Sedekah Dan Kisah Sepotong Roti

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Kamis, 28 Januari 2021 | 74 Hari Menuju Bulan Suci Ramadhan 1442 H | Oleh : Ust Casmita, SE, ME

Abu Burdah bin Musa al-Asyari meriwayatkan, ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepadanya, “Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti.”

Abu Musa al-Asyari sendiri adalah orang kepercayaan dan kesayangan Rasulullah SAW dan para khalifah serta sahabat-sahabatnya.


Pada pemerintahan Umar bin al-Khathab, ia diangkat sebagai gubernur di Bashrah. Sedangkan Khalifah Usman bin Affan menunjuknya sebagai gubernur di Kufah. Semasa hidupnya, ia mengenal seorang laki-laki yang sangat tekun beribadah. Selama tujuh puluh tahun laki-laki itu selalu beribadah di jalan Allah. Tak pernah pula ia meninggalkan tempat ibadah.

Hari-harinya dihabiskan untuk mengabdi kepada Allah di tempat ibadah itu karena ia memang tinggal dan menjaganya.
Hingga suatu hari datanglah godaan pada laki-laki tersebut. Ia digoda oleh seorang wanita. Ia masuk dalam jebakan dosa dari wanita tersebut. Selama tujuh hari ia bergelimang dalam dosa melakukan perzinahan.

Ia tak punya hubungan apa-apa dengan wanita penggoda tersebut, tetapi melakukan hubungan suami-istri dengan wanita itu.

Tak lama kemudian ia pun tersadar akan dosa-dosanya. Ia pergi meninggalkan sang wanita, dan kembali bertaubat. Namun, untuk kembali pada rumah ibadah yang selama ini dijaganya, ia tak sanggup. Ia bertaubat, kembali beribadah di jalan Allah, tetapi ia merasa tak pantas lagi berada di tempat tersebut.


Akhirnya ia memutuskan untuk mengembara. Ke mana pun kakinya melangkah, shalat, sujud, zikir, dan ibadah lainnya tak pernah ditinggalkannya. Dalam pengembaraannya tersebut, akhirnya sampailah ia ke sebuah pondok reyot yang di dalamnya telah tinggal dua belas fakir miskin.

Ia bermaksud bermalam di sana karena badannya telah letih karena melakukan perjalanan yang sangat jauh. Ia pun jatuh tertidur bersama penghuni lainnya di tempat tersebut.

Rupanya, di dekat pondok tinggallah seorang dermawan yang setiap malamnya selalu membagi makanan bagi fakir miskin yang tinggal di lingkungan sekitarnya. Biasanya ia membagi-bagikan roti. Ia pun selalu adil membagikan satu potong roti untuk masing-masing orang yang tinggal di pondok tersebut.

Malam itu, laki-laki pengembara yang sedang bertobat tersebut juga mendapatakan jatah pembagian roti dari sang dermawan karena dianggap penghuni tetap pondok tersebut.

Namun, ternyata salah seorang dari fakir miskin penghuni pondok tidak mendapat pembagian jatah roti. “Mengapa saya tidak mendapatkan roti,” ujar sang penghuni pondok pada sang dermawan.

Pertanyaan tersebut dijawab oleh sang dermawan. “Kamu lihat sendiri, roti yang aku bagikan telah habis, padahal aku telah membaginya secara adil, masing-masing satu potong roti untuk setiap orang yang tinggal di sini, seperti hari-hari sebelumnya aku membawa dua belas potong roti,” ujarnya.

Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bagian tadi. Padahal, perjalanan jauh sebenarnya telah menguras energinya. Apalagi, ia menjalaninya dengan perut kosong. Di tangannya telah ada satu makanan yang bisa mengisi perutnya.

Namun, karena ia merasa itu bukan haknya, ia rela kembali merasakan lapar dan memberikan sepotong roti tersebut pada yang berhak.

Keesokan harinya, laki-laki pengembara yang sedang bertaubat itu meninggal dunia. Di hadapan Allah, ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam.

Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadah yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam.

Akan tetapi, timbangan kebaikannya ditambahkan dengan perbuatan baiknya menjelang ajalnya, yaitu memberikan sepotong roti pada fakir miskin yang sangat memerlukannya. Ternyata amal tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata, “Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sepotong roti itu!”

Amal sedekah bisa menyelamatkan umat manusia dari api neraka. Apalagi, yang bersedekah tersebut merupakan orang yang juga sebenarnya sangat membutuhkan harta tersebut.

SELAMAT SEDEKAH UNTUK YANG MEMBUTUHKAN

Rekening ZISWAF KOPSYAH BMI : 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *