Produksi Celana Boxer Muslikah Sudah Didistribusikan ke 20 Provinsi
مَنْ جَدَّ وَجَدَ
Siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan mendapatkannya (Pepatah Arab)
KLIKBMI.COM, TANGERANG – Muslikah tidak pernah menyangka bisnis konveksi boxer yang ia rintis bersama suaminya dengan pembiayaan Koperasi BMI kini menyentuh omzet 180 juta perbulan. Wanita 32 tahun itu telah membuktikan, bahwa jika amanah dalam mengangsur pembiayaan dan terus bekerja keras merupakan hal yang penting dalam mengembangkan usaha.
Memulai bisnis konveksi memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Setelah setahun menikah dengan Gustiyarmon, pasutri ini membuka usaha konveksinya dari sebuah kontrakan kecil di Kampung halaman Muslikah di Kampung Nambo, Desa Kresek, Kecamatan Kresek, Tangerang.
Kontrakan itu hanya sepelemparan batu dari rumah orang tua Muslikah. Keputusan itu diambil Raymon-sapaan akrab suami Muslikah- agar tidak membebani mertuanya. Setiap pesanan celana boxer yang datang, langsung mereka eksekusi. Namun, kendala modal kerap menjadi halangan mereka memenuhi pesanan dengan partai besar.
Baca Juga : 10 Muharram, BMI Tebar 200 Santunan Anak Yatim Di Kawasan Pembangunan BMI Center
”Padahal keuntungannya dari satu celana boxer bisa 45 persen dari modal pak. Tapi karena modalnya pas-pasan, keuntungannya cukup untuk makan sehari-hari,” ujar Muslikah mengawali pembicaraan bersama KLIKBMI, Senin, 6 September 2021.
Benar adanya, dibalik lelaki yang sukses ada ibu-ibu anggota BMI dibelakangnya. Muslikah yang saat itu mencari kesana-kemari modal tak patah arang. Sang ibu yang juga anggota Kopsyah BMI memintanya bergabung dengan BMI dan mendapatkan pembiayaan sebesar Rp5 juta dari BMI. Kini pembiayaannya mencapai Rp13 juta.
”Alhamdulillah, dari pembiayaan Kopsyah BMI usaha kami semakin maju dan dikenal orang,” terangnya.
Muslikah banyak menyebut, bantuan permodalan dari BMI telah meningkatkan taraf hidupnya. Mereka kini bisa membangun rumah bersama tempat produksinya. Di rumah ukuran 200 meter itu, telah dibangun dua ruangan produksi, ada 13 mesin jahit disana yang dari satu mesin jahitnya bisa membuat 10 lusin celana boxer dalam satu jam.
”Kalau yang ahli suami saya mas, dia bisa bikin 1 ton bahan kain jadi celana Cuma dalam seminggu,” terang Muslikah.
Suami Muslikah, Gustiyarmon bukanlah kelahiran Tangerang. Pria 37 tahun itu berasal dari Batusangkar, Sumatera Barat. Sejak SMP ia sudah merantau ke Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Di sana, ia menjajakan celana jeans dari pasar ke pasar.
Baca juga : BMI Dan Warga Secang Cisoka Patungan Bangun Rumah Lansia
Dari berjualan jeans, ia berkenalan dengan para penjahit asal Pekalongan yang merantau ke Jakarta untuk membuat jeans. Ia sama sekali tak memiliki keahlian menjahit namun rasa tertarik dan mempertahankan hidup memaksanya untuk belajar.
Namun, hanya sebentar di dunia jeans costum. Raymon kemudian mendapat petunjuk dari beberapa kawannya untuk mengolah karet celana dari pabrik untuk dibuat celana pendek. Karet tersebut diambilnya dari bahan sisa pengolahan pabrik perlengkapan olahraga bereputasi dunia di Jakarta Utara. Setelah 12 tahun mengadu nasib di Jakarta, ia akhirnya memutuskan menikah dengan Muslikah, gadis yang ia kenal dalam sebuah acara santunan anak yatim di tahun 2015.
Semua tahap-tahap produksi mulai dari bahan hingga menjadi celana, ia lakukan sendiri. Baru kemudian, ia mengajak istri untuk belajar potong bahan (cutting), pola hingga memasang label. Kemudian usaha itu terus berkembang hingga memiliki produk konveksi sendiri. Sayangnya, usaha itu pasang surut karena penumpukan stok dari konveksi sementara pembeli tidak sesuai harapan. Namun, semua berubah saat ia memutuskan pindah ke kampong halaman istrinya dan berkenalan dengan Kospyah BMI.
Dari sana, usaha celana boxer-nya dikenal oleh orang luas. Padahal, ia tak pernah menjualnya melalui online, melainkan dari mulut ke mulut. Meski pandemi, usaha konveksi boxer yang ia jalankan masih normal. Hingga, ia sempat bersembunyi dari para pelanggan karena kehabisan stok.
”Paling jauh, kami mengirimnya ke Papua pak,” ujarnya. ”Kadang karena kehabisan stok, sampai orangnya datang ke rumah. Saya kadang harus sembunyi, karena nggak ada stok,” tambahnya seraya bercanda.
Baca juga : Dalam Sehari, BMI Bangun Dua HRSH Sekaligus
Di sela pembicaraanya, Raymon menjelaskan pentingnya menjaga kualitas. Meski bahan celana boxernya berasal dari bahan eks pabrik, namun ia sangat teliti barang mana saja yang berkualitas. Bahan celana yang ia gunakan cenderung menjadi acuan produk berkelas seperti Baby Terry, Interlok dan Katun Twill. Celana boxer yang pasutri ini ditawarkan dengan harga yang sama yakni Rp100 ribu untuk tiga potong.
”Kami juga siap kalau ada yang ingin memesannya secara costum, sesuai dengan kemauannya. Jadi bagi siapapun yang ingin memesan silahkan hubungi 082123148147,”jelasnya.
Dengan kegigihan dan keseriusannya dalam menjalankan bisnis, kini usaha yang dirintisnya sejak tahun 2019 itu telah memiliki 20 pelanggan di seluruh Indonesia Dalam menjalankan usahanya, Raymon dibantu oleh lima karyawan.
Hebatnya, hanya berbekal modal pembiayaan Rp5 juta dari Kopsyah BMI, Raymon dan Muslikah bisa memulai usaha dan mengembangkannya hingga beromzet ratusan juta. Bahkan, ada kalanya pemasukan Raymon bisa menyentuh Rp300 juta per bulan.
”Alhamdulillah, lewat BMI, saya dan istri bisa kembali berusaha. Pembiayaan BMI sangat terjangkau, tidak hanya modal, tapi keberkahannya juga kami dapat. Bisa membangun rumah, mempekerjakan teman-teman saya di sini dan menabung untuk hari depan, sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” paparnya.
Di tempat yang sama, Manajer Kopsyah BMI Cabang Gunung Kaler Ahmad Safikri Batubara mengatakan, Muslikah merupakan anggota Kopsyah BMI yang militan dan terus bekerja keras bersama suami untuk kehidupannya yang lebih baik “Alhamdulillah, amanah Ibu Muslikah dalam menjaga kepercayaan BMI diganjar Allah SWT dengan kelancaran rezekinya selama ini. Semoga ke depan, Ibu Muslikah tetap militan bersama BMI,” paparnya.
Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara mengatakan bahwa model BMI syariah ini memang tangguh menghadapi pandemi. Model BMI Syariah yang di dalamnya ada model pertemuan rembug pusat salah satunya, diciptakan sesuai dengan karakteristik bangsa kita yang senang bergotong royong dan ta’awun, saling tolong – menolong satu sama lain. Dalam hal ini tentu tolong menolong dalam kebaikan, seperti tercantum dalam QS Al Maidah ayat 2.
Profil Koperasi BMI : Cek Di sini
“Tentu BMI bangga memiliki anggota semilitan Ibu Muslikah dan Uda Raymon. Yang tetap semangat membangun ekonomi yang lebih baik. Turut membantu BMI dengan . Itulah koperasi, membangun jiwa gotong royong demi kebaikan dan kesejahteraan bersama,” paparnya.
“Lewat BMI, ayo kita tunjukkan bahwa koperasi ada untuk anggota. Kita ciptakan produk produk BMI baik simpanan, pembiayaan dan pemberdayaan yang memang untuk mereka. Sudah pasti jika kita lakukan itu dan kita berdoa agar Allah SWT membuka jalan untuk berjuang bersama sama,” tandasnya.
(gar/KLIKBMI)