Klikbmi, Tangerang – BAPENAS memiliki tugas untuk memperkuat profil air minum dan sanitasi dalam upaya memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) pada 2030 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dalam meningkat air minum dan sanitasi. Dalam upaya ini Bapenas perlu menjalin kemitraan dengan banyak pihak.
BAPENAS perlu menjalin kolaborasi dan mengikat komitmen dengan pemangku kepentingan melalui kebijakan penyediaan air minum dan sanitasi yang aman. Air minum dan sanitasi merupakan aspek penting yang perlu dituntaskan segera. Berbagai bukti dampak air minum dan sanitasi penyediaan air minum dan sanitasi yang aman dapat mengurangi indeks penyakit sebesar 0,39 persen, berdasarkan data WHO pada 2020. Anak yang tinggal tanpa sanitasi yang aman lebih rentan terhadap stunting sebesar 0,87 kali. Rata-rata investasi USD 1 akan memberikan manfaat USD 5,5 dan untuk sektor air minum memberikan manfaat sebesar USD 2.
RPJMN 2020-2024 mengamanatkan 100 persen akses air minum layak, termasuk 15 persen akses air minum aman, serta 30 persen akses air minum perpipaan. Rencana lima tahunan tersebut juga menargetkan 90 persen akses sanitasi layak, termasuk 15 persen akses sanitasi aman, serta nol persen Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 mencatat Indonesia telah mencapai 90,2 persen akses air minum layak, termasuk 20,7 persen akses perpipaan. Sementara itu, Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga 2020 mencatat capaian akses air minum aman mencapai 11,9 persen. Untuk akses sanitasi, Susenas 2020 menunjukkan capaian 79,5 persen untuk akses sanitasi layak, termasuk 7,6 persen untuk sanitasi aman, serta capaian BABS sebesar 6,2 persen.
Kemarin (Kamis,3/8) setelah acara Closing Ceremony Lima Tahun Program USAID IUWASH PLUS, dan pencanangam Program 2025 Stop BABS Di Kabupaten Tangerang oleh Ahmed Zaki Iskandar (Bupati Tangerang), di JHL Solitaire Gading Serpong wakil Bapenas, Nur Aisyah Nasution dari Direktorat Perumahan dan Pemukiman dan Team Lead Component 4 IUWASH PLUS, Lina Damayanti bersama Buntoro Aprianto berkunjung ke Kantor Pusat Koperasi BMI untuk mendiskusikan format terbaik yang bisa dilakukan pada pelaksanaan pembiayaan atau kredit pada sanitasi dan air.
Dalam pertemuan hangat di aula BMI, Nur Aisyah Nasution mengatakan bahwa bapenas sedang mencari formula yang baik untuk membantu masyarakat dalam mengakses sanitasi dan air serta menginspirasi banyak pihak untuk mendukung capaian target air minum dan sanitasi aman. “Mungkin kita bisa adakan satu skim khusus seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) tetapi dalam hal ini kresit untuk sanitasi dan air” tutur Aisyah membuka pernyataannya.
“Kita mungkin bisa membuat ABISANI. ABISANI ini semacam skim khusus untuk masyarakat luas agar mampu mengakses pembiayaan sanitasi dan air. Beberapa langkah sudah kita lakukan dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Kita telah bertemu dengan Asdep Pengembangan dan Pembaruan Koperasi, Bapak Bagus Rachman” paparnya lagi.
“Kita perlu memberikan masukan kepada Kemenkeu dan mungkin juga OJK agar program ini didukung hal ini supaya masyarakat kita yang membutuhkan bisa terlayani. Oleh karena itu kita datang ke BMI karena BMI merupakan pelaku lembaga keuangan yang saya kira bisa memberikan pengalamannya dalam mengelola skim ini” ujar Aisyah menyampaikan maksud kunjungan ke BMI.
Lina menambahkan bahwa memang Koperasi BMI tepat untuk berbagi pengalaman, karena skim ini ternyata aman dan menguntungkan. “Saya kira kita datang kesini untuk berdiskusi bagaimana teknis yang tepat agar masyarakat mampu memanfaatkan lembaga keuangan dalam mengakses sanitasi dan air. BMI punya pengalaman panjang sampai terbit buku skim pembiayaan mikro tata sanitasi dan mikro tata air” terang Lina dalam pernyataannya.
Kamaruddin Batubara, Presiden Direktur Koperasi BMI yang menyambut tamu memberikan paparan bahwa memang diperlukan keberpihakan untuk membuat dan melaksanakan skim ini. “Skim ini memang bagi yang tidak tahu atau belum pernah menjalankan akan terasa berat dan jauh dari keuntungan” ujarnya membuka pernyataan.
“Mohon maaf, kita tahu bersama masyarakat yang butuh pembiayaan ini kan rata-rata berpenghasilan rendah, sehingga jika dijalankan melalui mekanisme perbankan akan sulit karena barangkali prinsip prudential banking akan menjadi kendala” terangnya.
“Saya kok malah mengusulkan ada program GANAS atau Gerakan Nasional Air dan Sanitasi. Dengan gerakan ini akan timbul kesadaran bagi semua pihak terkait bahwa masyarakat kita memang masih banyak yang perlu sanitasi dan air bersih” papar Kamaruddin melanjutkan.
“Kalau skim khususnya bisa kita buat KASUR atau Kredit Air dan Sanitasi Untuk Rakyat. “Kalau kita serius mau menyelesaikan permasalahan air dan sanitasi maka saatnya pemerintah menggulirkan program KASUR atau Kredit Air dan Sanitasi Untuk Rakyat’ ujarnya lagi menekankan.
“Kita memang mengelola skim sanitasi dan air ini sangat serius. Bahkan dengan skim yang kita mulai dengan nama skim tata griya yang saat itu konsentrasi pada dapur dan kamar mandi telah lahir Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) dan sekarang skim sanitasi dan air ini menjadi produk tersendiri di Kopsyah BMI” jelas Kamaruddin ke tamu yang hadir.
Kamaruddin menyimpulkan bahwa skim ABISANI ini sangat tepat jika dikelola oleh koperasi. “Kalau kita lihat polanya, ABISANI ini akan tepat jika dikembangkan pada lembaga keuangan koperasi. Karena koperasi dari sifatnya yang gotong – royong dan kekeluargaan memungkinkan untuk membiayai hal seperti ini. Saya melihat akan sulit jika dikelola oleh lembaga perbankan dari faktor yang mungkin biasa disebut bankable atau tidak. Dari sisi ini tentu penerima manfaat akan sulit untuk memenuhi persyaratan bank untuk mendapatkan pembiayaan skim ini. Kecuali ada keberpihakan khusus dari pemerintah baru bisa” ujarnya memberikan simpulan.
“Menutup pernyataannya Kamaruddin mengatakan bahwa saat ini dengan suksesnya skim santitasi dan air, Koperasi BMI telah mengeluarkan buku yang beredar di Gramedia dengan judul Skim Mikro Tata Sanitasi dan Mikro Tata Air. “Bagi lembaga keuangan atau pihak yang ingin menjalankan skim ini, kita telah mengeluarkan buku yang sangat teknis. Jadi temen-temen koperasi atau lembaga keuangan lain bisa menduplikasi buku dari pengalaman yang kita tuliskan di buku ini” pungkas Kamaruddin. (Sularto/Klikbmi)
Wauuuu
Banget kerennya….