Mengenal Lebih Dekat Pencipta Sejarah Model BMI Syariah, Kamaruddin Batubara (Bagian Ke-2 Dari 3 Artikel)

Nasional

Klikbmi, Tangerang – Biasa dipanggil Kambara, Kamaruddin Batubara adalah sosok yang inspiratif. Bicara koperasi dengannya seharian pun tak akan bosan, apalagi ngantuk walaupun kita sedang bicara tengah malam sekalipun. Hal Ini penulis buktikan saat bicara bertiga dengan Pak Zabadi (Red: Ahmad Zabadi, Deputi Perkoperasian Kemenkop & UKM RI). Kita bertiga bicara tentang bagaimana koperasi bisa menjadi entitas bisnis yang besar dengan koridor koperasi modern. Kita bertiga bicara di kawasan Pantai Anyer saat persiapan penyerahan Rekor MURI (Rabu,28/4). Ada dua rekor yang dicatat, rekor MURI pertama untuk  Koperasi BMI sebagai Koperasi Pelopor Hibah Rumah Siap Huni dan kedua untuk Kamaruddin Batubara sebagai Penggagas Program Hibah Rumah Siap Huni Melalui Koperasi. Saat itu malam menunjukkan pukul 23.40 WIB, jika bukan karena Ramadhan harus kita isi dengan sholat malam, barangkali kita bisa sampai dengan shubuh bicara koperasi.

Baca juga bagian pertama artikel : https://klikbmi.com/mengenal-lebih-dekat-pencipta-sejarah-model-bmi-syariah-kamaruddin-batubara-bagian-pertama-dari-tiga-artikel/

Malam itu pembicaraan kita tidak lepas dari bagaimana membangun koperasi modern untuk mewujudkan konglomerasi koperasi. Koperasi harus menjadi perusahaan besar. Langkah ini telah diberikan pondasi dasar yang mapan pada Koperasi BMI. Dengan jumlah anggota Koperasi BMI sebanyak 270.922 (Kopsyah BMI anggota 187.924 dan Kopmen BMI anggota 82.998)  tentu ini adalah pasar yang cukup besar untuk memulai pondasi dasar captive market. Poin pertama pada artikel kedua ini adalah Kambara adalah sosok yang kuat untuk mewujudkan koperasi sejati yang menjadikan anggota (manusia) sebagai basis pemberdayaan, penyejahteraan dan aktifitas koperasi. Basis aktifitas koperasi bukan uang semata, tetapi manusianya. Dengan jumlah anggota yang besar maka potensi manusia akan mampu dioptimalkan.

Pembicaraan malam itu adalah seputar koperasi perumahan. Kambara berpikir akan tidak mudah untuk mewujudkan koperasi perumahaan, dengan koperasi baru. Terminologi koperasi baru ini adalah koperasi dengan anggota baru yang fokus pada perumahan. Beberapa kesulitan disinyalir akan didapati ketika koperasi baru diciptakan. Pertama, orang yang punya pendapatan tetap dan relatif besar dimungkinkan telah memiliki rumah, maka akan tidak mudah mengajak mereka untuk berkoperasi. Kedua, pengumpulan modal dari simpanan pokok, wajib dan beberapa aspek modal sendiri dari anggota dimungkinkan tidak bisa dengan cepat jika terminologinya adalah koperasi baru. Dengan pemikiran ini, akan muncul semacam investor sebagai pemilik initial investment yang akan mendanai projek perumahan ini. Munculnya investor yang barangkali tidak sepenuhnya memahami koperasi berpotensi untuk menjadikan dirinya pusat kepemilikan sumber daya yang menenggelamkan praktik berkoperasi yang benar.

Ketiga, akan sangat tidak mudah mengajak orang untuk membeli perumahan dimana dirinya merupakan pemilik perusahaan sekaligus. Saat kita ingin berpraktik menjadi koperasi berjatidiri di mana anggota adalah faktor kunci, tentu tidak mudah mengajak orang yang belum mengenal koperasi menjadi anggota koperasi (pembeli), karena sejatinya menyamakan visi bukan soal mudah. Bukan hanya soal visi bagi orang yang belum mengenal koperasi,  tetapi juga soal kepercayaan (trust) terhadap koperasi baru ini.

Obrolan sampai pukul 23.45 WIB, Kambara memberikan simpulan yang diamini oleh Ahmad Zabadi. Koperasi BMI dalam waktu dekat akan segera membentuk Koperasi Jasa Konstruksi Dan Perumahan. Apa saja alasannya? Tentu alasan paling jelas adalah adanya anggota yang merupakan captive market. Dari 270.922 anggota tentu belum semua memiliki rumah dan jika diambil 5 persen saja dari anggota yang belum memiliki rumah maka akan ada potensi pasar sebesar 13.546 anggota atau jika kita ambil 1 persen saja dari anggota yang belum memiliki rumah, potensi pasarnya sebesar 2.709 anggota, tentu ini jumlah yang cukup besar. Diskusi malam Kamis pun berakhir dengan dukungan dari Ahmad Zabadi yang merupakan wakil pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan koperasi, yang menjadi penguat Koperasi BMI masuk pada skala spin off berikutnya pada pengembangan bisnis koperasi modern.

Mengenal pemikiran spin off dari Kambara memang terdengar nyeleneh pada awalnya tetapi berargumentasi kuat jika kita mengenal koperasi lebih dalam. Jika banyak orang berpikir mengembangkan koperasi dengan mendirikan PT (Perseroan Terbatas), Kambara justru teguh dengan prinsip membangun koperasi harus melalui koperasi sehingga ruh berkoperasi tidak hilang. Pria Alumni IPB ini di berbagai forum mengatakan bahwa orang yang mengembangkan koperasi dengan membangun PT bisa jadi dia telah berselingkuh dan tidak percaya lagi dengan originalitas kekuatan koperasi.

Dengan kekuatan keyakinan saat ini Koperasi BMI pada sektor riil di bawah Kopmen BMI (Red : Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia) yang telah memiliki unit usaha Minimarket dan Grosir, unit Konstruksi dan Toko Bangunan , unit usaha Tour and Travel, unit café Kopi Rindoe Benteng dan unit Elektronik semua di bawah koperasi  dan bukan PT. Inilah pemikiran original Kambara yang digali dari originalitas pemikiran Bung Hatta. Kambara yakin dengan berkoperasi pasar akan semakin menguat karena basis koperasi adalah manusia. Tumbuhnya anggota terus menerus tentu akan menjadi captive market yang semakin besar.

Ide dasar untuk menyediakan rumah bagi anggota bukan soal yang baru bagi Kambara. Koperasi BMI yang dibesut oleh Kambara sejak kelahirannya telah memunculkan produk yang berhubungan dengan rumah melalui skim pembiayaan tata griya. Koperasi BMI juga merupakan koperasi pertama yang memiliki skim mikro tata  sanitas dan tata air. Koperasi BMI bahkan disebut lembaga keuangan pertama di dunia yang memiliki produk simpanan sanitasi dan air. Tentu ini adalah buah pikiran Kambara. Pria ini menjadikan pikiran bukan satu hal yang paling utama, baginya pikran dan tindakan harus bersama-sama. Seperti ketika dirinya menemukan ide untuk membuat rumah tanpa dp (down payment). Semua orang dibuat kaget, bank saja yang dipersepsikan besar, dalam pembelian rumah harus dengan uang muka, Kopsyah BMI berani membangun rumah tanpa DP bagi anggotanya. Tentu ini bukan tiba-tiba, keputusan untuk membuat rumah tanpa  DP diambil saat Kopsyah BMI sudah punya praktik yang teruji dalam pembiayaan. Inilah yang disebut berpikir dan bertindak bersama.

Yang banyak mencengangkan orang adalah bagi-bagi rumah ala Koperasi BMI melalui Program Hibah Rumah Siap Huni (HRSH). Sampai hari ini telah dibagikan rumah gratis kepada 303 orang baik anggota maupun non anggota. Kamis (29/4) telah diberikan rumah gratis ke-300 yang diberikan kepada Ibu Kusnah di Anyer. Di kediaman Ibu Kusnah, Museum Rekor Dunia Indonesia (Rekor Muri) mencatat 2 hal penting. Pertama, Koperasi BMI sebagai Koperasi Pelopor Hibah Rumah Siap Huni dan Kamaruddin Batubara sebagai Penggagas Program Hibah Rumah Siap Huni Melalui Koperasi. Selamat Pak Kambara, buah pikir Bapak selalu dinantikan oleh anggota dan masyarakat koperasi Indonesia. Kita semakin yakin bahwa Koperasi Jasa Konstruksi dan Perumahan BMI segera terbentuk untuk melengkapi puzzle berikutnya membangun Korporasi Koperasi BMI menjadi perusahaan besar yang memberikan kesejahteraan paripurna bagi anggota dan masyaraka.  (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *