Klikbmi, Jakarta – Suasana meriah terjadi sejak pukul 08.00 WIB di Ballroom A Hotel Shangri-La Jakarta. Di hotel bintang 5 ini, hari ini (Kamis,23/9) buku yang sarat dengan cerita dan pengalaman Kopsyah BMI memberikan pembiayaan sanitasi dan air di luncurkan. Didukung penuh oleh USAID, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kemenkop UKM.
Acara peluncuran buku dibuka dengan doa oleh Ust H Hendri Tanjung, Ketua Pengawas Syariah Kopsyah BMI sekaligus Komisioner Badan Wakaf Indonesia.
Peluncuran buku dihadiri oleh Ahmad Zabadi (Deputi Perkoperasian Kemenkop), William Slater (Deputy Mission Director USAID Indonesia), Tri Dewi Virgiyanti (Direktur Perumahan dan Pemukiman Kementerian PPN/Bappenas), Ludiro (Direktur Sistem Manajemen Investasi Kementerian Keuangan) dan penulis buku sekaligus Presiden Direktur Kopsyah BMI, Kamaruddin Batubara.
Baca juga : https://klikbmi.com/wacanakan-skim-abisani-bapenas-dan-usaid-iuwash-plus-kunjungi-koperasi-bmi/
Disiarkan melalui live streaming chanel youtube @airsanitasi dan link zoom, peluncuran buku ini sangat istimewa. Peluncuran buku ditandai dengan penandatanganan buku Skim Pembiayaan Mikro Tata sanitasi dan Mikro Tata Air oleh Ahmad Zabadi.
USAID (United States Agency for International Development, USAID) atau Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat adalah badan independen dari pemerintah Amerika yang bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan untuk negara-negara lain di dunia dalam mendukung tujuan-tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
USAID mendukung Indonesia untuk mencegah dan merespons krisis kesehatan masyarakat, termasuk COVID-19. USAID membantu Indonesia mengubah epidemi seperti TBC dan HIV/AIDs dan menghentikan ancaman pandemi yang muncul. Kegiatan kami membantu lebih banyak ibu melahirkan bayi yang sehat dan memperluas akses terhadap air bersih, higiene, dan sanitasi bagi masyarakat yang paling memerlukannya.
Mengawali sambutannya melalui online William Slater (Deputy Mission Director USAID Indonesia) menyampakan bahwa USAID adalah Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat yang merupakan badan independen dari pemerintah Amerika yang bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan untuk negara-negara lain di dunia dalam mendukung tujuan-tujuan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
“USAID saat ini terjun dalam Sasaran akses air minum yang semakin baik , kita membantu masyarakat sadar akan pengtingnya akses air bersih dan sanitasi. Pembangunan 2030 air dan sanitasi. Saat ini USAID USAID IUWASH PLUS bekerja sama dengan 35 Pemerintah Daerah di Indonesia yang tersebar di 8 provinsi. Sampai saat ini kami bekerjasama dengan 18 lembaga keuangan dan telah melibatkan 18000an keluarga berpenghasilan rendah” ujarnya lagi.
“USAID gembira atas kerjasama dengan semua pihak selama ini dan selamat saya mengucapkan selamat kepada Kopsyah BMI yang telah meluncurkan buku. Buku ini merupakan buku praktek terbaik yang dapat dijadikan contoh bagi lembaga lain. Semoga generasi mendatang kualitasnya lebih baik” pungkasnya dalam sambutan.
Tri Dewi Virgiyanti (Direktur Perumahan dan Pemukiman Kementerian PPN/Bappenas) dalam sambutannya mengatakan bahwa saatnya aspek layanan air minum melalui pembiayaan harus ditingkatkan. Tri menilai ada 5 hal yang perlu diperhatikan antara lain : pengelolaan, regulasi, kesadaran masyarakat (kemauan masyarakat), dan pembiayaan.
“Kita harus mengupayakan mulai dari pengelolaan yang baik, regulasi yang baik, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dan pembiayaan” ujar Tri Dewi.
Tri Dewi menyambut baik baik peluncuran buku ini agar menjadi contoh bagi praktek pembiayaan skim sanitasi dan air. “Kita harus membentuk masyarakat yang sehat. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mewujudkan air minum layak dan aman serta membentuk masyarakat sehat” ujar Tri Dewi.
“Saat ini masih ada 6,2 % atau hampir 17 juta buang air besar sembarangan. Ini tentu juga merupakan potensi pasar bagi skim pembiayaan sanitasi dan air” jelas Tri Dewi.
Tri Dewi juga memberikan apresiasi terhadap penerbitan buku MTS dan MTA. “Perluasan pembiayaan sanitasi dan air harus kita lakukan, mudah-mudahan bukan hanya dari koperasi tetapi juga lembaga keuangan lainnya. Tentu kami berharap Kemenkeu ikutan membentu hal ini. Dan mari terus berkomitmen melanjutkan kegiatan ini. Apresiasi saya berikan kepada Koperasi BMI yang telah menerbitkan buku semoga menjadi contoh baik bagi koperasi lain dan stakeholder lain” papar Tri Dewi.
Ahmad Zabadi (Deputi Perkoperasian Kemenkop) membacakan sambutan menteri Koperasi menyampaikan bahwa pentingnya air bagi kehidupan dan kebutuhan paling utama untuk tetap hidup. Ketersediaan layanan dasar Sarana Air, Sanitasi, dan Higiene sangat penting untuk memastikan tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas serta meningkatkan kesehatan masyarakat. “Jika sanitasi dan air buruk maka bisa saja terjadi stunting pada anak-anak kita” ujar Zabadi saat membacakan sambutan menteri.
“Dari catatan Bappenas dapat kita lihat kebutuhan dana sanitasi aman Rp 275 T jika target SDGs air minum sanitasi dan air sampai pada setiap rumah tangga” ujarnya lagi.
Menkop melalui sambutan tertulis memberikan apresiasi kepada Kopsyah BMI dan Kamaruddin Batubara yang telah menerbitkan buku sebagai contoh keberhasilan koperasi dalam mengelola produk pembiayaan sanitasi dan air.
“Terbitnya buku ini saya kira dapat dijadikan contoh bagi koperasi lain” ujar Zabadi membaca sambutan Menkop.
Dipandu oleh Fifi Aleyda Yahya, presenter yang sudah malah melintang di stasiun TV, acara berlangsung sangat menarik apalagi dikemas dengan diskusi interaktif terkait dengan inisiatif fasilitas pendanaan untuk pembiayaan mikro air dan sanitasi untuk koperasi. Diskusi menghadirkan Ahmad Zabadi, Tri Dewi Virgiyanti dan Iman Widiyanto (Kasubdit Investasi Pemda/BUMD Dit.SMI Kemenkeu)
Ahmad Zabadi dalam diskusi interaktif mengatakan karena air bersih menjadi tumpuan masa depan maka harusnya tanggung jawab ini diambil oleh pemerintah. “Pendekatannya adalah membangun fasilitas bersama yang dapat dinikmati bersama oleh masyarakat” ujarnya membuka pernyataan dalam diskusi.
“Tentu saya sepakat atas keterlibatan lebaga pembiayaan dalam membiayai fasilitas sanitasi dan air yang saat ini telah dijalankan” paparnya kemudian.
“Saya kira koperasi dapat menjadi saluran yang tepat untuk melakukan pembiayaan dalam sanitasi dan air ini. Contoh Koperasi BMI yang beranggotakan 280 ribu orang. Terbukti bahwa mereka yang bergabung pada Koperasi BMI semakin baik walaupun hanya berpendapatan barangkali di bawah UMR” paparnya lagi.
“Kemenkeu jangan ragu-ragu lagi pada koperasi. Terbukti hari ini Koperasi BMI mampu melaksanakan dengan baik. Temen-temen di bappenas dan kemenkeu jangan ragu lagi” ujar Zabadi.
Zabadi menilai koperasi memiliki keunggulan karena koperasi tentu akan melakukan pendampingan bagi anggotanya. “Koperasi secara prinsip dibangun secara sengaja untuk menolong dirinya sendiri” ujar Zabadi lagi.
Tri Dewi Virgiyanti mengapa masih banyak yang masih buang air sembarangan. Ada 5 hal , infrastruktur, pengelolaan, regulasi, kesadaran masyarakat (kemauan masyarakat), dan pembiayaan. Biaya 5 juta besar bagi mereka.
Iman Widiyanto ditanya oleh Fifi apakah pembiayaan ini prioritas atau tidak mengatakan sebagai prioritas karena masih ada 17 juta. “Dari data APBN saat ini APBN mengalokasikan Rp 5-7 T untuk alokasi air minum dan Rp 9 T untuk sanitasi. Kita juga telah mengalokasikan pada APBN Dana ini hibah bagi masyarakat yang tidak mampu. Dan juga nanti ada dana bergulir” ujar Iman.
“Kemenkeu bisa saja memberikan alokasi untuk sanitasi dan air minum, kriteria lembaga keuangan yang berpengalaman 2 tahun. Jangka waktu bisa saja nanti 6 bulan sampai dengan 24 bulan. Dan nanti bentuknya dana bergulir. Namun tidak bisa tahun ini sepertinya karena APBN telah diketok” jelasnya.
“Saat ini sudah ada 45 koperasi yang bekerjasama dengan kita. Dan saya kira koperasi dapat juga memmitigasi risiko dan saya kira tepat untuk pembiayaan mikro sanitasi dan air” ujar Iman.
Pengalaman singkat diberikan oleh Koperasi Baik (Latif Efendi Ketua Koperasi Baik) dan Komida (Alfaris) yang menyampaikan bahwa program ini sangat baik untuk membantu anggota yang membutuhkan sanitasi dan air.
Kamaruddin Batubara (Presiden Direktur Kopsyah BMI), mengatakan saat ini Kopsyah BMI terus melaksanakan pembiayaan sanitasi dan air. Bahkan untuk masjid, pesantren dan mushola Kopsyah BMI memberikan sanitasi dan air gratis.
Kamaruddin yakin koperasi merupakan lembaga yang paling tepat yang bisa menyalurkan pembiayaan sanitasi dan air. “Anggota kita yang mengakses skim pembiayaan MTS dan MTA terbukti berjalan dengan baik. Dan kita senang dengan komitmen Kemenkeu yang akan memberikan alokasi dana bergulir untuk skim pembiayaan sanitasi dan air” ujarnya.
Sebelum acara dimulai redaksi melakukan wawancara dengan Kamaruddin tentang urgensi penerbitan buku MTS dan MTA. Kamaruddin mengatakan bahawa buku ini lahir dari 3 alasan penting, yakni konsepsional, peran koperasi dalam perekonomian dan pembangunan dan praktek bisnis. “ dari sisi konsepsionalkoperasi harus mampu membangun peradaban baru koperasi Indonesia. Peradaban baru yang dimaksud antara lain koperasi harus besar, koperasi harus dikelola professional, koperasi wajib mandiri , koperasi harus berbasis pemberdayaan dan koperasi harus peduli sesama” ujar Kamaruddin membuka penjelasan soal isi buku.
“Dari sisiperan koperasi dalam perekonomian dan pembangunan buku ini setidaknya meminta koperasi harus terlibat dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs)” papar Kamaruddin selanjutnya.
Simak chanel youtube : https://www.youtube.com/watch?v=u5gV7oL-TmM
“Buku ini juga lahir dari tuntutan praktek bisnis yang kita telah lahirkan dan kelola, koperasi harus mampu membuat bisnis yang menguntungkan dan memberikan manfaat kepada anggota dan masyarakat. Skim ini berasal dari produk Pembiayaan Mikro Tata Griya (MTG) di Kopsyah BMI. Pada Tahun 2014 karena perkembangan bisnis yang semakin baik dibentuk skim khusus yakni Skim Pembiayaan Mikro Tata Sanitasi dan Mikro Tata Air (MTS & MTA)” paparnya melanjutkan.
Buku MTS dan MTS juga memberikan informasi akurat, dengan memberikan data capaian dan praktek di Koperasi BMI bahwa Skim Pembiayaan Mikro Tata Sanitasi dan Mikro Tata Air (MTS & MTA) yang sangat dihindari oleh lembaga keuangan saat ini, ternyata menjadi bisnis yang menguntungkan secara profitabilitas dan memberikan kemanfaatan yang tinggi pada anggota dan masyarakat.
“Lahirnya buku ini juga untuk mendorong pelaku bisnis yang terlibat dalam industri sanitasi dan air untuk lebih kreatif dalam mewujudkan 100 % akses layak air minum, pengurangan kawasan kumuh menjadi 0% dan pemenuhan 100% akses sanitasi layak, memberikan contoh nyata terbaik (best practice) yang dilakukan pada Kopsyah BMI dalam menyusun program dari awal, menampilkan SOP (Standar Operasional Prosedur) sampai akhir sehingga koperasi atau lembaga keuangan lainnya yang ingin mengembangkan skim MTS MTA tidak lagi kesulitan mencari bentuk” ujarnya lagi.
Menutup penjelasan tentang isi buku, Kamaruddin menjelaskan bahwa buku ini memberikan keyakinan (tanpa keraguan) bahwa produk MTS MTA ini adalah produk yang Wajib dilakukan oleh Koperasi dan lembaga keuangan lainnya, karena aman dan menguntungkan. “Bagi kita pelaku koperasi maupun lembaga keuangan lainnya tidak perlu ragu lagi mari membuat program atau skim pembiayaan sanitasi dan air” pungkas Kamaruddin. (Sularto/Klikbmi).