PANDEGLANG– Sejak dahulu, suasana malam di Desa Tenjolahang selalu sejuk. Jika di lihat dari lereng kaki Gunung Karang, desa yang identik dengan pengrajin emping melinjo tersebut hampir tak terlihat karena ditutupi rimbunan pohon. Sayang, suasana yang adem dan membuat tidur nyenyak itu tak dirasakan oleh Keluarga Arnisah.
Setiap akan tidur malam, wanita berusia 47 tahun itu harus berjaga untuk mengipas dan menyeka keringat anak-anaknya. Suasana gerah menyelimuti rumah berkamar satu itu di Kampung Tenjolahang Timur, Desa Tenjolahang, Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pasalnya, tujuh anaknya tidur saling berhimpitan di atas bale bambu. Itu belum termasuk Satiah, ibu Arnisah.
Perempuan berusia 72 tahun itu ikut tidur berjejelan dengan para cucunya. Total ada sembilan orang yang tidur berimpitan di kamar mungil tersebut. ”Jadi tidurnya kayak ikan pindang,” ujar Arnisah kepada Klikbmi, Rabu (11/11).
Rumah yang ditempati Arnisah sebenarnya bekas gudang kayu bakar milik pamannya. Ia harus menempati bangunan berukuran 2,5 x 3 meter itu usai rumahnya yang pertama lapuk dimakan usia, empat tahun silam.
Kegetiran hidup terus menguji Arnisah. Tepat di tahun 2017, musibah kembali menimpa keluarganya. Sang suami Arnisah, Amad meninggal dunia karena sakit. ”Dia (suami) meninggal karena struk dan darah tinggi, meninggal di depan mata saya sendiri,” katanya
Kondisi itu harus diterima Arnisah dengan lapang dada. Sepeninggal suaminya, ia menjadi tulang punggung bagi tujuh anak dan ibunya. Usai azan subuh, ia telah berkeliling se-Kecamatan Jiput, untuk menjajakan lontong sayur dan nasi uduk. Hasilnya pun tak banyak, karena uang penjualan itu harus dibagi dengan sang pemilik lapak. ”Minimal, bisa meuli beyas (beli beras) buat sehari pak,” terangnya.
Keinginan Arnisah untuk memiliki rumah baru tak pernah putus terucap dari doanya usai salat. Dari hatinya paling dalam, ia sebenarnya sudah tak kuat menahan getir melihat anak beranaknya harus tidur dengan kondisi terimpit. Namun, sayang kondisi berkata lain, Arnisah harus mandiri.
Dari perkawinannya dengan Amad di tahun 2002, Arnisah memiliki tujuh orang anak. Namun usia mereka masih bocah. Jarak antara mereka terbilang pendek, hanya satu hingga dua tahun. Hingga sepeninggal suaminya pun, Arnisah tak tega membiarkan anaknya ikut membantunya bekerja . Sebenarnya Ardi, anak pertama Arnisah, yang sudah menginjak remaja. Pria tertua di keluarga itu sudah berniat untuk menjadi tulang punggung menggantikan sang ibu, namun tawaran tersebut ditampik Arnisah.
”Saya mau dia (Ardi) tetap belajar di pesantren, saya nggak mau hidupnya kayak saya cuma sampai SMP,” ujarnya sembari memberi tahu bahwa sang anak kini sudah diasuh di salah satu pondok pesantren di Kramatwatu, Kabupaten Serang.
Doa Arnisah yang tak pernah putus terucap selama salat itu akhirnya terjawab. Lewat media sosial, kabar kondisi rumahnya tersebar luas hingga sampai ke telinga para donatur. Lewat kerjasama Apotek Cahaya Farma dan sejumlah donatur, Zakat Infaq Sadaqah dan Wakaf (Ziswaf) Koperasi Benteng Mikro Indonesia (BMI) menghelat acara peletakan batu pertama pembangunan Hibah Rumah Rumah Siap Huni (HRSH) milik Arnisah, Rabu (11/11) pagi.
Sebanyak enam tukang dikerahkan dalam pembangunan HRHS tersebut. Secara layak dan kokoh, tentunya. Peletakan batu pertama disaksikan langsung oleh Manajer Ziswaf BMI Casmita, Pemilik Apotek Cahaya Farma Aziz Dalimunthe, Camat Jiput Suntama dan Kades Tenjolahang, Abdul Muiz.
Acara juga didukung oleh persiapan dan kesigapan Manajer Area 08 BMI Sonny Gusti Hakim dan Manajer Cabang Menes Trisna selama acara berlangsung. Kehadiran mereka disambut dengan senyum sumringah keluarga Arnisah.
Dalam sambutannya, Manajer Ziswaf BMI Casmita menjelaskan definisi Hibah RSH. Ia mengatakan, HRSH merupakan bantuan pembangunan rumah secara hibah yang berasal dari Ziswaf BMI dan uluran tangan para donatur. Tidak hanya dibangun secara total, bahan dan pengerjaannya pun dilakukan secara profesional.
”HRSH ini dibangun karena rumah tersebut nantinya sudah siap dihuni tinggal memindahkan alat rumah tangga saja. HRSH BMI selalu dibangun dengan standar dan kualitas yang bermutu. Spesifikasi bahan selalu kami cek. Rumah HRSH Bu Arnisah akan dibangun dengan ukuran 5×6 meter,” ujarnya.
Casmita menyebut HRSH yang akan berdiri nanti akan memiliki satu kamar tidur, kamar mandi dan dapur, saluran air dipasangi plavon GRC, Asbes menjadi atapnya dan baja ringan sebagai rangkanya. ”Semua full tembok, total biaya pembangunan mencapai Rp50 juta,” jelasnya.
Casmita juga mengucapkan rasa syukur yang amat mendalam acara peletakan batu pertama bisa berjalan lancar. Ia juga mengapresiasi kehadiran donatur Cahaya Farma Aziz Dalimunthe dan Haji Juhdi yang ikut berkorban waktu dan tenaga hingga bisa hadir ke acara kemarin. ”Saya berterima kasih atas kesediaan waktu pak Aziz dan Haji Juhdi yang sudah datang jauh-jauh dari Serang untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini,” katanya.
Dikatakannya, pembangunan HRSH tidak hanya berangkat dari semangat berkoperasi yang bergotong royong menolong mereka yang tidak mampu, namun juga didasari oleh pengamalan QS Al Maidah ayat 2 yang berbunyi: “Tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran,” bisa terlaksana.
Sementara Pemilik Apotek Cahaya Farma Aziz Dalimunthe mengaku mendapat informasi kondisi Keluarga Arnisah dari kolega dan juga tetanggnya, Haji Juhdi. Akhir Oktober lalu, ia dan istri mendatangi rumah Arnisah.
Keduanya sempat mengelus dada melihat bagaimana sembilan penghuni rumah harus hidup berdesak-desakan di dalam kamar yang sempit. Pasutri ini pun bergerak dan ikut membantu pembangunan rumah Arnisah. Hingga Aziz pun sempat meminta agar salah satu putri Arnisah tinggal di Serang untuk bersekolah dengan biaya dari kantong pribadinya.
”Saya buatkan video kondisi rumah dan saya share ke media sosial. Alhamdulillah, hingga akhirnya didengar Presiden Direktur Koperasi BMI Pak Kamaruddin Batubara. Beliau merespon langsung dan beliau langsung mengarahkan untuk berkomunikasi langsung dengan Pak Casmita,” terangnya.
Aziz mengatakan, bantuan kepada kaum dhuafa menjadi prioritas selama ini. Program ini dijalankan lewat keuntungan dari usaha farmasinya di Kota Serang. ”Saya lebih melihat kepada anak yatimnya. Karena tanggung jawab bersama. Mudah-mudahan dengan pembangunan ini, kita bisa mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Juga sesuai dengan janji Rasullullah SAW, siapa saja umatku yang memelihara dan memuliakan anak yatim, kelak di akhirat akan dekat bersama saya seperti dua jari direkatkan, sangat dekat, tidak ada jarak,” paparnya.
Aziz pun mengatakan apa yang telah dilakukan Koperasi BMI sangat luar biasa. ”Saya punya harapan besar BMI bisa lebih sukses lagi, lancar semua urusan, dan mudah-mudahan kita bisa bersinergi dan berbuat lebih besar dari ini,” tambah pria yang sempat bertaruh nyawa saat mengirimkan bantuan ke Palestina, beberapa tahun silam.
Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara juga mengucapkan rasa terima kasihnya atas kerja sama para donatur. Lewat Hibah RSH, sambung dia, Kopsyah BMI terus berusaha membangun ekonomi umat.” Kami ini berusaha membangun ekonomi umat, banyak yang hanya mengeruk keuntungan saja, tidak peduli terhadap kesulitan sesama. Sejak Covid 19 merebak kemarin saja, bagi anggota yang tidak mampu bayar, kita tidak paksakan untuk bayar. Bahkan yang terkena bencana di Lebak, hutangnya kita putihkan semua. Itu koperasi, gotong royong dan saling tolong menolong,” ujarnya.
Kamaruddin kembali menegaskan bahwa bahwa hibah Rumah Siap Huni bentuk kepedulian Kopsyah BMI kepada anggota dan masyarakat. Dikatakannya, Zakat, Infaq dan Sadaqah (ZIS) untuk Dhuafa yang diberikan Rp1.000 per minggu ini, bisa membantu kehidupan Arnisah dan membangun HRSH senilai Rp50 juta. Sementara, ZIS bagi anggota bersumber dari dana kebajikan (1 persen setiap pencairan pembiayaan). 50 persen dari 1 persen tersebut diperuntukkan untuk sosial pemberdayaan sementara 50 persen lagi dipakai untuk pengembangan diri atau Capacity Building.
“Jadi terus berinfaq bahkan tambah infaqnya. jangan takut, karena Alloh berjanji akan menggantinya hingga 700 kali lipat. Coba simak makna dari Q.S Al Baqarah ayat 261, itu janji Alloh. Mungkin uang senilai 1000 rupiah bagi anak sekalipun gak ada artinya ,mau jajan apa. tapi ketika secara rutin uang 1000 itu diinfaq kan di rembug pusat, dan dihimpun secara berjamaah, ya ini hasilnya bisa membangunkan Rumah Siap Huni untuk warga yang membutuhkan ” tandasnya. (gar/KLIKBMI)
MashaAllah bangga menjadi anggota kkopsyah BMI syariah
Semoga lebih maju lagi kopsyah….kopsyah bersama kopsyah indahnya berbagi kopyah
jooossss 💪💪💪💪
Barakallah 😍😍