خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani )
TANGERANG– Dari pengalaman Koperasi Benteng Mikro Indonesia (BMI), peran kepala desa tak lepas dari semua aspek pemberdayaan anggota hingga ke lini paling dasar. Tidak hanya menggenjot permodalan, melainkan kades mampu menjadi agen syariah dalam mengokohkan pilar model BMI syariah lainnya seperti pendidikan, kesehatan, spritual dan sosial.
Kiprah kades sebagai stakeholder lokal sangat sentral. Mulai dari ikut menghimpun calon anggota BMI pada gelaran pertemuan umum, nyatanya kades juga mampu memupuk semangat warganya untuk bergotong royong menjadi anggota BMI .
Sinergisitas BMI dan Pemerintah Desa Teluk Pandeglang, selengkapnya baca di sini: Kades Desa Teluk, Merasa Bangga Terhadap Kopsyah BMI & Mengakui BMI Beda Dengan Bank Emok
Pola dukungan kades kepada BMI juga bermacam-macam. Mulai dari kontribusi bisnis dan permodalan (menjadi anggota dan menyimpan simpanan berjangka), ikut mensosialisasikan manfaat Koperasi Syairah BMI kepada warganya, memfasilitasi pertemuan staf lapang dengan calon anggota hingga ikut mengawasi jalannya pembangunan program hibah rumah siap huni (HRSH) Kopsyah BMI di desanya.

Untuk itu pada gelaran Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia dan Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (BMI) Tahun Buku 2020 di Spring Club, Tangerang, BMI memberikan plakat penghargaan kepala desa penggerak koperasi kepada 9 kades terpilih. Bagi, BMI para kades terpilih telah memberikan warna dan semangat baru bagi BMI membumikan ekonomi syariah di daerah pelayananya baik di Provinsi Banten maupun Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dengan protokol kesehatan yang ketat, BMI Sukses Gelar RAT Tahun Buku 2020, selengkapnya baca di sini : BMI Siap Menjadi Lokomotif Peradaban Baru Koperasi Indonesia
Di Kabupaten Tangerang, penghargaan diberikan kepada Kades Kohod Pakuhaji LR Rohman, Kades Sukamanah Rajeg Rohadi, Kades Pasir Ampo Kresek Suardi dan Kades Pekayon Sukadiri Suwaryo. Sementara dari Bogor adalah Kades Babakan Ciseeng Apendi. Dari Lebak, penghargaan diberikan kepada Kades Sindangsari Muncang Lebak Busro.
Peran kades sebagai penggerak koperasi di Banten Selatan juga tak luput dari perhatian BMI. Penghargaan diberikan kepada Kades Pareang Mekarjaya Pandeglang Cecep Suherman dan Kades Malingping Selatan Lebak Aceng Junaidi. Penghargaan juga diberikan kepada Kades Bandung Kabupaten Serang Mad Yusuf. Selain penghargaaan, BMI juga memberikan apresiasi sebesar Rp5 juta untuk pembelian alat operasional desa.
Presiden Direktur Koperasi Benteng Mikro Indonesia Kamaruddin Batubara mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya kepada sembilan kades terpilih. Dikatakannya, peran kepala desa tidak hanya pada memberi restu pelaksanaan pertemuan umum sebagai inisiasi awal pelayanan BMI, melainkan juga mendompleng kinerja BMI dalam pemberdayaan anggota di daerahnya.
Lewat Model BMI Syariah, BMI Konsisten Mengangkat derajat kaum marjinal dan perempuan, selengkapnya baca di sini: Bak “Muhammad Yunus Dari Indonesia”, Kamaruddin Batubara Menyulap Kaum Marjinal Dan Perempuan Di Pedesaan Menjadi Pengusaha Mikro
”Bagi BMI, Kades tidak hanya sebagai pemimpin di daerahnya semata, melainkan menjadi motor edukasi ekonomi syariah lewat skema Model BMI syariah kepada warganya. Saya mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada para kepala desa yang terpilih atas support dan partisipasinya bagi kelangsungan BMI,” jelasnya.
Dalam prekteknya, kades menjadi orang yang pertama yang ditemui langsung oleh BMI dalam melakukan sosialisasinya. Kades juga menjadi sosok yang ikut mengawal sebelum membentuk kelompok kecil hingga tercipta rembug pusat. “Dalam PU, pemangku kepentingan yang ada di wilayah desa tersebut, salah satunya kades. Jadi kepala desa tidak hanya memegang peran kunci masuk BMI ke daerahnya, mereka pun ikut menjadi saksi bagaimana BMI melakukan tahapan standar prosedur operasional salah satunya PU,” jelas Penulis Dua Seri Buku Peradaban Baru Koperasi Indonesia tersebut.
Hingga kemudian, terjadi titik demarkasi bahwa Program BMI dan Desa dalam membangun kemandirian desa ternyata berjalan saling beriringan. ”Artinya dari sisi pembangunan ekonomi, warga desa yang mampu bisa menyimpan tabungannya di BMI, dan dikelola oleh BMI dan diberikan lagi kepada warganya dalam bentuk pembiayaan. Jadi arah Koperasi BMI sudah sejalan yakni menuju kemandirian ekonomi yang dimulai dari desa,” katanya.
Dalam RAT kemarin, Presdir Koperasi BMI didampingi Ketua Pengawas Syariah Koperasi BMI, Ustadz Hendri Tanjung menyerahkan bantuan hijab kepada Kades Sindangsari, Kecamatan Muncang, Lebak, Busro untuk program Sindangsari Berhijab.
Gaung Syariah BMI di Daerah Perbatasan, selengkapnya baca di sini: Terinspirasi Koperasi BMI, Kang Busro Programkan Sindangsari Berhijab
Kepada Redaksi KlikBMI, Kang Busro-sapaan akrab Busro- mengatakan kinerja yang istiqomah dari Koperasi BMI dalam menjalankan program ekonomi syariah, telah memberikan ide baginya untuk membuat program Sindangsari Berhijab. Program itu dilakukan dengan memberikan hijab gratis kepada warga.
”Alhamdulillah, terima kasih banyak atas bantuan ini. Dari koperasi BMI, saya banyak belajar, tidak hanya bagaimana berkoperasi yang benar, tetapi juga meningkatkan pemahaman saya bagaimana bermuamalah yang baik dan benar, ” tandasnya.

Sementara Direktur Operasional Koperasi BMI yang juga penanggung jawab RAT BMI Tahun Buku 2020 Yayat Hidayatullah berharap lewat apresiasi ini, kemitraan BMI dan pemerintah desa semakin erat. Simbiosis mutualisme antara BMI dan desa hingga kini belum bisa terpisahkan baik dari sisi meningkatkan kinerja permodalan hingga sosial.
”Ini yang BMI bilang bahwa BMI dan desa saling keterkaitan dan keterikatan. Penghargaan ini sebagai ungkapan terima kasih BMI yang harapannya desa tersebut bisa memberikan motivasi kepada warganya yang belum menjadi anggota untuk bergabung ke BMI,” terangnya.
Yayat menambahkan, program pemberdayaan desa dan program BMI saling beriringan. Salah satu contohnya adalah 10 program PKK. Dari 10 poin tersebut, yakni mengembangkan kehidupan berkoperasi. Dalam program tersebut, koperasi menjadi elemen penting terciptanya keluarga sejahtera melalui jalur dan gerakan Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.
”Dalam setiap pertemuan umum, ini kita sampaikan. Bahwa koperasi juga memiliki peran sentral tidak hanya dalam meningkatkan kesejahteran keluarga melainkan juga memberdayakan desa,” jelasnya.
Yayat mengaku dalam setiap pertemuan umum, ia kerap mendapatkan pertanyaan dari warga apa benefit Kopsyah BMI untuk desa tersebut. Sejauh ini, sejumlah program sosial BMI lewat Ziswaf dan dana kebajikan dipaparkan secara jelas. Bahwa kontribusi anggota tidak hanya pada pemberdayaan modal semata, melainkan ikut ambil bagian dalam pemberdayaan sosial lewat lima instrumen Model BMI Syariah : Sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi
”Kendati demikian, Koperasi BMI yang dibangun dengan gotong royong juga memberi ruang kepada warga dan desa ikut berkontribusi dalam program sosial BMI. Karena saat ada pembangunan HRSH, ada pula warga dan kadesnya ikut menyumbang. Itulah yang kita bilang kerjasama antara desa dan BMI dalam pemberdayaan sosial,” tandasnya. (gar/KLIKBMI)