وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى مَيْسَرَةٍ ۗ وَاَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah :280)
CISEENG-Tatapan Mad Darmawan yang sayu tiba-tiba berubah menjadi nanar. Kepala Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor itu bukan sedang marah, melainkan baru saja tersentak saat seorang pria dengan suara lantang disampingnya menjelaskan fungsi Koperasi yang sebenarnya tepat di depan belasan RT yang hadir di kantornya. Pria tersebut adalah Presiden Direktur Koperasi Benteng Mikro Indonesia (BMI) Kamaruddin Batubara.
Silaturahmi BMI Membangun Ekonomi Syariah di Tenjo, selengkapnya baca di sini: Santunan Anak Yatim Warnai Hingar Bingar PU Di Babakan
”Koperasi Syariah BMI hadir untuk pemerataan ekonomi di desa bapak ibu sekalian. Mendorong agar warganya untuk berwirausaha dan menabung. Anggotanya banyak maka ekonomi warga Desa Putat Nutug semakin meningkat,” ujar Kamaruddin Batubara di depan belasan warga yang hadir dalam Pertemuan Umum Kopsyah BMI di Balai Desa Putat Nutug, Selasa (26/1).

Sesekali Mad Darmawan menatap layar slide yang menayangkan profil Koperasi BMI di sampingnya. Ia mulai mengangguk-ngangguk dan memahami bahwa sebentar lagi koperasi yang beranggotakan 265 ribu orang tersebut berniat menggerakkan ekonomi syariah bersama warganya.
Tatapanya makin serius ke layar, saat slide menampilkan foto-foto kantor, legalitas, penghargaan Satyalancana Wira karya yang diberikan Presiden RI kepada sosok yang menerus berbicara lantang mengenai pemerataan ekonomi lewat koperasi syariah tersebut.
”Kopsyah BMI bukan koperasi simpan pinjam biasa. BMI hadir melalui 5 instrumen dan 5 pilar. Inilah pembeda koperasi kita dengan koperasi lain. Melalui lima instrumen pemberdayaan masyarakat yaitu sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi melalui pengembangan budaya menabung dan pemberdayaan Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) menuju pada kemandirian yang berkarakter dan bermartabat,” ujar pria yang akrab disapa Kambara tersebut.
”Kita punya 5 pilar yang harus berdaya yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual yang sesuai dengan prinsip syariah. Inilah Model BMI Syariah yang saat ini sedang menjadi percontohan secara nasional,” tambahnya.
Pemaparan Kamaruddin Batubara tentang Model BMI Syariah terus membius perhatian Mad Darmawan dan para RT, RW untuk memahami bagaimana berkoperasi yang baik dan benar.
Kemudian, BMI melarang adanya penyitaan barang milik anggota dalam penyelesaian permasalahan pinjaman. Jika ada anggota tidak bisa membayar, kita harus terlebih dahulu mencari faktor penyebabnya.
”Kalau dia memang tidak bisa membayar ingat QS Al Baqarah ayat 280, bahwa orang yang berutang itu di tengah kesulitan harus diberikan kemudahan. Alhamdulillah, 17 tahun 9 bulan kami beroperasi, pola ini telah kami praktekan. Apakah BMI tambah kecil, Alhamdulillah tidak,” terangnya.
Penulis dua seri Buku Peradaban Baru Koperasi Indonesia tersebut mengatakan, Kopsyah BMI dalam prakteknya tidak hanya menyalurkan pembiayaan dan menagih angsuran saja, tetapi sejak awal membudayakan gerakan menyimpan dan menabung di Koperasi.

Sinergisitas Program PKK dan BMI untuk Memberdayakan Desa, selengkapnya baca di sini: Bumikan Ekonomi Syariah, BMI Ajak Kades Jadi Penggerak Koperasi
Dikatakannya, gerakan menyimpan dan menabung di koperasi didorong agar usaha mikro anggota semakin tumbuh baik dan terbebas dari jebakan hutang yang terus menerus.
”Saya mengutip salah satu kalimat dari sebuah buku yang ditulis oleh sosok yang saya kagumi Juhaeri, bahwa miskin bukan karena kurang pengetahuan, upaya atau ketekunan, tetapi karena tidak ada kesempatan. Maka kehadiran Koperasi BMI dengan model BMI syariah di Putat Nutug adalah untuk mengangkat derajat ekonomi warganya, mengangkat harkat dan kehormatan warganya untuk saling bergotong royong membangun ekonomi bersama,” ujar Kamaruddin Batubara mengutip salah satu tulisan dari buku Statistics of Dreams: Sebuah Memoar.
Kamaruddin memiliki alasan mengapa dirinya mengambil kutipan dari buku karangan Juhaeri untuk membangun semangat Warga Desa Putat Nutug, Ciseeng. Semangat perjuangan untuk hidup lebih baik dan bermakna terasa kental dalam buku tersebut.
Bagi yang penasaran apa visi misi Kopsyah BMI, selengkapnya baca di sini : http://kopsyahbmi.co.id/visi_misi
Buku yang memuat semua episode Juhaeri yang hidup miskin di sebuah desa kecil di Majalengka hingga menjabat sebagai Vice President dan Head of Epidemiology and Benefit-Risk Evaluation di Sanofi-salah satu perusahaan biofarmasi terbesar di dunia- terangkai rapi dan padu dalam buku terbitan Kompas Gramedia tersebut.
Kepada para RT dan warga yang hadir, Kamaruddin menambahkan, bahwa BMI baru saja memberikan penghargaan kepada 9 kades penggerak koperasi pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2020, beberapa waktu lalu. Dikatakannya, semangat kades pemberdayaan desa dan program BMI saling beriringan memberi warna baru terhadap pertumbuhan ekonomi desanya.
”Selain penghargaan, BMI juga memberikan apresiasi bantuan alat kantor senilai Rp5 juta. Saya berharap pak kades Putat Nutug memiliki semangat yang sama, membangun desa dengan koperasi,” katanya.

Diketahui, kegiatan Pertemuan Umum (PU) Kopsyah BMI dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. Para tamu wajib memakai masker dan hand sanitizer. Selain Presdir Koperasi BMI dan Kades, gelaran ini juga dihadiri Anggota Pengawas Operasional Kopsyah BMI Haji Machdiar, Anggota Pengawas Syariah Kopsyah BMI Adam Hasan, Direktur Operasional Koperasi BMI Yayat Hidayatullah Manajer Operasional Kopsyah BMI M Fadillah, Manajer Area 05 Encep Toha Saputera, Manajer Kopsyah BMI Cabang Ciseeng M Saeful dan Kasi Ekbang Kecamatan Ciseeng Ade Kurniawan.
Kepada Klik BMI, Mad Darmawan mengaku BMI berbeda dengan koperasi yang lainnya. Karena baru BMI lah yang pertama kali meminta izin untuk melakukan sosialisasi kepadanya pihak desa tentang kerjanya. Dirinya berharap, Kopsyah BMI mampu menggerakkan ekonomi warga Putat Nutug.
Yuk, mengenal lebih dekat Kopsyah BMI, selengkapnya klik link ini: http://kopsyahbmi.co.id/beranda
”Saya baru kali ini didatangi Koperasi yang dengan terang-terangan mengenai kerjanya di sini dan juga menunjukkan legalitas, prestasi dan program-programnya secara jelas, ya semoga ke depan pihak desa, warga dan Kopsyah BMI bisa bersinergi memajukan ekonomi mikro di sini,” jelasnya.
Mad juga mengaku hampir melempar handuk (menyerah) akibat ulah oknum Bank Emok yang berseliweran di desanya. Pernah suatu kali, ia mendapat laporan ada warganya yang meminta dibuatkan surat keterangan meninggal dunia agar utangnya dilunasi.
”Cara itu katanya diberi tahu oleh oknum, ini jelas membuat saya geleng-geleng. Masa begini cara kerja koperasi. Namun, dengan kinerja BMI dan apa yang telah dilakukannya saat ini saya sangat percaya bahwa BMI mampu merubah pemikiran warga mengenai bank emok dan tentunya memajukan ekonomi desa,” jelasnya.

Usai sesi tanya jawab, Direktur Operasional Koperasi BMI Yayat Hidayatullah dengan spontan menanyakan kesiapan warga Putat Nutug menerima Kopsyah BMI. ”Bagaimana bapak-bapak semua, apakah BMI diterima di desa Putat Nutug?” tanyanya. Pertanyaan tersebut langsung disambut suara setuju oleh para warga yang hadir.
Dikatakannya salah satu dari 10 program PKK adalah mengembangkan kehidupan berkoperasi. Dalam program tersebut, koperasi menjadi elemen penting terciptanya keluarga sejahtera melalui jalur dan gerakan Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. ”Artinya program BMI sejalan dengan amanah pemerintah untuk membangun koperasi mulai dari lini terkecil yakni keluarga,” paparnya.
Yayat juga mengajak bagi siapa saja yang hadir dalam Pertemuan Umum di Putat Nutug bisa mendaftar menjadi anggota Kopsyah BMI gratis. Itu sudah termasuk simpanan pokok (Rp10 ribu) dan simpanan wajibnya (Rp5 ribu). “Ayo bapak-bapak langsung mendaftar ya,” ajaknya.
Sebelum acara berakhir, Presdir Koperasi BMI juga memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan masyarakat tidak mampu. (gar/KLIKBMI)