Bikin Bangga! Nurhayati Karyakan 25 Anggota BMI di Kragilan Serang Jadi Perajin Bambu

BMI Corner

Omset Perajin Bambu Kragilan Tembus Rp500 Ribu Perhari

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah: 153).

Klikbmi, Kabupaten Serang – Pilihan, begitu kata Nurhayati. Delapan tahun menjadi karyawan di perusahan sepatu terbesar di Serang, anggota BMI asal Kragilan Serang itu memilih banting setir sebagai perajin bambu. Nurhayati juga melibatkan 25 anggota BMI yang juga para tetangganya dalam bisnis kerajinan bambu apus (Gigantochloa apus) tersebut.

Tahun 2017 menjadi awal tetesan keringatnya merintis bisnis ini. Tanpa berbekal keahlian bisnis yang mumpuni, Ibu dua anak ini bertekad merintis usaha itu dengan autodidak. Mulai dari memesan bahan baku bambu hingga jadi, semua ia lakukan sendiri. Namun, Nurhayati sadar ia tak akan mampu menjalani ini semua. Ia butuh orang dan modal.

”Kalau urusan orang yang mau kerja banyak pak, tetangga saya pada berminat semua. Cuma masalah modal saja yang bikin pusing,” jelasnya kepada Klik BMI, Jumat 12 November 2021.  

Hingga pada awal 2019, Nurhayati berkenalan dengan Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) setelah petugas Kopsyah BMI Cabang Ciruas melakukan Latihan Wajib Kumpulan (LWK) di sana. Dari BMI, Nurhayati mendapat pembiayaan Rp3 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk membeli bambu. Bahan baku bambu sendiri ia dapatkan dari para petani di Pandeglang.

Baca Juga : Setelah Cibinong, Kopsyah BMI Kembali Bantu Korban Puting Beliung Di Ciampea Bogor

Di rumahnya yang berlokasi di Desa Tegalmaja, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Nurhayati memberdayakan para tetangganya yang hidup serba kekurangan menjadi karyawan dan perajin bambu. Hampir setengah dari perajin bambu yang direkrutnya berusia di atas 50 tahun.

”Sistem kerjanya barang-barang anyaman saya titipkan, nanti barang yang sudah jadi seminggu kemudian saya ambil ke rumah mereka (karyawan) sekaligus bayar upah jasanya,” terangnya.

Bisnis Nurhayati membuat beragam anyaman bambu. Mulai dari tampah, Cepon nasi, bakul, irig (alas kukusan) , cempeh (wadah parsel pengantin dan tumpeng) kipas dan kempeg (wadah mancing ikan dan usaha telur asin). Kerajinan ini ia sebar ke sejumlah pasar tradisional di Kibin, Serang, Tirtayasa hingga Pontang. Dalam sehari omzetnya mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta.  

Baca Juga : Bagi-Bagi 6 Rumah Gratis Pekan Ini, Koperasi BMI Seperti Sultan Tajir Melintir

”Alhamdulillah, modal pembiayaan BMI membuat usaha saya berkembang. Saya nggak pernah ke bank-bank lain pak, cuma di BMI,” jelas wanita yang juga Ketua Rembug Pusat Subur Kospyah BMI Cabang Ciruas.

Setiap minggu, karyawanya mendapat upah antara Rp100 ribu hingga Rp200 ribu. Hasil tersebut memang tak banyak, namun Nurhayati punya cara lain untuk mengangkat ekonomi karyawannya.

Ia mengajak karyawannya menjadi anggota BMI sebagai modal untuk membuka usaha sampingan atau membantu bisnis suami mereka. Kendati demikian, Nurhayati memberikan sejumlah persyaratan jika dari mereka mengajukan pembiayaan ke BMI.

Nurhayati di tengah tumpukan anyaman bambu sebelum didistribusikan ke sejumlah pasar di Kabupaten Serang

”Tapi saya ada syarat bagi pengrajin saya yang mau mengajukan pembiayaan kepada BMI. Mereka harus di bawah 50 tahun, masih fit dan punya penghasilan yang jelas. Agar nanti karyawan saya yang menjadi anggota BMI bisa amanah membayar angsurannya dan semangat kerjanya meningkat,” jelasnya sembari menjelaskan sejumlah karyawannya yang akhirnya membuka usaha sendiri dari pembiayaan BMI.

Di akhir perbincangan, Nurhayati bersyukur bisa bertemu dengan Kopsyah BMI. Ia mengatakan bahwa pembiayaan yang diberikan BMI harus dikelola dengan baik. Yang penting mau bekerja keras dan tetap bersyukur.

Kenal Lebih Dekat Dengan Kopsyah BMI, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Terbesar di Banten Klik Di Sini

Ia selalu bercerita dengan semangat agar anggota yang lain selalu jangan melupakan sedekah dan wakaf. Usaha bambu yang dijalankan berjalan dengan baik dan memberi keberkahan pada kehidupannya.

Salah satunya yang dirasakan oleh Ibu Jumenah. Anggota BMI yang juga karyawannya tersebut mendapat rumah gratis dari program hibah rumah siap huni (HRSH) BMI ke 321.

Camat Kragilan Epon Anih Ratnasih menyerahkan kunci rumah simbolis kepada Ibu Jumenah dan Supiah, penerima HRSH ke 321 dan 322. Jumenah merupakan perajin bambu yang juga karyawan Nurhayati.

Baca Juga : Pesan Dari Kosambi, Hibah Rumah Ke- 326 Ini Menunjukkan Kopsyah BMI Bukan Sekedar Simpan Pinjam

”Alhamdulillah, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada BMI yang memberikan rumah gratis untuk Ibu Jumenah,” ujarnya.

Sementara, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengatakan bahwa Koperasi BMI selalu beroreintasi untuk mensejahterakan anggotanya. “ Kita sangat fokus mengembangkan kesejahteraan pada lima pilar kesejahteraan. Anggota harus sejahtera dari sisi ekonomi, harus baik tingkat pendidikannya, harus selalu terjaga kesehatannya, harus mampu melakukan kegiatan sosial seperti memberikan infak dan wakaf dan harus lebih baik spiritualnya agar keberkahan hidup senantiasa dinikmati,” pungkasnya.

(Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *