Nasehat Dhuha Jumat, 22 April 2022 | 20 Ramadhan 1443 H | Oleh : Togar Harahap
Klikbmi, Pandeglang – Keheningan Kampung Talun, Desa Margasana, Kecamatan Pagelaran, Pandeglang mendadak pecah. Setelah mendengar teriakan minta tolong dari salah satu rumah warga di pagi hari pertengahan November 2021 silam.
Sosok yang berteriak meminta pertolongan itu adalah Juneti. Wanita 52 tahun itu panik setelah suaminya Pudin, terkapar lemas usai kakinya digigit ular berbisa di pelataran rumahnya. Luka bekas gigitan ular tanah itu masih menganga di ujung mata kaki kiri pria berusia 60 tahun itu.
BACA JUGA : Tiada Mata Tak Hilang Cahaya Dan Harapan
Nyawa Pudin hampir saja terlewat jika Bayani, Ketua RW 03 bersama warga setempat tak bertindak cepat. Dengan sepeda motor, Pudin yang masih lemas langsung dibawa ke Puskesmas Labuan. Bisa ular berhasil dikeluarkan, namun luka dari gigitan ular menyisakan bengkak di sekujur kaki kirinya.
”Sebesar kaki gajah,” jelas Bayani kepada Redaksi Klikbmi menceritkan kondisi Pudin usai peresmian Hibah Rumah Siap Huni (HRSH) Kopsyah BMI ke 358 Untuk Ibu Juneti, Rabu 20 April 2022 lalu.
Nyawa Pudin akhirnya bisa terselamatkan, namun tidak dengan asap dapurnya. Pudin berprofesi sebagai tukang becak di Pasar Labuan. Musibah itu membuatnya tak bisa lagi mencari penumpang lagi. Luka bisa ular tak hanya membuat kakinya mati rasa, namun juga semangatnya.
Kerisauan Pudin dan Ketekunan Juneti
Bukan hanya beras yang ia risaukan, Ia juga harus memikirkan bagaimana biaya sekolah kedua putranya yang masih duduk di bangku SMA dan MTS. Itu belum ditambah dengan saran dokter agar Pudin ikut terapi rutin jika ingin cepat sembuh. Lagi-lagi masalah biaya membuatnya gentar mengikuti saran tersebut.
BACA JUGA : Perlombaan Kebaikan Di Bulan Ramadhan
Pudin dan Juneti memiliki lima anak. Dua diantaranya sudah berumah tangga. Namun, kondisinya tak jauh berbeda dengannya. Anak ketiga juga telah bekerja sebagai office boy di PLTU Labuan. Bekerja sebagai OB di perusahaan bonafid, tak lantas membuat pemuda tersebut bisa hidup bercukupan. Hampir seluruh gajinya, ia serahkan kepada orang tuanya.
Terkadang, Pudin dan Juneti menolak pemberian sang anak. Pudin kerap bersikeras bahwa ia masih bisa menyekolahkan dua anaknya. Toh, tiga anaknya yang lain sudah berijazah SMA berkat mandi keringatnya sebagai penarik becak berpuluh tahun. Penghasilan Pudin pun sebenarnya jauh dari kata cukup. Dalam sehari, paling besar ia bisa membawa pulang Rp25 ribu, lebih sering kurang dari itu.
”Tua-tua begini, saya masih kuat ngebecak pak. Sudah dari zaman Pak Habibie (Presiden Ketiga RI) saya sudah (ngebecak-red) di Pasar Labuan. Tapi karena musibah itu, saya prei (libur) enam bulan, mau kerja yang lain saya nggak bisa, mau tani, saya nggak punya lahan,” terangnya.
BACA JUGA : Mak Sinah Dan Amalan Ibadahnya
Pudin punya prinsip, ia baru bisa pensiun membecak jika semua anaknya lulus dari SMA. Hingga ia abai terhadap kondisi rumahnya yang sangat memprihatinkan. Atap rumahnya masih beralas rumbia. Dindingnya pun masih bilik yang berlubang di sana-sini. Tiang rumahnya sudah ditunjang dengan bambu dan hampir roboh.
Beruntung, Pudin memiliki istri sesetia dan seulet Juneti. Selama enam bulan Pudin tak bekerja, tulang punggung keluarga mereka berpindah ke Juneti. Setiap hari, wanita itu berkeliling kampung berjualan emping. Juneti adalah anggota Rembug Pusat Kemuning Kopsyah BMI Cabang Pagelaran. Pembiayaan kedua sebesar Rp5 juta dari Kopsyah BMI ia gunakan sebagai modalnya untuk membeli biji melinjo dan peralatan memasak.
BACA JUGA : Cek Disini 10 Macam Simpanan di Kopsyah BMI
Hari demi hari, Panas dan kehujanan Juneti lalui dengan sabar, hampir tak mengenal tidur. Di siang hari, Juneti gunakan waktunya berjualan, malam hari untuk merawat suaminya, dan dini hari sampai subuh, ia gunakan untuk mempersiapkan emping jualannya. Lantas apa yang membuat Juneti terus istiqamah mengarungi kondisi itu, ia menjawab :
”Salat Malam yang rajin pak, Tahajjud dan tahajjud,” ujar Juneti kepada Redaksi KlikBMI.
Setiap malam, Juneti membaluri luka Pudin dengan obat dokter sembari menyuapinya makan. Usai suaminya terlelap tidur, ia pun melaksanakan salat tahajjud. ”Saya cuma minta sama Allah, suami saya geura cageur (cepat sembuh-red). Terserah dia mau narik becak lagi apa enggak, yang penting dia sehat, saya mintanya di setiap Shalat Tahajjud,” tutur Juneti.
Hari Bahagia Untuk Pudin dan Juneti
Jika Allah sudah berkehendak, jalan rezeki bisa datang dari mana saja dan tak disangka-sangka. Ketekunan Juneti untuk Tahajjud, tidak hanya dibalas dengan kesembuhan sang suami, namun juga rumah baru baginya. Pertengahan Februari 2022, dua pria datang mengunjungi rumahnya. Mereka datang menanyai kondisi suami Juneti dan kesehariannya.
Setelah lama berbincang, Hendrawan (Manajer Area 06 Kopsyah BMI) dan Manajer Cabang Pagelaran Ahmad Bustomi datang mengutarakan bahwa rumahnya masuk dalam kriteria program hibah rumah siap huni (HRSH) gratis dari Kopsyah BMI untuk anggota. Setelah disetujui oleh Ketua Pengurus Koperasi BMI Kamaruddin Batubara, peletakan batu pertama pembangunannya dimulai, Maret 2022.
Hari berbahagia itu pun tiba. Tepatnya Rabu 20 April 2022, rumah gratis yang dibangun ulang oleh Kopsyah BMI diresmikan. Di hadapan Wakil Presdir Koperasi BMI Radius Usman, Kadis Koperasi dan Diperindag Kabupaten Pandeglang Suaedi Kurdiatna, Camat Pagelaran dan Kades Margasana, Pudin dan Juneti berfoto sembari memegang kunci simbolis HRSH ke 358. Pudin dan Juneti berikut tamu undangan juga berfoto bersama dengan becaknya. Becak yang puluhan tahun menghidupi keluarga tersebut.
”Alhamdulillah pak, saya sudah banyak dibantu Kopsyah BMI. Saya nggak bisa ngomong apa-apa lagi pak, Saya mengucapkan banyak terima kasih sekali dengan BMI,” ujar Juneti dan Pudin sembari menyeka air matanya yang berlinang.
Allah Menyayangi Hambanya yang Sabar
Dari kisah ini, kita memahami betapa besarnya ganjaran Allah SWT terhadap hambanya yang sabar dan tak pernah putus asa. Kesabaran Bu Juneti menghadapi masa-masa sulit mengingatkan kita bahwa Rezeki memang harus diusahakan dan tidak datang dengan sendirinya. Ibadah Tahajjud tak lupa ia kerjakan.
Allah SWT berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah : 155)
Perjuangan Pak Pudin dan Ibu Juneti menjadi semangat untuk kita untuk terus bekerja keras, amanah, mencintai pekerjaan kita saat ini. Insya Allah, akan selalu menuntun langkah hidup kita ke arah yang lebih baik.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendoakan keluarga kita, orang-orang yang selalu giat berikhtiar, selalu teguh memegang amanah, dan senantiasa yakin Allah SWT menjamin rezeki hamba-hambanya yang selalu giat berusaha dan beribadah. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888
(Togar Harahap/Klikbmi)