung Leuwidahu, Desa Caringin, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Selasa (3/11).
REDAKSI KLIKBMI- Cisoka
FAKTOR usia tak menyurutkan langkah kaki Aisyah (81) menuju kediaman Jarok Kinung. Senyum janda yang sejak delapan tahun lalu ditinggalkan suaminya itu tersungging saat tiba di lokasi. Di sana, Aisyah bersama 69 Mauquf Alaih lainnya menerima hasil beras sawah wakaf Koperasi BMI. ”Alhamdulillah, terima kasih banyak BMI, semoga BMI panjang umur dan murah rezeki,” ujarnya usai menerima bantuan.
Pembagian beras wakaf dilakukan secara simbolis oleh Manajer Zakat, Infaq, Sadaqah dan Wakaf (Ziswaf) BMI Casmita. Di dampingi staff Ziswaf Haji Puryadi dan Jarok Kinung, Casmita menyerahkan beras wakaf dari peti plastik yang sudah disiapkan panitia. Mereka yang hadir adalah para janda dan yatim piatu yang berada di sekitar lokasi sawah wakaf di Kampung Leuwidahu.
”Alhamdulillah, hari ini kami telah menyerahkan beras hasil panen sawah wakaf BMI kepada 70 Mauquf Alaih. Ini merupakan penyerahan kedua. Kami minta doanya ibu-ibu dan juga adik-adik yang hadir agar ke depannya manfaat sawah wakaf bisa lebih besar lagi,” ujar Casmita.
Sawah wakaf BMI berada 200 meter dari lokasi penyerahan bantuan. Suasana adem dan hijau menyelimuti area tersebut. Luas arealnya mencapai 5,6 hektar yang dikelola oleh 23 petani penggarap. Terbagi menjadi tanah daratan dan areal persawahan. Ini merupakan bagian dari program 100 hektar lahan wakaf produktif BMI se-Provinsi Banten.
Di Cisoka, BMI menargetkan 20 hektar lahan wakaf. Selain lahan pertanian, BMI juga akan membangun rumah sakit gratis, rumah tahfidz Alquran, sekolah gratis di sana. Yang kesemua manfaatnya diberikan untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar.
Di sela acara, Casmita mengatakan, beras yang diterima Mauqif Alaih diolah dengan dengan mesin penggiling padi sendiri. Proses penggilingan dilakukan sekali sehingga, serat beras tidak ikut terbuang. Serat beras membantu pencernaan dan membuat komposisi gizinya tetap terjaga. Proses penggilingan sendiri dilakukan di kediaman Jarok Kinung yang merupakan anggota Koperasi BMI.
”Jadi ibu-ibu, beras yang dikonsumsi ini sangat bergizi. Kulit bekatul yang mengandung serat bisa membantu pencernaan tetap sehat,” jelasnya.
Casmita juga memberikan semangat gotong royong kepada petani penggarap untuk selalu menjaga kualitas padi. Ia berpesan agar proses pengairan, bibit unggul dan cara tanam yang baik terus dijaga. Diketahui, selang beberapa jam sebelum penyerahan bantuan, puluhan petani Leuwidahu bahu membahu membuat jembatan bambu menuju sawah wakaf BMI.
”Alhamdulilah, pembangunan jembatan sudah menjadi cermin bahwa semangat gotong royong para bapak-bapak membangun kemandirian pangan terus dijaga,” katanya.
SEMANGAT KOPERASI, SEMANGAT KEDAULATAN PANGAN
Semangat koperasi syariah untuk membumikan kemandirian pangan terus digelorakan Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara. Sawah wakaf BMI di Caringin merupakan bentuk wakaf produktif yang hasil panennya bisa dirasakan oleh anggota dan masyarakat sekitar. Ditambah lagi, prinsip ekonomi syariah untuk menciptakan pemerataan ekonomi umat menjadi pondasi kemandirian pangan.
”Ini merupakan bentuk penyaluran wakaf produktif lewat pemberdayaan warga sekitar dan anggota Koperasi BMI dengan bagi hasil yang lebih layak dan adil. Saudara-saudara kita yang dhuafa termasuk anak yatim piatu juga merasakan dari hasil tersebut,” paparnya.
Kamaruddin mengatakan, wakaf produktif menjadi instrumen yang bisa menempa ekonomi rakyat yang lemah agar menjadi kuat. Selain itu, koperasi syariah juga bisa merasionalkan perekonomian yakni dengan mempersingkat jalan produksi ke konsumsi. Beras yang dihasilkan tidak lagi dijual ke tengkulak, tapi dibeli oleh koperasi BMI dengan harga tinggi dan spesialnya, komposisi gizi berasnya tetap terjaga karena digiling oleh mesin sendiri.
“Di tengah pandemi, sawah wakaf menjadi lumbung pangan mandiri warga. Ini juga berperan penting dalam memperluas nilai tambah dengan memproduksi komoditas dalam jumlah besar.Dengan produksi yang besar, proses dari hilirisasi (produksi hingga ke konsumen) bisa dilakukan,” jelasnya,
Penerima Anugerah Satya Lencana Wirakarya dari Presiden tahun 2018 mengatakan, Koperasi BMI juga membuat petani memiliki posisi tawar yang kuat. Dengan berkolaborasi bersama koperasi, petani tidak lagi menjadi penerima harga, tetapi petani yang berkumpul, bisa menjadi penentu harga.
“Jika kita berwakaf, maka sawah-sawah yang ada di sini tetap akan menjadi sawah. Karena wakaf tidak boleh berkurang jumlahnya,” paparnya.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, sambung dia, BMI melakukan pendampingan, mulai dari budi daya pertanian berupa standarisasi benih, pengolahan lahan, penanaman dan perawatan serta pengolahan pasca panen di lahan wakaf tersebut.
“Koperasi bukan gerakan individu. Kolaborasi antar warga ini menjadi penting untuk mencegah petani menjadi mangsa tengkulak. Dalam koperasi, kekuatan utama adalah saling kolaborasi dan bergandeng tangan untuk kemaslahatan umat,” tandasnya.
WAKAF BMI MENJAGA SAWAH CARINGIN TAK ALIH FUNGSI
Dukungan dan komitmen agar Koperasi BMI tetap mempertahankan wakaf produktifnya datang dari pihak pemerintahan Desa Caringin. Kades Caringin Agus Padmi Komarudin menegaskan, kehadiran BMI telah menjawab permasalahan warga desanya, yakni kemiskinan dan ketahanan pangan.
Apalagi, kata dia, di tengah pandemi, beras hasil panen wakaf BMI secara berangsur-angsur meringankan beban masyarakat yang sulit dalam menopang kebutuhan hidup sehari-hari terutama terkait kebutuhan pangan. Dirinya pun melihat potensi sawah wakaf BMI di Kampung Leuwidahu mampu menjawab stok pangan desa Caringin.
”Secara pribadi maupun perwakilan desa, saya merasakan betul peran Koperasi BMI di Caringin. Hasil panen menjadi bukti bahwa semangat BMI menggerakan kemandirian warga desa kami terus bergelora. Apalagi adanya lahan wakaf, kami seperti mendapat perlindungan dari BMI agar sawah kami tetap terjaga dan tidak alih fungsi (menjadi perumahan-red),” ujar Agus yang sudah dua tahun menjadi anggota Koperasi BMI itu.
Dikatakannya, sawah wakaf BMI mampu menangkap kegelisahan atas ancaman terkikisnya lahan hijau dan area pertanian mereka. Ia mengakui, rayuan para pengembang perumahan kepada warga agar menjual lahan persawahannya terus gencar dilakukan. Hadirnya sawah wakaf BMI membuat lahan persawahan tetap ada dan tidak berubah bentuknya.
”Saat Desa Caringin diberikan amanah sebagai lokasi sawah wakaf BMI, membuat hati saya yang dulu gelisah kini mulai tenang. Sawah masih tetap sawah dan warga masih tetap menggarapnya. Saya takut jika lahan terus di jual, anak cucu kita tidak bisa melihat sawah digarap bapak moyangnya dahulu,” tandasnya. (gar/klikbmi)
Keren 👍👍Pak KamaBara… sukses selalu ya Pak…saya ikut bangga…dan wakaf saya jadi bener² di salur’kan walau’pun saya non muslim
Bangga sekali…👍👍 keren habis…