Kisah Kehebatan Sedekah Oleh Sang Bapak yang Tiga Tahun Menanti Kesembuhan Putranya
Nasehat Dhuha Rabu, 2 Februari 2022| 29 Jumadil Akhir 1443 H | Oleh : Tim Humas BMI
Klikbmi, Tangerang – Raut muka lelah karena kurang tidur terlihat dari wajah Beni (48). Siang di akhir tahun 2018, pria tiga anak ini duduk termenung di koridor Ruang Rawat Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Matanya hanya menatap kosong orang yang lalu lalang didepannya.
Ini merupakan tahun ketiganya, Beni bersama sang istri Supardillah (Anggota Kopsyah BMI) pulang pergi ke RS menunggu kesembuhan putra keduanya, Rahman Dwi Nugroho (15 tahun) yang mengidap ginjal kronis. Sebenarnya, tim dokter anak RSCM sudah memvonis peluang hidup putranya hanya 25 persen. Baik Beni dan sang istri tak menyerah. Mereka tetap berjuang menunggu kesembuhan Rahman.
BACA JUGA : Kursi Roda Dari BMI Membuat Kamad Kembali Bersemangat
Di ruang perawatan, tubuh putranya sudah menyusut sampai 25 Kg. Tubuh Rahman tinggal tulang berbalut kulit. Sakit ginjal membuat Rahman tak nafsu makan. Penyakit itu membuatnya tak bisa berdiri. Rahman hanya duduk di kursi roda. Selain orang tua, Selang berisi cairan denial yang menembus perut ke ginjalnya menjadi temanya selama itu. Selang itu mengganti fungsi ginjalnya yang sudah tak optimal.
Semua barang di rumah hampir ludes dijual. Tiga sepeda motor, perhiasan, kursi, lemari hingga sofa dirumahnya sudah berganti pemilik. Semua dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka di rumah sakit. Beni juga sudah tiga bulan cuti bekerja sebagai Kepala Toko Optik paling mentereng di Karawaci Tangerang. Semua dilakukannya supaya fokus merawat buah hatinya.
”Kalau anak saya sedang diperiksa dokter, saya langsung salat sunah di Masjid RSCM pak. Setiap hari begitu minta sama Allah SWT semoga anak saya diberi kesembuhan. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi pak. Pasrah, harta semua sudah kami jual,” ujarnya lirih saat ditemui KlikBMI bersama Manajer ZISWAF Kopsyah BMI Casmita dirumahnya Perumahan Griya Serpong Asri, Suradita, Cisauk, Kabupaten Tangerang, Selasa 1 Februari 2022.
BACA JUGA : Kisah Jarmin Yang Sembuh Usai Menyelamatkan Dua Keponakannya Dari Kobaran Api
Biaya hidup di rumah sakit terbilang mahal. Beni pun harus mencari warteg yang harganya lebih terjangkau kendati berjalan 500 meter di luar RS sekalipun. Siang itu, Beni ingin membeli nasi bungkus untuk ia dan istrinya. Uang disakunya tinggal Rp55 ribu. Posisi uang juga terpisah, saku kanan berisi uang Rp5 ribu, sementara uang Rp50 ribu berada di saku kiri. ”Padahal uang Rp50 ribu kami hemat-hemat biar bisa makan malam juga,” terangnya.
Di tengah jalan, ia bertemu dengan pengemis. Tangannya langsung merogoh saku kirinya yang berisi uang Rp50 ribu. Tanpa menoleh ke pengemis, Beni terus melaju ke warteg. Sesampai di warteg, ia memesan nasi dan lauk pauk. Saat merogoh saku sebelah kiri, Beni langsung menepuk dahinya. Uang Rp50 ribu yang tersisa sudah ia sedekahkan kepada pengemis. Uangnya tinggal Rp5 ribu, bagaimana bisa membeli dua nasi bungkus seharga Rp25 ribu.
Saat makanan sudah terbungkus, Beni pun memberanikan diri menyodorkan uang Rp5 ribu itu ke pemilik warteg. Ia juga bercerita kondisinya. Subhanallah, pemilik warteg langsung membuat dua nasi bungkus lagi untuk tambahannya, semua gratis.
Namun hati Beni tetap gundah. Ia memikirkan ongkos untuk pulang dan makan beberapa hari ke depan. Sesudah makan siang bersama istri. Ia kemudian berunding kepada istrinya untuk menjual salah satu dari handphone mereka. Hanya harta itu yang tersisa di bajunya. Beni pun mengajukan agar handphone miliknya saja yang dijual.
”Hapenya saya tawarkan ke satpam di ruang rawat anak. Bukan menerima, satpamnya malah bilang, hape siapa lagi yang kamu colong. Saya bantah tuduhan itu, saya bilang ini hape saya. Pas saat debat itu tiba-tiba istri saya memanggil,” terangnya.
BACA JUGA : Sejarah Kopsyah BMI
Di depan pintu ruang rawat anaknya, Supardillah memanggil suaminya. Di samping ranjang anaknya, sudah penuh makanan dan terselip amplop berisi uang. Sebuah yayasan sosial pemerhati anak penderita ginjal baru saja mengirim bantuan, begitu kata sang istri. Senyum pun menghias wajah Beni, karena ditangan istrinya ada amplop bantuan. Di dalamnya, ada uang Rp500 ribu, 10 kali lipat dari yang Beni sedekahkan ke pengemis siang itu. Beni mengaku saat itu ia langsung menangis sambil memeluk perut istrinya yang baru hamil satu bulan.
Setelah itu, ia pun rutin memberikan sedekahnya kepada para pengemis yang bertemu di sekitar RSCM. Hingga kemudian kekuatan sedekah membuat Beni mendapatkan layanan Ambulans Kopsyah BMI dari sebelumnya mengandalkan ojek online. Ambulans ini mengantarkan Rahman berobat ke RSCM tiga kali dalam seminggu. Pelayanan ini juga membuat Beni bisa menghemat dari sebelumnya Rp700 ribu sekali berangkat menjadi gratis.
Kisah kehebatan sedekah kali ini dirasakan Supardillah. Suatu hari, ruang anak tengah menjalani pemeriksaan rutin oleh tim dokter. Karena banyak pasien dan tenaga dokter terbatas, pemeriksaan untuk Rahman hanya berjalan sebentar. Waktu itu, Kepala Tim Dokter baru saja melakukan pemeriksaan. Sang dokter seperti kebingungan. Ternyata ia mencari air untuk mencuci tangan, karena keran air di sana tak berfungsi.
Supardillah pun berinisiatif memberikan aqua botol untuk kepala dokter tersebut. Setelah mencuci tangan, dokter pun menanyakan siapa yang ditunggu, Supardillah pun menjawab sudah tiga tahun menunggu kesembuhan putranya. Dokter pun terkejut, setelah melihat kondisi Rahman diatas ranjangnya.
”Nggak lama, kepala dokternya minta agar Rahman diutamakan karena penyakit ginjalnya yang langka. Termasuk obat-obatannya. Alhamdulillah, sampai sembuh, perawatan anak saya berjalan dengan baik dan diperhatikan betul-betul,” paparnya.
Hingga pada pertengahan 2019, kabar baik pun datang. Rahman dinyatakan sembuh dari penyakit ginjal kronis. Bagi para dokter RSCM, kesembuhan ini mukjizat Allah SWT. Ginjal Rahman yang awalnya mengecil kini bentuknya sudah normal. Sebuah peristiwa langka untuk usia Rahman yang sudah menginjak 18 tahun. Selang yang menjadi teman Rahman harus dilepas karena ginjalnya sudah normal.
Di saat operasi pelepasan selang akan dimulai, Beni dihadapkan situasi pelik, Supardillah pecah ketuban.Anak ketiganya akan lahir, Ia stress, memilih menunggu kelahiran anaknya atau ke RSCM yang juga menunggu kesembuhan putranya. Beruntung, saat itu keluarga istri sudah membawa Supardillah ke RS Tangerang. Saat operasi pelepasan selesai di RSCM, tangis anak ketiganya juga pecah di RSUD Kabupaten Tangerang. Dua anugerah di hari yang indah.
Dari kisah ini, kita mendapatkan pelajaran kehebatan sedekah. Dengan bersedekah banyak orang yang ridha kepada kita, ketika kita sakit lalu kita bersedekah maka banyak orang baik yang ridha kepada kita melalui doanya. Tetapi keduanya menjadi lebih baik bila kita selalu bersedekah dalam kondisi sehat maupun sakit. Masya Allah ketika kita sakit, Allah jadikan sedekah itu menjadi obat. Bersedekah menandakan berserah diri, syukur, dan ingat kepada Allah.
Oleh sebab itu Allah akan angkat penyakit dari orang atau keluraga yang bersedekah termasuk memberikan keberkahan rezeki terus menerus. Dengan demikian, bersedekah selain membawa keberkahan dan bermanfaat, juga bisa menjadi wasilah datangnya kesembuhan atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia. (QS Al Hadid : 18)
Semoga kita termasuk orang-orang yang giat berikhtiar, giat bersedekah dan senantiasa yakin kepada Allah Swt. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Togar Harahap/Klikbmi)
Bmi joss
Subhanallah… #BmiJoos 👍👍