Klikbmi, Tangerang – Studi tiru koperasi dalam rangka memperbaiki praktek berkoperasi yang benar perlu terus ditingkatkan. Hari ini 22 koperasi Jepara, Jateng melakukan studi tiru ke Koperasi BMI Grup. Kedatangan tamu dari Jepara diterima oleh Kamaruddin Batubara, Presiden Direktur Koperasi BMI.
Gatot Al Munif yang memimpin Puskopsyah Jepara mengatakan rombongan berangkat dari Jepara dengan niat untuk menimba ilmu di Koperasi BMI. “Saat ini semua koperasi kita yang KSPPS ini semua belum ada yang terjun ke sektor riil. Kita saat ini menghadapi idle money yang berlebihan oleh karena itu kadang kita kesulitan akan dikemanakan uang ini” ujar Gatot dalam sambutannya.
“Karena koperasinya banyak, pesertanya banyak jadi kita bagi 2 sesi hari ini. Satu romobongan saat ini dan rombongan satu lagi nanti setelah ini” ujar Gatot melanjutkan.
“BMT di Jepara sekarang ini sedang giat-giatnya kembali membangun anak-anak muda kembali belajar ukir. Kita hari ini kekurangan skill karena lebih banyak anak muda yang bekerja pada sektor lain, biasanya mereka kerja di sektor manufaktur” terang Gatot lagi.
Menutup sambutan Gatot mengatakan mudah-mudahan koperasi di Jepara bisa belajar dari Koperasi BMI. “Kita berharap koperasi Jepara bisa belajar dari sini dan melawan bank titil kalau bahasa kerennya bank plecit. Jadi mudah-mudahan kita bisa belajar dan terakhir satya ucapkan terima kasih sudah diterima dengan baik” pungkasnya.
Kamaruddin Batubara dalam sambutannya menerima dengan baik rombongan koperasi Jepara. “Baik Bapak Ibu kita mulai saja. Koperasi BMI ini ada 4 Bapak Ibu. Saat ini kita Kopsyah BMI pada sektor keuangan, Kopmen BMI pada sektor konsumen dan Kopjas BMI pada sektor jasa. Ketiga koperasi ini, kaalu bahasa kerennya kita sebut holdingnya begitu. Jadi kita buat koperasi sekuder dari ketiga koperasi primer ini” pria yang akrab dipanggil Kambara ini.
Pria alumnus IPB ini melanjutkan dengan mengajak koperasi yang hadir untuk menjaga kualitas koperasi. Ia lalu menegaskan tentang pengertian koperasi agar kita tidak salah dalam berkoperasi. “Kita harus mulai dengan berkoperasi dengan benar. Tujuan koperasi adalah kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya” tegas Kambara.
“Kita punya tugas memberikan informasi bahwa koperasi punya tugas mulia. Ingat kata Bung Hatta, koperasi itu hanya perlu orang jujur dan setia kawan bukan orang yang hebat” papar Kambara.
Kambara mengajak koperasi yang datang untuk meningkatkan kualitas agar bisa bersaing dengan semua lembaga keuangan yang ada.
“Koperasi ini milik bersama Bapak Ibu, coba kita kembali ke Bung Hatta. Beliau mensinyalir koperasi yang akan datang banyak koperasi yang dikelola menyalahi prinsip koperasi. Anggota harus kita tempatkan sebagai pemilik, pengguna dan pengendali” tegas penulis buku Model BMI Syariah ini.
Baca juga : https://klikbmi.com/koperasi-karya-al-mahmud-mubarok-berharap-tiru-suksesnya-bmi/
“Berkoperasi dengan benar punya manfaat besar, besarnya anggota menjadikan koperasi kita jadi besar. Jadi jangan sampai kita buat PT jika kita ingin kembangkan bisnis koperasi. Kita sudah benar membangun koperasi. Dalam membangun koperasi anggota harus diberikan pendidikan koperasi yang jelas. Kita sebagai pengurus juga mau diawasi oleh anggota. Kita harus terbuka seperti itu. Itulah bedanya dengan PT” ujar pria tinggi besar ini.
Baca juga : https://klikbmi.com/zabadi-kemenkop-beri-ruang-pengembangan-holding-bmi-melalui-koperasi-sekunder/
Ia lalu menekankan bahwa anggota bertanggung jawab terhadap kemajuan koperasinya. “Karyawan pun anggota koperasi tetapi karena dia bekerja sebaiknya ia tidak punya hak suara. Hal ini agar tidak terjadi vested interest” tuturnya lagi.
Baca juga Peradaban Baru Koperasi Indonesia : https://klikbmi.com/peradaban-baru-koperasi-indonesia/
Kambara menegaskan PT dan koperasi berbeda, maka jangan sampai koperasi justru menerapkan prinsip PT. “Kita harus menciptakan produk yang melayani anggota agar anggota lebih mampu berperan aktif dalam membangun koperasi kita” paparnya lagi.
Pria penggagas Model BMI Syariah ini melanjutkan materi dengan mengajak gerakan koperasi membangun koperasi Indonesia masa depan. “Kita perlu punya manajemen yang professional, sdm milenial, diklat dan pendampingan berkala, gaji yang baik setara UMR, reward dan punishment, dan continuous improvement” tegasnya.
“Saat ini secara tegas kita mengkampanyekan peradaban baru koperasi Indonesia. Koperasi harus besar, koperasi harus professional, koperasi harus mandiri, berkarakter dan bermartabat, koperasi harus mengedepankan pemberdayaan dan koperasi peduli sesama” terang Kambara lagi.
Kambara menegaskan koperasi tidak boleh berpikir minor dan tidak berpikir kecil. “Koperasi ini bisa melakukan semuanya. Asal kita mau koperasi kita dimanajemen dengan baik, koperasi bisa melakukan apa saja. Dengan berkoperasi harus kita bangun koperasi yang hadir di semua sektor” lanjut Kambara menjelaskan.
“Dalam praktek Koperasi BMI memulai dari sektor keuangan. Lalu masuk ke sektor riil dan tentu sebagai KSPPS atau BMT harus bangun ZISWAF” ujar pria kelahiran Sumatera ini.
Melanjutkan materi Kambara menjelaskan Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia (Koperasi Sekunder BMI). Koperasi sekunder inilah yang mensinergikan tiga koperasi primer. Pertama, Kopsyah BMI yang menerapkan Model BMI Syariah. “Koperasi kita menyalurkan hampir Rp 1 T, NPF-nya cuma 3 persen setelah pandemi, sebelum pandemi hanya 0,1 persen NPF-nya” ujar Kambara menegaskan.
“Kita bahkan memberikan pemutihan pembiayaan jika ada yang kena musibah” tegas Kambara.
Lebih lanjut Kambara menjelaskan Model BMI Syariah. “Kita harus memulai dari sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi. Itulah instrumen yang kita pakai untuk mengembangkan koperasi ini. Kita harus ciptakan kesejahteraan pada 5 pilar. Pilar ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual harus kita bangun” ujarnya lagi.
Baca juga Model BMI Syariah : https://klikbmi.com/resensi-buku-model-bmi-syariah-buku-panduan-simpan-pinjam-dan-pembiayaan/
Ia menegaskan koperasi perlu menjaga agar uang jangan sampai keluar dari sirkuit ekonomi yang diciptakan oleh koperasi. “Koperasi di Jepara juga menjaga agar uang hanya beredar di Jepara jangan sampai keluar” tegasnya.
Ia lalu menjelaskan tentang Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI). ” Sektor riil kita kerjakan di Kopmen BMI Bapak Ibu” papar Kambara.
Baca juga Kopmen BMI : https://klikbmi.com/wawancara-eksklusif-bersama-radius-usman-2021-kopmen-bmi-rebound-2022-optimis-melaju-kencang/
Baca juga BMI Point : https://klikbmi.com/simbol-ekonomi-kerakyatan-kopmen-bmi-fokus-garap-pasar-tradisional/
“Kopmen BMI juga punya BMI Point Bapak Ibu, ini menjadi solusi bagi pedagang pasar. Kita juga sudah menggunakan DOIT.BMI uang digital yang punya” papar Kambara lagi.
“Kita juga punya berbagai kegiatan sosial dan pemberdayaan. Nanti materi ini akan dibagikan Bapak Ibu bisa melihat apa yang kita kerjakan” tegasnya.
Simak kegiatan sosial BMI : https://www.youtube.com/watch?v=igPzPr9wPCQ&t=29s
Simak kegiatan pemberdayaan BMI : https://www.youtube.com/watch?v=DentBDe1Q7I
“Kita sebagai pengurus harus mendorong program ZISWAF ini Bapak Ibu. Dengan program yang terukur maka program kita akan berjalan baik. Program wakaf kita saat ini juga telah sampai membeli sawah produktif dan BMI Center” papar Kambara melanjutkan.
“Kita juga punya Kopjas BMI yang tadi diawal saya jelaskan. Kita punya percetakan, EO, Diklat, Tour and Travel, bengkel. Jadi koperasi memang bisa masuk kemana saja” papar Kambara lagi.
Baca juga Kopjas BMI : https://klikbmi.com/wawancara-eksklusif-yayat-hidayatullah-optimisme-kopjas-bmi-dongkrak-bisnis-jasa-mampu-bangun-sirkuit-ekonomi/
Ia menjelaskan koperasi modern berbasis masyarakat, koperasi haruslah selalu mengajak masyarakat jadi anggota koperasi, melayani kebutuhan anggota dan menjunjung tinggi peradaban baru koperasi Indonesia. “Jika kita mampu menerapkan berkoperasi dengan benar maka kita akan menjadi koperasi yang sukses” pungkas Kambara. (Sularto/Klikbmi)