Klikbmi, Jakarta – Peningkatan akses pembiayaan bagi wirausaha sangat diperlukan untuk menumbuhkan wirausaha baru dan memperkuat peran wirausaha yang telah lama berkecimpung di dunia usaha. Wirausahawan hendaknya memiliki banyak pilihan produk pembiayaan sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya.
Saat ini sektor pembiayaan memang terdiri dari sektor formal dan sektor informal, oleh karenanya diperlukan infrastruktur dan skema yang baik agar lembaga keuangan formal mampu berperan lebih banyak dalam menciptakan pembiayaan yang ramah bagi wirausaha.
Baca juga raja bagi rumah gratis, Koperasi BMI terus bagi-bagi rumah gratis : https://klikbmi.com/aksi-bagi-bagi-rumah-gratis-terus-berlanjut-bak-sultan-rumah-gratis-ke-329-dibagikan-di-pandeglang/
Hari ini Rabu, 24/11 di Hotel Ibis Tamrin digelar Focus Group Discussion dalam upaya menyusun sitem informasi skema pembiayaan yang ramah bagi wirausaha. Hadir dalam kesempatan ini sebagai narasumber dan peserta terbatas dari praktisi keuangan dan praktisi IT di sektor keuangan.
Baca juga Koperasi BMI dengan predikat koperasi sehat dari Kemenkop UKM: https://klikbmi.com/bmi-raih-predikat-koperasi-sehat-dari-kemenkop-ukm-ri/
Didaulat menjadi narasumber acara ini antara lain : Direktur Divisi Usaha Kecil dan Program BNI, Direktur Divisi Div Micro Business Development Bank BRI (MBD), Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia dan Ketua Koperasi Simpan Pinjam Jasa.
Penganugerahan rekor MURI oleh Jaya Suprana : https://www.youtube.com/watch?v=zoih6iYCxcE
Hadir sebagai peserta unsur koperasi besar yakni Kamaruddin Batubara yang merupakan Presiden Direktur Koperasi BMI. Hadir pula dari kelembagaan di kemenkopukm antara lain sekretaris deputi kewirausahaan, asdep pembiayaan deputi usaha mikro, asdep pembiayaan deputi usaha koperasi, asdep pembiayaan deputi usaha kecil dan menengah, Direktur eksekutif komite nasional ekonomi keuangan syariah, direktur utama pusat investasi pemerintah, direktur pengaturan, perijinan dan pengawasan financial technology OJK, divisi UKM Bank Indonesia, beberapa fintech, dan beberapa penyedia jasa sistem informasi keuangan dan koperasi seperti PT Ussi Pinbuk.

Dalam diskusi ini muncul beberapa karakter layanan dari masing-masing pemateri yang berbeda antar lembaga. Dari Bank BNI dan BRI sangat berbeda dengan layanan Fintech Dompet Kilat. Dari Kospin Jasa Nur Rohman mengatakan bahwa pembiayaan koperasi diberikan atas dasar keperluan dan kemampuan. Rohman menjelaskan tentang produk Pinjaman Investasi Tempat Usaha. “Kami memberikan pinjaman kepada pedagang pasar yang akan membeli toko, kios dan los di kompleks pasar” papar Rohman.
Ahmad Subagyo yang didapuk menjadi moderator FGD memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan masukan dan mendorong terjadinya kolaborasi efektif untuk membangun tersedianya pembiayaan yang ramah pada wirausaha baru. “Tentu kegiatan ini harus mendorong terciptanya dan tersedianya pembiayaan yang ramah pada wirausaha. Dan bahkan kita harus mendorong terjadinya kolaborasi antar lembaga yang hadir di sini jika memungkinkan” papar Bagyo sapaan akrab moderator yang memandu acara ini.
Kamaruddin Batubara yang diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengatakan bahwa sebetulnya kita tidak kurang lembaga yang menyalurkan pembiayaan. Yang dibutuhkan adalah pendampingan bukan lagi sekedar pembiayaan. “Banyaknya pembiayaan saat ini harus kita lihat juga bahwa lembaga pembiayaan ternyata di satu sisi telah menimbulkan masalah sosial. Coba kita lihat di desa-desa berapa banyak lembaga keuangan yang hadir di masyarakat yang justru membuat masyarakat kita tertekan” ujarnya membuka masukannya.
“Yang perlu ditekankan di sini untuk mengangkat wirausaha baru bukan soal pembiayaan saja tetapi juga pendampingan dan bukan hanya itu saja, harus disiapkan juga offtakernya” ujarnya memberikan masukan.
“Dari sisi usaha mikro sebetulnya kita tidak perlu jaminan. Karena memang usaha mikro apalagi ultra mikro mereka tidak punya jaminan. Dan tentu ini akan menghambat bagi pengembangan usaha mikro atau wirausaha baru. Saya berani mengatakan bahwa sebetulnya jika kita hanya mau membiayai usaha yang bankable atau kita mengharuskan mereka memberikan jaminan, sama saja kita ini numpang hidup pada usaha mereka. Ini bukan sekedar bicara tapi kita sudah membuktikan dengan menjalankan pembiayaan tanpa jaminan” terang alumnus IPB ini.

“Jika ditanya tentang kolaborasi kita sudah lakukan dengan produk Pembiayaan Ultra Mikro (UMI) tadi yang disampaikan PIP tadi. Namun catatan saya, kita harus juga semakin percaya kepada koperasi sebagai lembaga yang kredibel. Jangan sampai kita sebagai orang koperasi, kita sendiri tidak percaya kepada koperasi. Terakhir saya kira acara ini sangat baik dan pesannya kita harus bukan hanya bicara soal pembiayaan tetapi pendampingan dan lebih baik lagi kita bisa sebagai offtaker” pungkas Kamaruddin menuntup pembicaraannya. (Sularto/Klikbmi)
BMI Terbaik